Bab 1. New Life

6K 760 23
                                    

Hidup memang begini, terkadang kita berada di atas dan terkadang jatuh ke bawah. Arabella menikmati prosesnya, karena dia sadar ini semua buah dari kebodohannya selama ini. Sejak awal, orang-orang sudah memperingatkan kalau Digo itu pria bajingan. Malah, tak jarang Arabella sendiri menangkapnya berselingkuh, tapi pesona Digo selalu berhasil menjeratnya kembali.

"Ra, lo udah siap? Taksi udah di depan." Lala keluar dari kamar membawa dua koper besar milik Arabella.

Arabella menatap sekeliling, ini akan menjadi kali terakhir dia melihat unit apartemen ini. Masih membekas dalam ingatannya bagaimana dulu dia sangat bahagia bisa membeli tempat tinggal semewah ini, tapi sekarang sudah bukan miliknya lagi. Dia menjualnya demi membayar semua denda atas pembatalan kontrak pada Agency. Juga mobil, perhiasan dan tas-tas mahal.

"Ra, gue percaya suatu saat lo bisa raih ini kembali." Lala mengusap punggung Arabella.

Arabella tersenyum. "Yuk," ajaknya.

Berat rasanya melangkah pergi, tapi Arabella tidak menyesali keputusannya mempertahankan kehamilan ini. Bayi ini sama sekali tidak bersalah, jadi dia tidak ingin menyakitinya. Sekarang, melangkah meninggalkan masa lalu adalah pilihan yang paling benar. New life, Arabella yakin bisa melewatinya.

Sebuah taksi membawa Arabella keluar dari kota ini. Dia dan Lala memutuskan untuk menjalani hidup baru di tempat di mana tidak ada yang mengenalinya.

"Semangat," ucap Lala sembari dengan lembut menggenggam tangan Arabella.

Arabella mengangguk. "La, lo masih bisa mempertimbangkan tawaran Shinta. Nggak perlu ikut susah sama gue," bujuknya kembali.

"Ra, kita udah bahas ini panjang lebar tadi malam. Gue tetep ikut lo, terlepas dari peran gue sebagai Asisten, gue ini sahabat lo. Sekalipun Nenek lampir itu tawarin gue gaji sepuluh kali lipat, gue nggak akan terima dia."

"Tapi gue bahkan udah nggak bisa bayar gaji terakhir lo, La."

"Uang bisa dicari. Tapi sahabat ..." Lala menggenggam tangan Arabella lebih erat, "yang baik kayak lo, susah dicari. Gue masih inget saat lo ajak gue pulang malam itu. Kalau nggak ada lo, mungkin gue udah jadi bulan-bulanan preman."

Arabella tersenyum. Dipeluknya Lala dengan penuh kasih sayang. Bukan hanya sahabat, tapi baginya Lala seperti saudaranya sendiri. "Gue bakal fight buat kita bertiga," janjinya.

Lala mengangguk. "Ini baru Arabella yang gue kenal. Nggak pernah bisa dikalahkan oleh keadaan." Mereka tertawa pelan dan saling menggenggam asa.

***

Dari apartemen mewah, beralih ke rumah kontrakan kecil, Arabella hanya bisa tersenyum pedih. Sekarang dia menyadari satu hal, tidak ada yang abadi di dunia ini. Selain ikhlas, apalagi yang bisa dia lakukan?

"Lo nggak akan menderita kayak gini andai Digo nggak bawa kabur semua uang lo." Lala masih merasa geram pada Digo, yang hingga kini masih belum diketahui keberadaannya.

"Gue emang bodoh ya, La? Bisa-bisanya ketipu sama mulut manisnya." Arabella sungguh menyesali itu. "Bener kata lo dulu, cowok kalau udah dapet apa yang dia mau ya pasti bakalan pergi."

"Terpenting sekarang lo udah sadar, Ra. Karena kalau lo masih cinta sama dia setelah semua ini, itu baru bodoh."

Arabella tersenyum.

"Ya udah yuk, kita selesaikan dulu. Gue laper banget, sumpah." Lala membawa pakaian dari dalam koper ke lemari kayu yang sudah reyot.

Mereka beruntung bisa mendapatkan rumah kontrakan yang sudah lengkap beserta perabotan. Meski bekas, tapi tetap lebih baik daripada harus beli.

Secret and the Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang