Selesai nonton, Awan mengajak Arabella makan malam di sebuah Restoran berbintang. Sebelum itu, Arabella lebih dulu berganti pakaian dengan yang dibelikan oleh Awan tadi. Dia tidak percaya diri memakai pakaian kerja untuk makan malam di tempat mewah itu.
Saat Arabella keluar dari Toilet wanita di Mal itu, Awan terpana. Gaun yang dia pilih sembarangan di toko tadi ternyata sangat pas di tubuh Arabella, malah luar biasa sexy.
"Heh, jangan bengong." Arabella menjentikkan jari di depan mata Awan. Terkekeh geli melihat ekspresi bodoh pria itu saat sedang menatapnya.
"Gimana aku nggak makin jatuh cinta kalau kamu selalu secantik ini," desahnya.
"Emang aku cantik?" tanya Arabella sedikit menggoda.
"Kebangetan." Awan merangkul pundak Arabella. "Aku harus terus di deket kamu, biar nggak ada yang bisa deketin kamu."
"Posesif," cebik Arabella.
"Ini dinamakan mempertahankan milik aku agar nggak diambil sama orang lain."
"Asal jangan berlebihan aja."
"Contohnya?"
"Borgol kaki dan tangan aku."
"Kalau itu tergantung dari kamu. Kalau bandel diem-diem pergi tanpa sepengetahuan aku, pasti bakal aku borgol."
"Ihhh." Arabella mencubit lengan Awan.
Awan tergelak. Balas mencubit hidung Arabella dengan lembut. "Kamu udah tau aku cemburuan, jadi jangan macem-macem."
"Aku penasaran, kamu pernah pacaran nggak sih?" tanya Arabella.
Tiba-tiba saja wajah Awan yang tadinya dihiasi tawa, berubah jadi datar. Arabella memiringkan wajahnya untuk bisa menatap pria itu. "Aku salah nanya, ya?"
Awan menggeleng. dirangkulnya Arabella semakin erat, dan mulai berjalan cepat menuju restoran yang sudah dekat. Dia sudah lebih dulu mem-booking meja lewat telepon sehingga bisa langsung duduk.
Setelah memilih makanan, Awan dengan serius menatap Arabella. "Kamu mau tau masa lalu aku?" tanyanya.
"Kalau kamu nggak keberatan. Tapi kalau itu berat buat diinget lagi, aku nggak masalah kok." Arabella tersenyum.
"Dulu, waktu masih kuliah aku suka gonta-ganti wanita. Pokoknya nggak pernah betah lama-lama sama satu wanita doang. Tapi ada satu orang yang berhasil bikin aku nggak berminat sama hal lainnya selain dia. Namanya Alana, bisa dibilang dia cinta pertama aku."
Arabella mendengarkan dengan tenang, layaknya pendengar yang baik. Tidak terlihat cemburu sama sekali. Caranya menatap sudah pasti membuat Awan semakin nyaman membongkar luka lamanya.
"Dia wanita yang menurut aku beda dari semua wanita yang pernah aku kenal sebelumnya. Dia unik, punya ciri khas tersendiri. Mandiri, nggak manja meski saat itu kondisinya lagi nggak bisa melihat."
"Dia nggak bisa melihat?" Arabella tergelitik untuk bertanya.
Awan mengangguk. "Dia mengalami kecelakaan dan bikin matanya nggak bisa melihat. Dia dengan kekurangannya itu bikin aku bener-bener jatuh cinta. Aku yang tadinya nggak begitu peduli sama dia, lama-lama luluh juga."
"Dia pasti wanita yang luar biasa," puji Arabella.
Awan membayangkan kembali wajah Alana. Mungkin seumur hidup dia tidak akan pernah bisa lupa. "Awalnya cinta aku berbalas, kami bener-bener deket dan aku pikir dia pun udah mikir hal yang sama tentang hubungan kita. Tapi nggak lama setelah kami dekat, aku baru tau kalau dia udah punya tunangan."
Arabella menggenggam tangan Awan sebagai tanda ikut bersedih. Dia tersenyum menguatkan hati pria itu.
"Aku sempet marah. Banget. Aku udah terlalu banyak berharap sama dia. Tapi pada akhirnya dia memilih tunangannya itu. Dan aku memilih pergi," lanjut Awan. Bila mengingat ini hatinya masih terasa disakiti.
"Dan saat ketemu kamu, aku merasa melihat Alana kembali. Kalian bener-bener mirip. Nggak cuma sama-sama cantik, tapi cara kalian menatap itu sama persis." Awan seakan lupa kalau wanita di hadapannya ini Arabella, sehingga terlihat sangat bersemangat membandingkan keduanya. Tanpa dia sadari telah melukai perasaan Arabella.
"Kamu masih cinta sama dia?" Di bagian akhir, Arabella malah didatangi rasa cemburu, terutama saat Awan menyamakannya dengan masa lalunya itu.
"Aku cinta sama kamu," jawab Awan.
Itu bukan jawaban yang Arabella minta. "Dan kamu masih mencintai dia?" tanyanya lagi.
Awan tidak menjawab.
Arabella tersenyum miris. "Aku bisa terima masa lalu kamu, sekali pun lebih buruk dari yang pernah aku alami. Tapi aku nggak bisa kalau kamu masih punya hati untuk wanita lain," ujarnya sedikit terluka.
"Tapi aku beneran cinta sama kamu, Ra."
"Aku nggak tau kamu melihat aku sebagai Arabella, atau Alana, Wan?"
Kali ini Awan benar-benar tidak bisa menjawab lagi.
***
Sesampainya di depan rumah, Arabella langsung turun dari mobil Awan. Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan, sebab keduanya larut dalam pikiran masing-masing.
Awan yang menyadari kesalahannya, turun dan mengejar Arabella. Membawakan semua belanjaan wanita itu yang masih tertinggal di mobilnya.
"Ra, masa lalu aku udah tertinggal jauh di belakang. Sekarang kamu masa depan aku," ujarnya meyakinkan.
Arabella tersenyum. "Kamu coba untuk tanya ke hati kamu lagi, aku ini Arabella atau Alana buat kamu. Karena aku nggak mau hidup dalam bayangan wanita lain, Wan." Diambilnya semua paper bag itu dan masuk ke dalam.
Setelah memastikan Awan pergi, Arabella masuk ke kamarnya. Dia kembali mengingat kata-kata Awan tadi. Terasa menohok. Apa karena itu Awan mendekatinya? Karena mengira dia seperti dekat dengan Alana kembali.
"Heh, pulang-pulang kok wajah Lo bete gitu? Bukannya seneng habis dibelanjain sebanyak ini," sindir Lala yang baru saja selesai mandi.
Arabella menaruh semua belanjaan ke lantai. Lalu duduk di tepi ranjang. "Gue jadi ragu sama Awan, La."
"Loh, kenapa?" Lala duduk di samping Arabella.
"Tadi dia cerita tentang masa lalunya ke gue. Tentang cinta pertamanya. Terus dia bilang gue mirip sama wanita yang dia cintai itu."
"Lo cemburu?" tebak Lala.
"Wajar, kan, gue cemburu? Dia nyamain gue sama mantannya, La. Bisa jadi sekarang yang dia lihat itu mantannya, bukan gue." Nada Arabella terdengar kesal.
"Mungkin dia salah aja kali, Ra."
"Salah gimana?"
"Salah mencari kalimat yang tepat. Jadi kesannya kayak membandingkan, padahal sebenernya nggak."
Arabella mengesah. "Tau deh. Gue nggak ngerti." Dia berdiri dan melepas gaun yang dipakainya, hendak mandi.
"Jangan sampai gara-gara masa lalu, Lo sama dia berantem lagi loh, Ra." Lala membuka-buka belanjaan Arabella.
"Gue minta ke dia buat cari tau lagi sebenernya hatinya nganggep gue ini siapa." Arabella masuk ke kamar mandi.
"Bagus sih kayak gitu." Lala sudah tidak fokus pada obrolan. Melihat semua belanjaan Arabella, apalagi harganya, matanya mengkilat. "Gue boleh pinjem baju-baju Lo nggak sih?"
Tidak ada jawaban.
Lala mencoba salah satu gaun yang dia sukai. Tapi sayangnya kebesaran untuk tubuhnya yang tipis. "Ra, kalau beli baju yang seukuran sama badan gue kenapa sih?!
***
Versi PDF masih ready di Karyakarsa ya, isinya sudah pasti berbeda dengan versi Wattpad. Part akan lebih banyak dan no skip-skip.
Happy reading^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret and the Boss (TAMAT)
RomanceArabella, seorang model cantik yang harus merelakan karirnya jatuh setelah dirinya hamil. Sialnya lagi, pria yang menghamilinya malah menguras habis uangnya dan kabur. Arabella benar-benar jatuh miskin setelah membayar semua ganti rugi atas pembatal...