Bab 5. Bertemu Klien

3.7K 513 23
                                    

Seperti yang Arabella duga, turun dari mobil Awan pasti akan menciptakan masalah yang cukup serius. Para karyawan menatap tidak suka ke arahnya, terlebih dia baru bekerja dua hari. Dari jenis tatapan itu, tentu mereka semua iri karena dia sangat dekat dengan pemilik perusahaan ini.

"Pak, kayaknya besok-besok nggak usah jemput saya lagi. Soalnya nggak enak sama karyawan yang lain," bisik Arabella.

Awan memperhatikan sekitar, di mana semua karyawan langsung berpura-pura sibuk padahal tadi lagi memperhatikan mereka. "Kamu nggak usah dengerin apa yang orang lain omongin. Mereka bisanya cuma ngomong di belakang."

"Tapi saya nggak mau punya masalah sama siapapun, Pak. Setidaknya sampai tiga bulan ke depan."

Kening Awan berkerut. "Tiga bulan?" tanyanya bingung.

Arabella menjadi gelagapan. "Ma-maksud saya selama tiga bulan masa percobaan saya nggak mau buat masalah, agar kontrak saya bisa dilanjutkan," ralatnya.

"Oh, itu." Awan tertawa. "Kalau itu kamu harusnya jangan cari masalah sama aku, karena yang menentukan kamu akan stop atau lanjut itu aku."

Arabella gemas sekali rasanya ingin mencubit Awan.

Mereka sampai di depan lift, Awan lebih dulu menekan tombol sebelum jari Arabella sampai. "Aku akan tetep antar jemput kamu," tegasnya.

Pintu lift terbuka dan mereka berdua masuk. Tidak ada siapapun lagi, hanya mereka berdua.

Arabella mengesah. "Kenapa Bapak selalu memaksa," keluhnya.

Tiba-tiba saja Awan mendekat, Arabella refleks mundur hingga punggungnya mendesak pada dinding lift. Dia mengerjap ketika wajah Awan kian mendekat. Saat bibir mereka nyaris menempel, Arabella langsung memejamkan mata dan membekap mulutnya dengan telapak tangan.

Awan tersenyum geli. "Karena aku pengen deket sama kamu," bisiknya persis di telinga Arabella.

Mata Arabella terbuka. Ternyata Awan tidak berniat menciumnya. Dia pun merasa malu dan refleks membenahi rambutnya. Ucapan pria itu tadi sungguh membuat jantungnya kian berdebar.

Awan kembali mengulas senyum dan menjauhkan wajahnya. "Aku anggap diam kamu sebagai jawaban," ucapnya percaya diri.

"Hah? Jawaban apa?" Arabella balik bertanya. Bingung, Awan bertanya apa memangnya?

Awan hanya tersenyum. Begitu pintu lift terbuka, dia langsung keluar.

Kedua alis Arabella bertaut. Dia mencoba mengingat lagi maksud dari perkataan Awan tadi. Jawaban apa?

Saat tiba-tiba Awan berhenti dan berbalik, Arabella juga langsung menghentikan langkah. Tapi cukup terlambat, membuatnya nyaris jatuh karena kehilangan keseimbangan. Untung Awan sigap memeluk pinggangnya.

"Kamu sengaja jatuh biar aku peluk?" goda Awan.

Arabella buru-buru melepaskan pelukan itu. "Bapak yang tiba-tiba berhenti," ucapnya menyalahkan.

"Makanya jangan melamun."

Arabella meringis.

"Ara, nanti jam sembilan kamu ikut saya melihat-lihat lokasi. Ada beberapa yang sudah hampir selesai," minta Awan.

"Baik, Pak." Arabella mengangguk.

Awan tersenyum, menatap Arabella sangat lama. "Aku belum bilang ya, kalau kamu cantik banget hari ini." Kemudian masuk ke ruangannya.

Arabella berdiri bagai patung, kenapa Awan selalu membuat jantungnya tidak tenang?

***

Secret and the Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang