Bab 7. Berkencan

3.7K 473 9
                                    

Awan menoleh ke samping, sejak tadi Arabella mendiamkannya. Dia pun belum mengatakan apa-apa, menunggu wanita itu bicara lebih dulu. Tapi sepertinya, Arabella jauh lebih keras kepala dibanding dirinya sendiri.

"Kamu kenapa diem? Marah sama aku?" tanya Awan akhirnya, tidak tahan dengan sikap wanita itu.

Arabella tidak menjawab, malah semakin menoleh ke samping. Dia lebih mirip anak kecil yang tengah merajuk karena permintaannya tidak dituruti.

Awan mengesah keras. "Kamu bisa nggak noleh ke aku? Aku bukan sopir," geramnya.

Arabella tidak menurutinya.

"Ra," panggil Awan berusaha tetap sabar. Wanita itu tetap tidak mau menoleh, apalagi menyahutinya.

Awan menepikan mobilnya. Dia merasa tidak tenang kalau harus membiarkan keadaan tetap seperti ini.

"Lihat ke aku sekarang, nggak ada yang menarik di luar sana." Ditariknya dengan lembut tangan Arabella.

Arabella menatap atasannya itu, tapi tetap diam.

"Maafin aku udah bikin kamu lembur malam ini," ucap Awan kemudian. "Tadi aku lagi kesel sama kamu, makanya ngomong sembarangan."

"Emang aku punya salah apa? Cuma karena Pak Rivano nelepon aku, terus kamu sampe segitunya marah ke aku?"

"Aku cemburu, Ra."

Arabella tidak mempercayai itu. Dia menarik tangannya. "Kamu udah punya tunangan tapi masih mencoba merayu wanita lain."

"Tunangan?" Awan mengerutkan kening.

"Iya, tunangan kamu yang tadi dateng." Arabella malah lebih terlihat cemburu.

Awan tertawa.

"Ada yang lucu Pak Awan?" Wajah Arabella semakin terlihat gusar.

"Ra, kayaknya kamu salah paham deh. Dia bukan tunangan aku, tapi sepupu. Kami emang dekat, jadi mungkin banyak yang ngira kalau kami punya hubungan spesial."

Arabella menoleh pada Awan kembali, bingung. "Tapi dia sendiri yang bilang kalau dia tunangan kamu," beritahunya.

"Itu karena dia emang posesif banget sama aku, tapi nanti aku bakal kasih tau dia tentang kita."

"Tentang kita?"

"Aku udah bilang, kan, kalau aku lagi deketin kamu. Aku nggak mau ada orang ketiga." Awan memegang kedua tangan Arabella. "Aku jatuh cinta sama kamu sejak pandangan pertama, dan aku nggak tau kenapa bisa secepat itu."

Jantung Arabella berdebar keras. Mungkin kini tangannya sangat dingin dalam genggaman hangat pria itu. Dia tersenyum dengan wajah yang mulai merona.

"Kamu mau nggak kita sama-sama cari jawabannya?" tanya Awan dengan serius.

"Kamu yakin sama aku? Gimana seandainya banyak rahasia yang aku sembunyikan dari kamu dan bisa jadi itu sesuatu yang paling nggak bisa kamu terima?" tanya Arabella tanpa punya keberanian mengungkapkan yang sebenernya.

"Aku percaya sama kamu, dan aku siap menerima apapun itu." Awan merangkum pipi Arabella dengan kedua tangan.

"Sebenernya, aku ..."

TIN!

Awan dan Arabella terkejut saat mendengar suara klakson yang sangat nyaring dari pemilik mobil di belakang. Sampai akhirnya Awan tertawa geli, "mungkin dia ngira kita berbuat yang aneh-aneh berhenti di pinggir jalan kayak gini."

"Ya udah jalan," suruh Arabella. Nyaris saja dia mengatakannya tadi.

Awan tersenyum jahil. Dia mendekati wajah Arabella, hendak menciumnya.

Secret and the Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang