Bab 12. Ancaman Rivano

2.8K 429 15
                                    

"Kenapa nggak jujur sama aku kalau kamu udah lama kenal dia?" todong Awan langsung ketika mereka sudah di mobil menuju ke tempat pertemuan.

"A-aku bener-bener nggak inget dia siapa," jawab Arabella terbata.

Awan menatap Arabella tajam, sangsi dengan jawaban wanita itu. "Kamu yakin nggak inget? Kenapa buru-buru ngajak aku pergi?" Saat sedang cemburu, kehangatan Awan selalu melebur ke dalam api.

"A-aku ... Dulu aku ..." Bagaimana cara Arabella mengatakannya. Bila Awan tahu dia mantan seorang model, maka hanya dengan satu ketikan nama di internet semua profil masa lalunya akan muncul. Termasuk berita kalau dirinya hamil di luar nikah.

"Aku nggak ngerti sama kamu, Ra. Semua serba misterius. Apa hanya aku yang nggak bener-bener kenal kamu di dunia ini?" tanya Awan kesal. "Saat dia bilang kalian pernah terikat di masa lalu, kamu tau gimana perasaan aku?"

Arabella menunduk.

"Gimana dia bisa kenal kamu? Siapa kamu sebenarnya? Apa hanya aku yang bodoh di sini?" cecar Awan dengan banyak pertanyaan.

"Maaf ..." Hanya itu yang bisa Arabella ucapkan untuk saat ini.

"Aku nggak butuh permintaan maaf, Ra! Emangnya kamu salah apa?" Emosi Awan memuncak. "Aku hanya minta penjelasan dari kamu," desaknya.

Sayangnya, mobil sudah lebih dulu sampai di depan Hotel tempat Awan dan Kliennya janjian. "Kamu nggak perlu ikut ke dalam. Kembali ke Hotel dan tunggu aku di sana," suruhnya.

"Tapi ..."

"Ini perintah." Awan membuat Arabella bungkam dengan tatapannya itu. Dia lantar menoleh sang sopir, "Pak, tolong antar dia ke Hotel. Setelah itu kembali ke sini."

"Baik, Pak."

Awan pergi setelah itu.

Mobil meninggalkan Hotel ini dan berputar arah. Arabella meremas tangannya sendiri, sepertinya dia tidak akan bisa bertahan lebih lama dengan kebohongan ini.

***

Setelah sampai di Hotel tempatnya dan Awan menginap, Arabella bertemu dengan Rivano. Ternyata pria itu sengaja menunggu. "Bisa kita bicara, Arabella?" tanyanya. Mencegat ketika Arabella berniat mengabaikan.

"Maaf Pak, saya sedang tidak ingin bicara." Arabella menolak. Dia melanjutkan langkah.

"Pak Awan udah tau kalau kamu sedang hamil, Arabella?"

Langkah Arabella refleks terhenti. Dia berbalik, menatap Rivano dengan mata berapi-api.

Rivano tersenyum miring dan mendekati Arabella. Dia memberi sebuah kartu kamar hotel miliknya sebagai pilihan untuk Arabella. "Kita akan lebih punya privasi di sini," ucapnya licik.

Arabella tidak mengira dirinya akan terjebak dengan pria busuk ini. Dia pun tidak punya pilihan selain mengikuti keinginannya. Mereka naik lift bersama, berhenti di lantai lima dan menuju kamar Rivano.

Rivano membukakan pintu dan Arabella masuk ke dalam dengan wajah gusar. Dia memilih untuk duduk di sofa, mengangkat satu kaki dan melipat tangan.

Rivano duduk di sofa lain.

"Apa mau anda, Pak Rivano?" tanya Arabella langsung. Ditatapnya Rivano setajam mungkin, menunjukkan rasa benci yang mendalam.

Rivano berdeham. "Aku pikir Pak Awan bener-bener nggak tau kalau sekretarisnya ini seorang mantan model yang punya banyak masalah." Dia tertawa.

"Saya rasa ini bukan urusan anda. Saya tidak punya masalah pribadi dengan anda, hubungan kita di masa lalu hanya sebatas kontrak pekerjaan. Sudah lama berkahir."

Secret and the Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang