Bab 6. Perintah Atasan

3.4K 507 8
                                    

"Kenapa diladeni?"

Arabella bingung tiba-tiba Awan bertanya seperti ini setelah berada di mobil. Sejak di Restoran tadi, wajah atasannya itu sangatlah keruh. Entah apa kesalahan yang telah dia buat. "Maaf Pak, apanya yang diladeni?" tanyanya minta diperjelas.

"Pak Rivano. Kamu pasti tau, kan, dia berniat godain kamu? Kenapa diladeni?"

Hah, gue ngeladenin apa emang? "Saya cuma ... cuma menjaga hubungan baik seperti yang Bapak minta." Arabella menjawab apa adanya.

"Nggak untuk hal-hal pribadi, Ra!" sergah Awan sedikit keras.

Arabella terkejut dibentak seperti itu, tanpa dia mengerti dengan jelas di mana letak kesalahannya. "Dia nanya aku tinggal di mana dan aku jawab seadanya, apa itu salah?" tanyanya kesal. Persetan dengan kesopanan!

"Terus kalau dia tiba-tiba datang ke rumah kamu, mau dibukain pintu?" Awan menatap tajam.

"Nggak mungkinlah dia dateng. Mau ngapain coba? Jadi, aku pikir dia cuma basa-basi nanyain itu." Arabella bertambah kesal, apa maksudnya Awan bersikap seperti ini?

"Kamu nggak ngerti dia orang yang seperti apa, Ra. Ada yang dia harapin dari kamu." Awan mengusap wajahnya.

"Aku beneran cuma mau kasih kesan yang baik sebagai sekretaris kamu, karena kamu bilang dia salah satu orang yang penting untuk perusahaan."

Tepat di saat bersamaan, ponsel Arabella berbunyi. Wanita itu mengambilnya dari dalam tas dan melihat nomor tidak dikenal yang menelepon. Takut bila penting, dia pun menerimanya.

"Halo Arabella, masih ingat suara saya?"

Arabella refleks menoleh pada Awan, begitu pun sebaliknya. Rivano meneleponnya. "Iya Pak, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya begitu pelan.

"Kamu sibuk malam ini?"

Awan menatap semakin tajam.

"Emm, malam ini ... Saya ..." Ponsel itu secara tiba-tiba berpindah tangan ke Awan.

"Halo Pak Rivano," sapa Awan.

Hening sejenak. "Pak Awan?" Suara Rivano kembali terdengar.

"Mohon maaf Pak Rivano, bila ada urusan dengan pekerjaan saya harap jangan menelepon ke ponsel pribadi sekretaris saya. Anda bisa menelepon ke kantor, atau mungkin ponsel saya."

Arabella menjadi cemas.

"Hahaha. Sejujurnya ini bukan untuk pekerjaan, tapi urusan pribadi."

"Kalau begitu Bapak tidak bisa menelepon sekretaris saya di jam kantor. Terima kasih." Awan mematikan sambungan telepon. Lalu menatap Arabella tajam, "kamu lihat? Baru berpisah lima menit dia udah telepon kamu."

Arabella tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.

"Aku nggak suka kamu berhubungan dengan klien secara pribadi. Kamu harus profesional," minta Awan tegas.

Arabella mengangguk.

Awan mengembalikan ponsel Arabella, sedikit melemparnya ke pangkuan wanita itu. Dia menghidupkan mesin mobil, lalu menginjak gas dalam-dalam.

Terpaksa Arabella berpegangan, karena laju mobil yang sangat cepat. Dia cuma bisa diam, tidak berani bicara saat atasannya ini sedang marah. Sangat menyeramkan.

***

Arabella gelisah sejak tadi. Awan tidak juga memanggilnya, padahal mereka harus membahas estimasi penawaran untuk resort Rivano dengan segera. Sejak tadi matanya bergerak antara layar komputer dan pintu ruangan boss-nya itu.

Secret and the Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang