Turun dari mobil Awan saja sudah cukup menjadi pusat perhatian, ditambah lagi pria itu kini tengah menggandeng tangannya. Arabella merasa gosip-gosip melayang di udara, sampai ke telinganya. Para wanita berbibir tajam itu semakin meracuni telinga rekannya untuk ikut menjadi haters garis depan. Tapi mereka salah sasaran, Arabella sudah sangat terbiasa dalam menghadapi hal semacam ini. Malah dengan santainya dia merangkul lengan Awan lebih dekat sehingga mata-mata mereka makin membeliak.
"Kamu nggak takut digosipin sama karyawan kamu sendiri karena pacaran dengan Sekretaris?" tanya Arabella begitu mereka sudah di dalam lift.
Awan mengangkat bahu. "Emang penting buat kita?" tanyanya cuek.
"Nggak sih." Arabella tersenyum lebar.
"Ya udah cuekin aja." Pintu lift terbuka dan mereka melangkah kembali menuju ruangan Awan.
Laras berdiri mengucapkan selamat pagi. Melihat Awan yang menggandeng tangan Arabella, wajahnya berubah jadi masam.
"Kamu masuk duluan, aku buatin kopi buat kamu." Arabella melepas tangannya dari genggaman Awan.
Awan mengangguk dan tersenyum lembut pada sang kekasih. "Jangan lama-lama," bisiknya mesra.
Arabella hanya balas tersenyum dan melangkah pergi menuju pantry. Bisa dia rasakan Laras mengikuti di belakangnya. Wanita itu pasti sangat penasaran dan ingin mengorek banyak hal darinya.
Di pantry, Arabella membuatkan Awan kopi seduh dengan takaran pas yang disukai pria itu. Laras bersandar di meja, menghadap ke arahnya. "Kamu mau buat kopi juga?" tanyanya basa-basi.
"Lo udah kasih pelet apa sih ke Pak Awan, sampe dia mau-maunya pacaran sama orang rendahan?" tanya Laras to the point.
Arabella tersenyum. "Kamu hidup di zaman apa ya, kok masih percaya hal-hal mistis kayak gitu?" ledeknya halus.
Laras semakin terlihat jengkel. "Lo pasti udah nawarin diri makanya Pak Awan mau, kan?" Senyum di bibirnya tercetak miring. "Paling kalau udah bosen juga ditinggalin. Mana ada CEO mau serius sama karyawan rendahan."
"Kalau kayak gitu berarti kita harus nunggu. Karena sekarang, belum ada tanda-tanda kalau Pak Awan bosan sama aku." Arabella tetap tersenyum santai.
Laras mengangkat tangan hendak menampar Arabella, tapi dengan cepat Arabella menangkis tangan itu dan mencekalnya kuat. "Jangan pernah nyentuh gue, kalau Lo masih betah kerja di sini," ancamnya dengan serius.
Laras menarik tangannya. Tidak berkata apa-apa selain menatap bak mata pisau.
Arabella tersenyum lagi dan pergi membawa kopi milik Awan. Dia merasa puas sudah bisa melawan Laras.
Saat sampai di ruangan Awan, terlihat pria itu sedang serius menatap layar komputer. Arabella pun mendekat dan menaruh kopi di atas mejanya. "Wajah kamu kenapa?" selidiknya.
"Dia memulai perang," beritahu Awan.
Arabella bergerak ke samping kursi Awan untuk ikut melihat apa yang dilihat pria itu. Matanya membeliak, sebuah artikel muncul di headline majalah bisnis online. Tentang pemukulan Awan terhadap Rivano.
"Kamu tenang aja, dia beraninya cuma kayak gini doang. Kalau dia emang ngerasa bener, pasti udah lapor Polisi. Cuma orang pengecut yang pakai cara kayak gini," ujar Awan menenangkan kegelisahan Rivano.
"Tapi kepercayaan klien bakal berkurang ke kamu, Wan. Lihat aja komentarnya pada nyalahin kamu semua." Arabella mana bisa tenang, ini semua berhubungan dengannya.
"Biarin aja."
"Wan, kamu nggak bisa santai kayak gini. Perusahaan kamu dipertaruhkan," erang Arabella.
![](https://img.wattpad.com/cover/264246750-288-k138396.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret and the Boss (TAMAT)
Roman d'amourArabella, seorang model cantik yang harus merelakan karirnya jatuh setelah dirinya hamil. Sialnya lagi, pria yang menghamilinya malah menguras habis uangnya dan kabur. Arabella benar-benar jatuh miskin setelah membayar semua ganti rugi atas pembatal...