"Pak, meeting sudah akan dimulai."
"Astaga, file saya ketinggalan di mobil." Awan bergegas setengah berlari keluar dari ruangannya. File penting itu harus dibawa saat meeting. Karena bersifat rahasia jadi dia harus mengambilnya sendiri. Inilah repotnya tidak memiliki sekretaris pribadi, dia masih harus mandiri melakukan hal-hal semacam ini.
Awan melirik arlojinya, semakin cepat berjalan melewati pintu keluar. Tanpa sengaja dia menabrak seorang wanita. Saat menyadari keseimbangan wanita itu hilang, dengan cepat dia memeluk pinggangnya agar tidak jatuh ke bawah.
Nyaris!
Sejenak, Awan terhipnotis oleh pesona wanita yang dia tabrak. Sangat cantik. Matanya jernih, hidungnya mancung, dan bibirnya ... menjadi daya tarik tersendiri. Siapa dia?
"Sorry." Wanita itu mendorong Awan dengan lembut.
"Eh?" Awan langsung menarik tangan, dan sedikit salah tingkah. "Maaf, kamu nggak apa-apa, kan?" tanyanya sambil menatap lebih dalam.
"Nggak apa-apa." Wanita itu tersenyum, menjebak Awan dalam pesonanya.
Awan pun tertular senyumnya. "Kamu karyawan di sini?" tanyanya penasaran. Rasanya dia tidak pernah melihat wanita ini sebelumnya.
"Oh, bukan. Saya baru akan melamar pekerjaan." Wanita itu menunjukkan berkas lamaran yang dia bawa.
Awan tersenyum melihatnya. "Boleh saya lihat?" mintanya pada berkas lamaran itu.
"Emm, kamu ..." Wanita itu terlihat ragu. Tentu saja, mereka tidak saling mengenal. Mana mungkin dia memberikan berkas pribadi itu secara sembarangan.
"Ah, saya Awan." Awan mengulurkan tangannya.
Wanita itu tersenyum dan menerima uluran tangan Awan, namun masih terlihat ragu. "Arabella," balasnya dengan senyum kian menarik perhatian.
"Kamu diterima, Arabella."
Mulut Arabella menganga kecil.
Awan kembali tersenyum. "Kamu siap bekerja besok?" tanyanya kembali.
"Hah?" Arabella terlihat makin bingung dengan keadaan semacam ini. Dia tidak tahu siapa Awan dan apa posisinya di perusahaan ini, meski penampilannya sangat meyakinkan. Pastilah wanita itu berpikir Awan sedang mengisenginya.
Awan tertawa manis. "Tenang aja, saya orang yang cukup berpengaruh di sini. Kamu bisa bekerja besok?" mintanya sambil menadahkan tangan, meminta kembali berkas lamaran itu.
"Bi-bisa." Arabella mengangguk. Diberikannya berkas lamaran itu pada Awan.
Awan tersenyum lagi. Dia melirik arloji di tangannya. "Oke, besok jam delapan saya tunggu," putusnya.
"Tentu." Arabella juga tersenyum.
Awan kembali menatap Arabella. Dia lupa pada meeting yang telah menunggu. Saat ponselnya berdering, dia pun menjauh sejenak untuk menerima panggilan itu.
"Pak, meeting sudah terlambat dua puluh menit."
"Iya. Saya segera ke sana." Awan menoleh ke belakang dan mendapati Arabella sudah tidak ada. Dia sedikit kecewa, namun menjadi lega saat melihat berkas lamaran di tangannya.
Awan pun melanjutkan rencana awal tadi dan segera kembali ke ruangan meeting. Selama meeting berlangsung, pikirannya dipenuhi dengan sosok Arabella yang tenang, namun sangat menghamyutkan.
"Arabella," eja Awan tanpa sadar.
"Iya, Pak?" Pak Denis sontak bertanya.
Seketika Awan sadar semua klien sedang menatapnya. Dia menggeleng dan memasang wajah serius kembali. "Silakan dilanjutkan Pak Denis," suruhnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/264246750-288-k138396.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret and the Boss (TAMAT)
RomanceArabella, seorang model cantik yang harus merelakan karirnya jatuh setelah dirinya hamil. Sialnya lagi, pria yang menghamilinya malah menguras habis uangnya dan kabur. Arabella benar-benar jatuh miskin setelah membayar semua ganti rugi atas pembatal...