Mobil Awan sampai di depan rumah kontrakan berukuran kecil milik Arabella. Sejenak, pria itu memperhatikan keadaan sekitar yang gelap gulita. Nyaris tidak ada penghuni lainnya di sini.
"Makasih ya, Pak. Untuk traktiran makan dan udah anterin pulang." Arabella tersenyum.
Awan menoleh pada Arabella. "Iya, sama-sama. Kamu langsung istirahat, ya? Kalau emang masih sakit, minum obat. Kalau nggak sembuh juga telepon aku, nanti aku anter ke dokter."
Arabella sempat speechless. Sebegitu perhatiannya Awan padanya. Dia pun tersenyum dan mengangguk. Dia pun membuka pintu mobil, bersiap hendak turun.
"Besok jam tujuh aku jemput."
Arabella berbalik kembali menoleh Awan. "Gimana maksudnya, Pak?" Siapa tahu saja otaknya salah mengartikan.
"Besok aku jemput kamu jam tujuh di sini."
"Eh, nggak perlu, Pak. Duh, kenapa jadi makin ngerepotin." Tentu saja Arabella menolak, mana enak dia dijemput oleh atasan langsung.
"Ini perintah," tegas Awan.
"Ini udah di luar jam kerja, jadi aku berhak nolak, kan?" Akal Arabella pun bekerja.
"Aku tetep maksa."
Arabella menghela nafas. "Ya udah terserah Bapak aja," ucapnya pasrah.
Awan tersenyum. "Selamat malam, Arabella." Itu bukanlah ucapan atasan pada bawahannya, lebih kepada seorang laki-laki pada wanita yang disukai.
Arabella tersenyum. "Selamat malam, Awan." Tanpa embel-embel Pak tenyata cukup nyaman.
Melihat reaksinya, Awan sepertinya sangat senang. Dia membiarkan Arabella turun dan masuk ke rumahnya.
Setelah Arabella tidak terlihat lagi, Awan memperhatikan keadaan sekitar kembali. "Kamu tinggal di tempat sepi kayak gini, bikin aku khawatir." Dia menoleh ke rumah itu lagi, sungguh jauh dari kata mewah. Padahal dari segi penampilan, Arabella tergolong sangat berkelas.
"Mau jalan sekarang, Pak?" tanya sang sopir.
"Silakan, Pak."
Sepanjang jalan Awan masih terus memikirkan Arabella. Sesekali dia tersenyum bila mengingat setiap ekspresi yang diberikan wanita itu saat bicara dengannya. Tidak hanya bibir yang bicara, tapi juga mata.
"Kamu mengingatkan aku pada seseorang," gumamnya dengan satu helaan nafas.
Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pikiran Awan. Dia pun tersenyum senang setelahnya.
***
Arabella tidak bisa menahan bibir untuk tersenyum. Perhatian Awan yang begitu besar membuat hati terasa hangat. Terlebih lagi pria itu sangat baik, padahal mereka baru saling mengenal. Sejenak Arabella lupa pada kondisinya, bahwa dia tidak boleh jatuh pada siapapun sekarang ini.
"Cieee, yang senyum-senyum sendiri setelah dianterin sama Boss." Lala menggoda Arabella.
Arabella mengatup mulutnya. "Ih, siapa yang senyum? Nggak." Dia menepis, meski rona merah di wajahnya sangat kentara membenarkan ucapan Lala itu.
Lala mengulum senyum. "Gue rasa Boss Lo itu suka deh sama Lo," tebak Lala.
Arabella pun tidak memungkirinya, karena tindakan Awan sangatlah kentara. "Tapi gue nggak bisa kasih dia kesempatan," ucapnya sedikit lesu.
"Kenapa? Lo lagi sendiri ini."
"Lo lupa?" Arabella mengusap perut, menunjukkan bahwa ada kehidupan di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret and the Boss (TAMAT)
RomanceArabella, seorang model cantik yang harus merelakan karirnya jatuh setelah dirinya hamil. Sialnya lagi, pria yang menghamilinya malah menguras habis uangnya dan kabur. Arabella benar-benar jatuh miskin setelah membayar semua ganti rugi atas pembatal...