Rivano salah memilih Hotel. Awan bisa dengan mudah melacaknya, karena Hotel itu milik seorang klien yang pernah memakai jasa perusahaannya. Mendapatkan nomor kamar pria itu segampang meminta kunci cadangannya dari resepsionis.
Setelah berhasil membuka pintu, Awan menendangnya dengan keras hingga menghantam dinding dan menciptakan suara dentuman. Dia melangkah lebar. Emosinya meledak melihat Arabella ada di sana.
"Lo bener-bener mau mati," desis Awan sembari mengangkat tangan hendak memukul.
"Awan, jangan!" Arabella langsung menghalangi Awan dengan memeluk dan mendorongnya.
"Kamu ngapain di sini?!" bentak Awan begitu marah.
Rivano berdecak. "Kita lanjutkan di lain waktu, Arabella. Ajak Boss kamu itu pergi," suruhnya geram.
Mendengar itu, Awan kehabisan kesabarannya. Dia mendatangi Rivano dan memukulnya dengan keras. "Bajingan, Lo emang harus dimusnahkan dari bumi!" Lalu satu pukulan lagi.
"Awan, berhenti!" Arabella menarik Awan menjauh. "Jangan bikin masalah lagi," bujuknya.
"Siapa yang bikin masalah di sini, Ra?!" teriak Awan kesal. "Kamu bohongin aku, cuma untuk ketemu sama dia? Kenapa?!"
Arabella tidak bisa menjawabnya.
Melihat penampilan Arabella yang telah melepas outer-nya, dia pun semakin marah. "Kamu mau tidur sama dia?" tanyanya dengan tatapan tajam.
"Itu bukan urusan kamu." Arabella terpaksa mengatakannya.
"Bukan urusan aku?" Mendengar itu Awan rasanya telah didorong ke dasar jurang. Dia menggeleng, "dia kasih kamu berapa?"
Arabella hanya menunduk.
Awan memegang pundak Arabella dengan kuat, mengguncangnya. "Dia kasih kamu berapa?!" tanyanya lebih nyaring. "Kalau uang yang kamu butuhin saat ini, aku bisa kasih!"
Rivano menggeser tubuhnya dan bersandar ke ranjang. Pelipisnya mengeluarkan darah, begitu pun dengan hidungnya. Belum lagi perutnya terasa sangat sakit. Dia sengaja tidak membalas, agar bisa digunakan untuk menuntut Awan ke jalur hukum.
Arabella mengambil blouse-nya, lalu memasangnya kembali. "Kita butuh kamar lain kalau kamu emang mau bayar aku," ujarnya sedikit menantang.
Awan menarik tangan Arabella, lalu tanpa diduga dia mencium wanita itu.
Rivano yang melihat langsung membelalakkan mata lebar-lebar. "Dia milikku!" teriaknya.
Arabella berupaya melepaskan diri, tapi tidak berhasil. Jantungnya terasa mau meledak. Hingga akhirnya Awan selesai, dan dia masih membeku di tempatnya berdiri.
"Gue bunuh Lo," tunjuk Awan pada Rivano. Setelah itu dia tarik tangan Arabella keluar dari kamar itu.
Arabella yang masih shock hanya bisa terdiam mengikuti langkah Awan. Rasanya seperti tidak lagi menginjak bumi. Efek dari ciuman tadi.
"Aku bakal bikin perhitungan sama kamu," ujar Awan dengan emosi yang masih tersimpan.
Arabella hanya bisa menatap Awan dari belakang, sambil terus melangkah mengikuti pria itu. Haruskah dia merasa bahagia, padahal pria itu sedang sangat marah padanya saat ini?
***
Awan membawa Arabella ke mobil. Wanita itu menunduk, tak berani menatapnya. Dia sengaja belum bicara, lebih dulu ingin mendinginkan tubuhnya yang terbakar emosi.
"Sekarang jelasin ke aku, apa tujuan kamu ketemu sama dia?" tanyanya kemudian.
Satu kata pun tidak keluar dari mulut Arabella. Sepertinya dia tidak akan memberitahu, meski ada pisau di lehernya.
![](https://img.wattpad.com/cover/264246750-288-k138396.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret and the Boss (TAMAT)
RomanceArabella, seorang model cantik yang harus merelakan karirnya jatuh setelah dirinya hamil. Sialnya lagi, pria yang menghamilinya malah menguras habis uangnya dan kabur. Arabella benar-benar jatuh miskin setelah membayar semua ganti rugi atas pembatal...