Bab 16. Ditampar

3.5K 465 9
                                    

Nyatanya meski sangat kecewa, Awan tetap tidak bisa melupakan perasaannya pada Arabella. Tidak masuk akal memang, tapi seperti inilah hatinya. Tetap jatuh cinta, berkali-kali. Saat melihat wajah serius Arabella ketika bekerja, dia merasa ruangannya ini sejuk.

"Pak, meeting sama ..." Arabella diam beberapa saat karena memergoki Awan sedang menatap begitu dalam.

Awan terperanjat saat tiba-tiba Arabella mengangkat kepala menatapnya. Buru-buru dia memalingkan wajah. "kenapa?" tanyanya datar, tanpa menoleh.

"Meeting sama Pak Dewan ditunda besok pagi," lanjut Arabella.

"Hmm." Hanya itu jawaban Awan. Dibukanya file-file yang semula sudah diperiksa, demi untuk mengalihkan perhatiannya berpura-pura sibuk.

"Jadwal Bapak setelah makan siang kosong, mau saya jadwalkan dengan klien lain?" tanya Arabella lagi.

"Kamu nggak mau aku istirahat?" tanya Awan terlihat kesal.

Arabella meringis. "Maaf Pak," ujarnya yang kemudian menatap layar komputer lagi.

Awan penasaran apa yang sedang dikerjakan oleh Arabella. Wanita itu mengabaikannya, meski dia memang tidak meminta perhatian. Berulangkali diliriknya, tetap saja Arabella sangat serius dengan dunianya.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk," suruh Awan.

Pintu ruangan Awan dibuka dan Laras masuk ke dalam. Wanita itu memakai pakaian yang terlalu sexy hari ini, hingga bagian depan tubuhnya terbuka sangat banyak. Melihat itu Awan sempat tertegun, namanya juga pria normal.

"Pak, saya sudah mengerjakan surat penawaran untuk Pak Loan." Laras menarug berkas yang dia bawa ke meja Awan.

Awan mengambil berkas itu dan seketika memijat pelipisnya. Entah sudah berapa kali dia mengajari Laras, tapi sepertinya wanita itu tidak juga paham. "Ya sudah, kamu lanjutkan pekerjaan lain." Dalam artian, tinggalkan yang tidak bisa dikerjakan.

"Terus itu ... gimana, Pak?" Laras masih menunggu.

"Biar Arabella yang mengurus ini," putus Awan.

Arabella langsung mengangkat kepalanya, merasa terpanggil. Dia pun mendekati meja Awan dan menunggu perintah.

"Kamu perbaiki ini," suruh Awan sembari memberikan berkas Laras tadi.

"Baik, Pak." Arabella mengambil berkas itu dan membawanya ke mejanya.

Laras terlihat tidak suka, tapi cuma bisa diam dan menerima keputusan Awan. "Saya permisi, Pak." Pergi dengan wajah kecewa.

Arabella memeriksa semuanya, dan ikut sakit kepala. Apanya yang harus diperbaiki? Itu semuanya salah.

"Lain kali kamu aja yang urus itu." Awan memerintahkan.

Arabella tersenyum, "Baik, Pak." Mengangguk patuh. Dia mengulum senyum melihat wajah kesal Awan gara-gara ulah Laras.

"Kenapa senyum?" Awan menatap lekat.

"Hah?" Arabella gelagapan, "sa-saya nggak senyum." Melihat Awan memijat pelipis lagi, Arabella kembali tersenyum geli.

Tak lama kemudian, keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Awan memeriksa laporan, dan Arabella menelepon para klien untuk membuat janji.

"Ra, kamu udah telepon Pak Pohan belum?" tanya Awan serius.

"Sudah, Pak."

"Terus gimana?"

Arabella lebih dulu mencari file milik Pak Pohan, lalu membawanya pada Awan. Dia sudah menyiapkan file itu sejak lama kalau-kalau Awan akan bertanya.

Secret and the Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang