Setibanya di rumah bertingkat dua yang ada di kawasan elite, jantung Arabella makin berdebar keras. Padahal tadi di perjalanan dia sudah cukup rileks bercanda tawa dengan Awan. Dia memegang dadanya yang seakan mau meledak.
"Tangan kamu dingin banget," ujar Awan saat menggandeng wanita itu.
"Wait." Arabella menghentikan langkah dan lebih dulu mengatur nafasnya.
Awan menatap wanita itu dengan seksama. "Kamu beneran segugup ini cuma karena mau ketemu sama keluarga aku?" tanyanya tak percaya, sekaligus lucu.
"Beneran," rengek Arabella.
"Sumpah aku nggak pernah lihat kamu nggak pede kayak gini, Ra." Awan semakin terkekeh-kekeh.
"Jangan ketawa. Ini jantung aku beneran mau meledak." Arabella rasanya sulit bernafas. Sekujur tubuhnya mendadak beku.
Awan memegang pundak Arabella dan menatapnya lekat. "Apa yang bikin kamu sepanik ini? Keluarga aku pasti akan menyukai kamu, percaya deh." Diciumnya kening wanita itu dengan lembut.
Arabella meniup nafasnya lagi.
"Yuk masuk, mereka pasti udah nungguin." Awan menggenggam tangan Arabella kembali.
Arabella mengangguk dengan sisa keberaniannya yang hanya sedikit. Dia mencoba sesantai mungkin, meski rasanya semakin gemetar saja.
Setibanya di dalam, ada tiga orang yang langsung menoleh mereka berdua. Seorang pria paruh baya lebih dulu berdiri dan tersenyum. Lalu disusul pria dewasa satunya, dan wanita paruh baya.
"Ayah, Tante, Mas Agam, ini Arabella." Awan memperkenalkan Arabella begitu sampai di depan ketiga anggota keluarganya itu.
"Halo, Om." Arabella mencium tangan Ayahnya Awan lebih dulu.
"Akhirnya Awan membawa wanita juga untuk dikenalkan," ujar Ayah Awan tertawa ramah.
Arabella tersenyum.
"Ini Tante Mayang, Adiknya Ayah." Awan memperkenalkan.
Arabella tersenyum pada Tante Mayang, "Halo Tante, apa kabar?" sapanya. Bisa dia rasakan sorot tidak ramah dari mata wanita itu, tapi Arabella tetap sesopan mungkin menyalami tangannya.
"Nah, kalau ini Mas Agam."
Arabella tersenyum kembali dan hanya menunduk sebagai perkenalan pada pria yang tidak terlalu jauh jarak usianya itu.
"Gimana kalau kita langsung makan saja? Sudah waktunya," ajak Ayahnya Awan.
"Ide bagus, Yah." Agam menanggapi.
Arabella melirik Tante Mayang yang sedang memberikan tatapan seperti musuh. Ternyata ada saja orang yang tidak menyukainya, bahkan di pertemuan pertama. Dia jelas tidak melakukan kesalahan apapun, itu berarti memang Tante Mayang tidak akan pernah menerimanya di keluarga ini.
"May, Fanya mana?" tanya Ayah Awan.
"Fanya di sini Pakde." Fanya muncul dan kemudian duduk di samping Mamanya. Saat melihat Arabella, wajahnya berubah masam. "Sekretarisnya Awan ada di sini mau kerja emangnya?" sindirnya.
"Fanya," desis Awan tidak suka.
Arabella tidak akan tertindas hanya karena Fanya. Dia tetap tersenyum untuk membuat wanita itu semakin kesal.
Melihat Awan memarahi putrinya, Mayang semakin tidak menyukai Arabella. Ditambah lagi dia sudah banyak mendengar tentang sekretaris Awan ini dari mulut Fanya.
"Ayo Arabella, jangan malu-malu. Semua makanan ini dibeli dari restoran yang enak, soalnya nggak ada yang bisa masak." Ayahnya Awan menyindir Mayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret and the Boss (TAMAT)
RomanceArabella, seorang model cantik yang harus merelakan karirnya jatuh setelah dirinya hamil. Sialnya lagi, pria yang menghamilinya malah menguras habis uangnya dan kabur. Arabella benar-benar jatuh miskin setelah membayar semua ganti rugi atas pembatal...