Bab 9. Mual Berlebihan

3.5K 448 10
                                    

Awan memesan dua kamar yang bersebelahan di Hotel yang sama dengan tempat dilangsungkannya kegiatan perusahaan. Tadinya dia berniat hanya memesan satu kamar, tapi tentu saja Arabella menolak.

"Kamu yakin nggak mau sekamar aja?" tanya Awan lagi saat mereka sudah di depan pintu kamar masing-masing.

"Yakin," jawab Arabella mantap.

Awan terkekeh. "Ya udah, jangan lama-lama." Dia melirik arloji di tangannya, "aku tunggu lima menit."

Arabella mengerucutkan bibirnya, lima menit cukup untuk apa? Dia membuka pintu dan masuk ke dalam. Awan memesankan suite mewah untuknya, sungguh pengeluaran yang tidak perlu.

"Apa yang harus aku pakai, ya?" Arabella membuka kopernya dan mengeluarkan semua gaun malam yang dia bawa. Setidaknya harus cocok dengan tema malam ini.

Karena malam ini Awan akan mengajaknya berkeliling stand perusahaan, sekaligus makan malam, Arabella mungkin akan cocok dengan gaun ketat berbahan satin. Gaun itu tanpa lengan, panjangnya hingga Maya kaki tapi dengan belahan panjang sampai ke paha. Saat memakainya Arabella merasa semakin percaya diri.

Tok. Tok. Tok.

Arabella menoleh pada pintu, itu pasti si manusia tidak sabaran, atasannya. Ternyata dia benar-benar diberi waktu lima menit. Mengabaikan ketukan di pintu, Arabella lebih dulu memperbaiki make up di wajahnya. Menata rambut dan menyemprotkan sedikit parfume. Dia tersenyum menatap dirinya sendiri di cermin.

Tok. Tok. Tok.

"Nggak sabaran banget sih," keluh Arabella sembari mengambil clutch berwarna senada dengan gaunnya itu.

Dia membuka pintu, mendapati Awan dengan jas menawan di tubuh proporsionalnya itu. Sangat tampan. Dia pun tersenyum.

Sama halnya dengan Awan, pria itu terpesona pada penampilan Arabella yang mengagumkan. "Kamu cantik banget," pujinya.

Arabella menutup pintunya. "Aku emang selalu cantik," balasnya sambil berlalu.

Awan terkekeh. Dikejarnya Arabella dan menggandeng tangannya.

"Heh, nggak usah pegang-pegang." Arabella menarik tangannya.

Awan ngotot tetap memegang tangan Arabella. "Aku nggak akan biarkan pria lain menatap kamu. Dengan begini, mereka akan tau diri kalau kamu bukan pajangan yang bisa ditatap lebih dari tiga detik."

Arabella mengulum senyum. "Aku masih berstatus sekretaris kamu, Wan." Mengingatkan, siapa tahu pria itu lupa mereka akan bertemu banyak orang malam ini.

"Sebentar lagi kamu akan menjadi istri aku, jadi biarkan mereka mulai bergosip dari sekarang." Awan tetap tidak peduli.

Arabella menghela nafas dan pasrah.

Mereka pun sampai di tempat acara berlangsung. Ada banyak perusahaan yang ikut serta dalam acara ini. Stand perusahaan Awan terletak di urutan paling pertama, dijaga oleh Tim marketing yang andal.

"Pak Awan," sambut Rinto, selaku supervisor.

"Gimana Rin, lancar?" tanya Awan sembari melihat-lihat.

"Banyak klien yang tertarik, Pak. Mereka meninggalkan kartu nama dan meminta untuk dihubungi."

Awan senang mendengarnya. "Oh ya, ini Arabella sekretaris saya. Kamu bisa kirimkan semua ke dia untuk mengatur jadwal pertemuan nanti," beritahunya.

Rinto melirik genggaman tangan Awan dan Arabella, kemudian tersenyum. "Halo Bu Arabella, saya Rinto." Dia mengulurkan tangan.

Arabella baru saja akan menyambut uluran tangan Rinto, tapi Awan malah menepis tangannya. "Rinto ini Supervisor Tim marketing, jadi kamu mungkin akan lebih sering berhubungan sama dia nantinya."

Secret and the Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang