Saat Arabella sedang serius menatap layar komputer, tiba-tiba Awan mendatanginya. Memegang pergelangan tangannya, lalu menariknya ke sofa. Awalnya bingung, tapi melihat kotak P3K di atas meja dia pun mengerti.
Awan duduk di samping Arabella. Dibenahinya rambut wanita itu ke belakang agar tidak menutupi pipi. "Maafin aku nggak ada di sini saat kamu diperlakukan kayak gini," ucapnya menyesal.
Arabella mengangguk.
Awan mengolesi salep bening ke pipi Arabella, begitu serius dan berhati-hati. "Sakit nggak?" tanyanya sembari menatap mata teduh wanita itu.
Arabella menggeleng.
Beberapa saat mereka bertatapan seperti itu. Ada rindu yang tidak mampu diucapkan oleh bibir, tapi sangat kentara lewat tatapan. Hingga akhirnya Awan mendekati bibir Arabella.
Jantung Arabella bergemuruh, tapi kali ini dia tidak menghindar. Matanya justru terpejam saat bibir Awan sudah nyaris menyentuh bibirnya.
"Untuk apa anda membela wanita yang bahkan tidak jelas siapa Ayah dari bayi yang dia kandung, Pak Awan?"
Tiba-tiba saja ucapan Rivano saat itu terdengar kembali di telinga Awan. Membuatnya berhenti dan hanya menatap Arabella dari jarak yang dekat. Pertanyaan siapa Ayah dari bayi yang Arabella kandung belumlah terjawab, dan dia lebih penasaran lagi wanita seperti apa sebenarnya Arabella.
Arabella membuka matanya, tapi ternyata Awan sudah memberikan jarak. Dia pun salah tingkah dan merasa malu. "Ehm, makasih Pak." Lalu berdiri dan kembali ke mejanya.
Awan diam saja. Pikirannya kembali terganggu. Entah kapan dia bisa melupakan masalah ini. Meski sangat mencintai Arabella, tetap saja sulit menerimanya. Menghela nafas, dia kembali ke mejanya.
Melihat perubahan wajah Awan, Arabella merasa sedih. Dia yakin ini semua karenanya. Entah apa yang bisa dilakukannya agar bisa menebus kesalahan. Sementara pria itu masih sangat baik seperti ini.
Ting!
Perhatian Arabella beralih pada ponselnya. Nama Rivano terlihat di layar. Dia pun dengan cepat membukanya.
From: Pak Rivano
Kalau kamu nggak mau perusahaan Awan hancur, datang temui aku.Rivano juga mengirimkan beberapa foto berupa artikel tentang Arabella yang hamil di luar nikah. Pemukulan Awan terhadap Rivano. Dan ancaman pembatalan kontrak kerja yang akan membuat perusahaan merugi. Ini akan menjadi masalah besar untuk pria itu.
Ting!
From: Pak Rivano
Jam 4 di Kamar 307
Hotel TiramisuArabella menjadi resah, bingung harus berbuat apa. Bila dia memberitahu Awan, pria itu pasti akan bertindak sendirian. Dia menatap Awan yang sedang sibuk, membayangkan kehancuran pria itu membuatnya menggeleng.
"Permisi, Pak. Saya mau buat kopi untuk Bapak." Arabella pamitan keluar.
Awan hanya mengangguk.
Di luar, Arabella mencoba menelepon Lala. Tidak ada jawaban, pasti sahabatnya itu sedang sibuk. Dia pun mengirim pesan, berupa screenshot pesan dari Rivano tadi.
***
Arabella melirik jam berulangkali, sudah mendekati angka empat. Dia benar-benar tidak bisa tenang, ancaman Rivano membuatnya berada di persimpangan. Sudah berulangkali juga dia melirik Awan yang sejak tadi sibuk sendiri di mejanya. Lala juga belum bisa dihubungi, padahal dia sangat membutuhkan pendapat.
Gue harus gimana?
Ting!
Ponsel Arabella berbunyi kembali. Pesan dari Rivano, pria mesum yang tidak akan berhenti mengganggunya sebelum diturui kemauannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret and the Boss (TAMAT)
RomansaArabella, seorang model cantik yang harus merelakan karirnya jatuh setelah dirinya hamil. Sialnya lagi, pria yang menghamilinya malah menguras habis uangnya dan kabur. Arabella benar-benar jatuh miskin setelah membayar semua ganti rugi atas pembatal...