Bab 33. You did it!

2.3K 317 2
                                    

Di saat situasi mulai memanas di ruang meeting, tiba-tiba menjadi hening saat tanpa sengaja saluran televisi berada pada tayangan live Arabella. Semua yang ada di sana tertegun mendengarkan apa yang dikatakan wanita itu. Selama ini, semua yang mereka duga ternyata salah. Awan tidak seburuk yang mereka pikirkan.

"Mohon maaf saya harus pergi," kata Awan sembari berlari keluar dari ruangan itu.

Awan menekan tombol lift berkali-kali, sembari menelepon Arabella namun tidak diangkat. Dia khawatir, lebih pada psikis Arabella.

"Pak Awan, kita masih ada meeting dengan ..."

"Batalkan semua," potong Awan sebelum Laras selesai bicara. Pintu lift terbuka dan dia langsung masuk ke dalam. Terlihat sangat tergesa-gesa.

Di luar, para wartawan langsung menyerbu Awan. Tidak satupun dia ladeni, memilih langsung masuk ke mobilnya dan meminta sopir untuk secepat mungkin ke rumah sakit.

Awan masih berusaha menelepon Arabella, namun tetap tidak diangkat. Dia memutar siaran tadi di ponselnya melalui internet, ternyata Arabella masih melakukan live. "Berhenti, Ra. Kamu nggak harus melakukan ini," ujarnya resah.

"Pak tolong lebih cepat, Pak."

"Baik, Pak." Sopir menginjak gas lebih dalam di jalanan yang lumayan lengang.

Selama perjalanan menuju rumah sakit, Awan menyaksikan video siaran langsung Arabella dengan mata berkaca-kaca. Wanita itu sedang melucuti harga dirinya di depan banyak orang.

Begitu sampai di rumah sakit, Awan berlari secepat mungkin. Dia membuka pintu kamar, masuk dan langsung memeluk Arabella. "Apa yang kamu lakukan, Ra?"

"Kamu udah terlalu banyak berkorban buat aku. Sekarang giliran aku. Semua orang harus tau kalau kamu laki-laki yang sangat baik," ucap Arabella. Dia menangis dalam pelukan Awan.

"Kamu nggak harus lakuin ini, Ra. Nggak harus ..." Awan memeluk lebih erat.

Siaran live ini belum berakhir, semua orang yang menyaksikan sampai berlinang air mata. Pian mengakhirinya dengan happy ending. Dia meminta Kameramen berhenti merekam, menggantinya dengan iklan.

Lala bertepuk tangan, terharu dan ikut menangis. Disusul Pian, dan semua kru yang ada di sana.

"Gue jamin nggak akan ada yang hujat Lo lagi setelah ini, Arabella." Pian berkata dengan serius. Dia sangat mengagumi keberanian Arabella membuka aib yang tidak seharusnya diketahui oleh orang banyak.

Arabella tersenyum. "Makasih, Mas Pian."

"Gue yang harus bilang makasih sama Lo. Tenang aja, gue nggak akan makan hasilnya sendiri, Lo juga punya hak yang akan gue bayarkan karena udah kasih kepercayaan buat tayangin ini secara live." Mas Pian menunduk memberikan hormat pada Arabella.

Arabella meringis. Dia sudah duduk terlalu lama sehingga perutnya terasa sakit.

"Ayo istirahat," ujar Awan sembari menggendong Arabella dan memindahkannya ke ranjang.

"Arabella, cepat sembuh ya. Kita pamit dulu." Mas Pian berpamitan.

"Makasih Mas," ucap Arabella lagi.

"Pak Awan, anda mencintai wanita yang tepat," ujar Mas Pian dengan senyum tulus.

Awan balas tersenyum. "Makasih," ucapnya.

"Kalau gitu ... Gue juga pergi dulu." Lala tercengir dan menyingkir bersama perginya para kru.

Awan menatap Arabella, "Gimana aku harus menghukum kamu sekarang?" desahnya.

Secret and the Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang