Bab 36. Melanjutkan yang Tertunda

4K 352 4
                                    

Awan masuk membawa paper bag yang kemudian ditaruhnya ke atas meja. Dia mendekati Arabella dan tersenyum. Mengusap kepala wanita itu dengan lembut. "Udah makan?" tanyanya.

Arabella menggeleng.

"Kenapa belum?"

"Aku nungguin kamu."

"Maaf ya, tadi aku ada kerjaan," bohong Awan. Diambilnya piring berisi makanan yang masih utuh, lalu duduk di tepi ranjang. "Sekarang kamu makan, biar aku yang suapin," bujuknya.

Arabella membuka mulutnya. Meski nafsu makannya tidak ada, dia memaksakan diri. "Kamu bawa apa?" tanyanya sembari menoleh pada paper bag itu.

Awan ikut menatap ke arah yang sama, kemudian menggeleng. "Bukan apa-apa," jawabnya. Dia kembali menyuapi Arabella.

Melihat kesedihan di wajah Awan, Arabella sadar semua karenanya. "Kadang aku mikir, pernah nggak sih kamu bahagia setelah mencintai aku? Karena yang aku lihat, kamu lebih banyak menderita. Aku menyebabkan banyak masalah buat kamu, sejak dulu dan sekarang." Air matanya menetes.

"Ra, kamu ngomong apa sih? Aku nggak suka, ya." Awan menatap tegas. Dihapusnya air mata Arabella. "Katakan kita emang selalu dapet masalah, tapi itu bukan karena salah kamu. Ini ujian yang harus kita lewati, seberapa kuat kita bertahan."

"Tapi kalau nggak sama aku, kamu bisa lebih bahagia, Wan."

Awan menggeleng cepat. "Kalau bukan kamu orangnya, mungkin sampai detik ini hati aku tetap stuck sama Alana. Cuma kamu satu-satunya yang bisa bikin aku move on." Dirangkumnya kedua pipi Alana dengan lembut, "jangan pernah menganggap diri kamu sebagai beban. Karena bagi aku, kamu itu anugerah."

Arabella semakin terisak.

"Kamu akhir-akhir ini cengeng banget sih." Awan memeluk Arabella.

"Aku tuh merasa nggak pantes buat kamu," rengek Arabella.

PRANG!

Tiba-tiba Awan melempar piring hingga hancur berantakan. Dia terlihat sangat emosi. Matanya menatap tajam pada Arabella yang ketakutan.

"Aku tuh capek ya, Ra! Fisik dan psikis aku lelah dengan semua masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Aku cuma minta support dari kamu, bukannya malah nambah beban pikiran aku!" bentak Awan kehilangan kendali.

"Sorry ..." Arabella hendak memegang tangan Awan, tapi ditepis oleh pria itu.

Awan berbalik, melangkah pergi.

Arabella menggigit bibirnya dan menangis.

***

Hingga malam, Awan tidak kunjung kembali. Arabella sudah berusaha menelepon, tapi tidak diangkat oleh pria itu. Dia turun dari ranjang, mendekati paper bag di atas meja. Lalu duduk di sofa dan mengeluarkan satu persatu isi dari paper bag itu.

Ada sebuah undangan, tertulis namanya dan Awan di sana. Air matanya menetes lagi dan lagi. Harusnya hari ini mereka sudah menjadi suami istri. Bukan malah bertengkar seperti ini.

Kemudian ada sepasang cincin dalam kotak persegi empat warna emas. Arabella mengambil cincin miliknya, membaca ukiran nama Awan di bagian dalam. Harusnya dia sudah memakai cincin itu hari ini.

Cklek.

Arabella buru-buru memasukkan undangan dan cincin itu ke dalam paper bag.

"Ra, kamu ngapain di situ?" Awan langsung mendekati Arabella. Tadi dia sangat panik melihat ranjang dalam keadaan kosong, sempat berpikir kalau wanita itu kabur dari rumah sakit.

Secret and the Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang