12. KELAS BAHASA

5.3K 521 117
                                    

Elang membanting pintu mobilnya. Kini ia sudah berada di gedung apartemen yang ditinggali oleh Caramel. Tidak begitu sulit untuk mencari tahu tempat tinggal perempuan itu. Terlebih lagi Gama, sahabatnya yang juga punya apartemen digedung yang sama.

Sekarang ia sudah berada di depan pintu apartemen Caramel. Ia menekan bel yang ada di pintu, Elang mengetukkan jari telunjuknya di atas bel sambil menunggu pintu itu terbuka.

"Akhirnya dateng ju..."

Elang menangkap raut gembira di wajah Caramel yang langsung berubah saat ia sadar siapa yang berdiri di hadapannya itu.

Mata Caramel melebar melihat siapa yang berdiri di depan pintu apartemennya.

"Elang?" ujar Caramel terkejut.

"Kenapa?" Elang mengangkat alisnya. Wajah perempuan ini tadi sangat gembira lalu dengan cepat berubah menjadi masam.

"Kenapa?" beo Caramel, "Lo yang kenapa! Ngapain Lo kesini!" Ujar Caramel sarkas.

Elang memutar bola matanya, lalu tanpa izin ia menerobos dan masuk ke dalam apartemen Caramel.

"HEH! MAU KEMANA LO!"

Caramel terkejut saat Elang tiba-tiba masuk ke dalam apartemennya. Apalagi melihat cowok itu langsung duduk manis di sofa.

"Excuse me?"

"Obatin gue."

"What? Gue gak salah denger? Siapa lo!" Caramel mendengus.

Elang tidak menjawab, laki-laki itu menanggalkan jaketnya. Mata Caramel menangkap noda merah di seragam putih yang di kenakan Elang.

"Astaga punggung lo!" teriak Caramel panik.

Perempuan itu langsung bergegas mengambil kotak P3K di lemari. Lalu meneteskan alkohol di kapas, ia akan membersihkan bakteri terlebih dahulu sebelum mengobatinya.

Elang menangkap wajah Caramel yang begitu khawatir saat melihat punggungnya membuat Elang mengangkat kecil sudut bibirnya.

"Lepas, biar gue obatin."

"Apanya yang di lepas?"

"Seragam lo! Mau di obatin gak sih?" kesal Caramel karena Elang menggoda dirinya.

Elang menurut. Ia melepaskan semua pakaian atasnya membuat Caramel gagal fokus karena melihat punggung tegap Elang.

Haduh mana punggung-able banget lagi!!

Caramel segera mengusir fikirannya yang ambigu itu. Caramel meringis, sepertinya lukanya lumayan dalam karena bercak darah yang lumayan lebar di seragam Elang.

"Kenapa lo gak ke dokter aja sih?"

"Lo lupa siapa yang udah buat gue dapetin luka ini?"

"ya! ya! gak ikhlas banget kayanya nolongin gue!" Caramel mendengus, dan tidak sengaja ia menekan kapas itu membuat Elang meringis.

"Jangan di tekan bego!"

"Sorry, gue sengaja." 

Caramel dengan telaten mengobati luka itu membuat Elang menaruh curiga pada Caramel pasalnya cara mengobati Caramel seperti sudah terbiasa mengobati orang yang terluka.

"Lo gak tergoda gitu?" tanya Elang tiba-tiba membuat alis Caramel terangkat.

"Tergoda? For what?!" Caramel menaikan alisnya.

Dengan sengaja, Elang menggerakkan pundaknya seolah memamerkan otot-otot di punggungnya membuat mata Caramel terbuka sempurna. Bukan! Bukan karena tergoda melainkan perban yang membaluti luka Elang berubah warna menjadi merah.

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang