03. KETUA GRACIOUZ

7.6K 725 85
                                    

"Sampai disini akhir pembelajaran kita dan jangan lupa tugas di kerjakan dirumah. Sampai bertemu kembali besok." ujar Bu Juwita. Guru berbadan gemuk dengan kaca mata minus yang bertengger di hidungnya. Bu Juwita terkenal dengan guru killer. Sedari tadi mengajar tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun kecuali jika di tanya.

Dan saat mata pelajarannya telah habis. Kelas XI-IPA IV bernafas dengan lega seolah beban yang mereka tanggung telah hilang.

"Suasana sungguh mencengkam sekali." kata Primily yang di angguki oleh Caramel. Bahkan Caramel bisa merasakannya.

"Se-killer itu emang Prim?" tanya Caramel.

Primily menggangguk dengan antusias, "Udah galak terlalu di siplin banget, kalau ada anak muridnya gak ngerjain tugas dia langsung di hukum apapun alasannya. Tuh guru gak suka kasih toleransi ke anak murid." jelas Primily.

Caramel mengangguk paham. Bukankah di setiap sekolah selalu ada guru killer? Atau di sekolah kalian tidak ada? Pasti tidak mungkinkan?

"Selamat pagi anak-anak." Bu Rinai masuk dengan senyuman lebar di bibirnya membuat anak murid tertular dengan senyum itu.

Keadaan kelas mereka bisa dikatakan habis gelap terbitlah terang. Ketika Bu Juwita masuk dengan hawa gelap lalu kemudian Bu Rinai sekaligus wali kelas mereka masuk membawa kebahagiaan.

"Bagaimana hari kalian?"

"Lega setelah ibu masuk." kata Andra mewakili perasaan seluruh teman kelasnya.

"Kenapa Lega Ndra?" tanya Bu Rinai.

"Abis pelajaran Bu Juwita bu."

Bu Rinai paham bahwa anak murid memang selalu mengeluhkan guru itu. Tetapi, Bu Rinai tidak akan pernah bosan untuk memberikan pencerahan pada anak muridnya ini.

"Kalian gak boleh gitu, setiap guru punya cara tersendiri untuk mengajar. Bu Juwita mengajarkan kalian disiplin agar di masa depan kalian akan lebih hati-hati untuk melakukan sesuatu dan lebih tepat waktu lagi." Bu Rinai sering sekali mengatakan hal ini emang dasarnya anak muridnya tidak serius mendengarkannya. Masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Biasalah!

"Lanjut materi baru, oiya ada yang udah ambil buku di perpustakaan?"

"Belom Bu." saut Galen, ketua kelas.

"Bu izin ambil buku boleh?" Primily menawarkan diri dengan suka rela.

"Yaudah silakan."

Primily tersenyum lebar lalu menggandeng tangan Caramel untuk menemaninya.

"Ayo Mel."

Jujur nih ya, Caramel paling malas untuk mengambil buku di perpustakaan tapi dia gak tega liat wajah antusias Primily yang mengajaknya dan mau tidak mau dia mengikuti langkah Primily dari belakang.

SMA Cakrawala itu cukup luas, untuk anak baru seperti Caramel butuh waktu lama untuk menghafal tata letak sekolah. Bahkan, sekolah memberikan kertas berisi tata letak sekolah untuk siswa maupun siswi yang baru bersekolah di SMA Cakrawala.

Letak Perpustakaan ada di lantai dua. Jadi mereka turun dua tangga untuk ke lantai dua karena kelas mereka ada di lantai empat. Tuh bayangkan, jauhnya kelas Caramel ke perpustakaan. Bagaimana Caramel tidak mager?

"Akhirnya sampai juga." gumam Caramel yang tak sengaja di dengar oleh Primily.

Primily terkekeh, "Emang jaraknya lumayan jauh Mel dari kelas kita tapi seru tau jalan-jalan lewatin kelas tetangga lumayan kan sambil cuci mata?"

Caramel bingung, "Emang keliatan Prim? Kan mereka ada di kelas?"

Primily menyengir, "Iya juga."

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang