31. DIARY VANILLA

1.3K 160 121
                                    

Bel pulang telah berbunyi. Semua langsung bergegas merapihkan barang yang mereka bawa dan segera keluar kelas. Hari ini terasa sangat panjang.

"Buru-buru banget kayanya Gam?" tanya Juna saat melihat Gama yang merapihkan bukunya dengan cepat.

"Gue ada urusan."

"Warung bude gak nanti?"

Gama mengangguk, "Gue nyusul."

Gama memakai tasnya, "Gue duluan, nanti gue nyusul ke warung bude." pamitnya pada anak-anak lain.

Elang menepuk pundak Juna, "Mau kemana tuh si Gama."

Juna menaikkan pundaknya, tanda tidak tahu, "Ada urusan katanya."

"Tumben banget deh gak kayanya biasanya," sahut Samudra.

"Udahlah biarin, ayo gas ke warung bude. Gue udah laper." ajak Dewa.

Mereka berjalan keluar kelas dengan Dewa yang memimpin. Cowok dengan rambut keriting itu tidak hentinya menggoda perempuan yang berpapasan dengan mereka.

"HAIII CANTIKK!" sapa Dewa pada Primily yang tengah jalan seorang diri.

"Cantik-cantik, nama gue Primily ye!" balas Primily dengan kesal. Dari jauh Primily sudah menguatkan hati saat akan berpapasan dengan inti Graciouz di koridor eh malah di sapa sama Dewa.

"Ye dodol! Maksudnya lo yang cantik!"

Primilh menutup mulutnya dengan sok dramatis, "MI APA CIH? CERIUS GA TUH!"

Samudra menggelengkan kepalanya, "Cocok lo berdua."

"DIH!"

"IDIH!"

Mereka menjawab dengan bersamaan.

"Tuhkan makin cocok."

"Kak Samudra apaan sih, udah ya Kak gue lagi marah sama lo tahu. Kok lo tega gituin temen gue. Jahat banget." kata Primily yang jadi kesal karena teringat tentang cerita Ghia.

"Wah ngapain Ghia lo Sam?" tanya Dewa, "Udah gue bilang gak usah sok buka hati kalau belum siap. Sok-sokan sih lo."

Samudra dengan cepat membungkam mulut Dewa. Jangan sampai anak itu ngomong yang aneh-aneh di depan Primily karena bisa gawat nantinya.

Mata Primily beralih ke arah Juna, perempuan itu terkekeh saat teringat bahwa Juni berhasil mencium pipi Juna. Wah, Juni benar-benar tidak punya malu.

"Kenapa lo senyum-senyum liat Juna, naksir?" tanya Elang.

Primily tersentak, ia langsung mengubah raut wajahnya, "Enggak Kak! Suwer" Primily mengangkat dua jarinya, "Gue cuman keinget cerita Juni yang—Hmppp"

Juna langsung menutup mulut Primily agar tidak melanjutkan ucapannya. Ia sudah berfirasat bahwa Juni akan bercerita kepada teman-temannya dan ternyata dugaannya benar.

"Gak usah ngomong macem-macem." bisik Juna.

Primily meneguk salivanya dengan susah payah saat bisikan itu terdengar jelas di telinganya. Perempuan berkucir kuda itu mengangguk pelan pertanda bahwa dia mengerti apa yang di ucapkan oleh Juna.

"WHAT THE—" Dewa menarik Juna ke belakang, "Tangan lo di jaga dong Jun sembarang aja nutupin mulut orang." protes Dewa tidak terima.

Elang bersedekap dada, merasa ada yang aneh, "Ada rahasia nih pasti. Buktinya Juna langsung gerak cepet waktu nih cewek mau cerita."

"Ngaku lo Jun, apa yang udah perbuat sampai takut gitu ke bongkar?" tanya Samudra yang juga ikut penasaran.

"Ah enggak kok Kak! Gue kayanya salah ngomong." ujar Primily, "Haduh! Kenapa jadi berhenti di sini gue lupa kan jadinya buat susulin Freya."

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang