Di malam hari yang dingin tidak membuat Caramel beranjak berdiri. Ia masih tetap duduk dalam diam di halaman depan rumah sambil menatap cahaya bulan yang bersinar begitu terang. Nafasnya terhembus perlahan, kesedihan tidak bisa ia tutupi lagi. Caramel begitu merindukan Ibunya. Dulu, saat ia di bawa kesini ia belum mengerti hanya kata 'mengapa' yang selalu memenuhi isi kepalanya.
Ia kira dulu di ajak berlibur oleh Papinya. Sampai umurnya semakin bertambah dan ia baru menyadari jika kedua orangtuanya telah berpisah. Sejak saat itu, Caramel tak pernah bertemu lagi dengan Ibu dan juga adik kembarnya.
Caramel tak pernah berani bertanya. Ia hanya bisa menunggu Papinya akan menjelaskan semuanya tetapi sampai saat ini pun Papinya belum berbicara.
" The evening breeze is getting cold. come in." [Angin malam semakin dingin, masuk lah.]" Sebuah tangan menyentuh pundaknya.
Caramel menoleh dan mendapati Papinya, "Aku butuh udara dingin ini Pi, untuk meredamkan hatiku yang sedang... panas."
Papinya ikut duduk di samping Caramel, ikut memandang ke arah langit.
"Aku masih menunggu Papi untuk berbicara." Caramel diam sebentar, "If not, I’m not going to force you." [ jika tidak, saya tidak akan memaksa anda]
Sebuah hembusan nafas terdengar, "Umurmu semakin bertambah, Papi tahu jika kau sudah menyadari semuanya. Benar, Papi dan Mami sudah berpisah. Kami memutuskan untuk membawa satu-satu dari kalian."
Caramel mengepalkan tangannya, hatinya terasa sesak. Ia tidak akan menduga kalau ini akan terasa sangat menyakitkan jika mendengar langsung dari Papi.
"Kenapa kalian berpisah, apakah kalian tidak memikirkan perasaanku dan juga... Vanilla. Ntah bagiamana kabar mereka, aku sangat rindu." Caramel menahan sekuat tenaga agar air matanya tidak jatuh.
"Orang tua Papi tidak merestui hubungan kami. Helena adalah anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Karena latar belakang itu, hubungan kami di tentang oleh orang tua Papi. Papi memutuskan untuk pergi dari rumah, dan menikahi Mamimu. Kami menikah dan hidup dengan sederhana. Saat itu kami mengalami pertengkaran besar yang membuat kami memutuskan untuk bercerai."
"Dan pada akhirnya, Papi kembali ke pada orang tua Papi di sini."
"Masalah apa yang membuat kalian tidak bisa mempertahankan pernikahan kalian?"
Caramel hanya melihat Papinya diam membisu.
"Apa Papi tidak merindukan mereka? Kenapa Papi tidak mencari keberadaan mereka?"
"Sebelum Papi meninggalkan rumah itu, Helena meminta Papi untuk berjanji jika tidak akan mencari atau menemui mereka lagi. Kami benar-benar berpisah saat itu." Caramel dapat melihat raut sedih di wajah Papi.
"Mami berbicara seperti itu?"
Papi mengangguk, "Benar."
Caramel menghapus air mata yang jatuh di pipi, menghembuskan kembali nafasnya yang terasa begitu sesak.
"Apa aku boleh minta sesuatu?"
"Tentu saja, apa itu?"
"Izinkan aku pergi mencari mereka Pi. Papi berjanji kepada Mami, dan aku tidak."
Papi diam, ia terlihat sedang memikirkan permintaan Caramel.
"Papi tidak bisa meninggalkan negara ini, sedangkan Papi tidak mungkin membiarkanmu pergi sendirian."
Caramel menggenggam tangan Papi, meyakinkan jika dirinya bisa dan mampu, "Apa Papi tidak percaya pada Caramel, putrimu? Aku berani jika untuk pergi sendiri, lagi pula itu tanah kelahiranku. Aku akan aman, di sana."

KAMU SEDANG MEMBACA
Elang
Ficção AdolescenteElang Denagra Grisham, ketua dari sebuah geng yang bernama Graciouz. Elang memiliki semua hal yang disukai wanita; wajah tampan, populer, berasal dari keluarga terpandang dan jago berkelahi. Sayangnya, sikap Elang tidak terlalu welcome kepada wanita...