32. PULANG BARENG

1.4K 163 40
                                        

"Mengajak berteman sama saja membuat batasan, dan gue suka melakukan hal yang melampaui batas."

—Elang Denagra Grissham.

Mata abu-abu Elang menangkap sosok perempuan yang mengikat rambutnya menggunakan bandana berwarna hitam. Berdiri seorang diri di depan gerbang sekolah, sepertinya sedang menunggu jemputan. Elang membelokan motornya untuk menghampiri perempuan itu.

"Gue udah nunggu sejam tapi jemputan gue belum juga dateng. Mana hape gue lowbat, tau begini gue terima aja tawaran Juni buat pulang bareng." geram Caramel.

Caramel melihat dari ekor matanya jika ada motor yang sepertinya menuju kepadanya. Dari bentukannya sih Caramel tahu siapa pemilik motor itu.

Elang membuka helmnya, membuat tebakan Caramel benar. Elang merapihkan rambutnya terlebih dulu, lalu menghampiri Caramel.

"Lagi tunggu jemputan?"

Caramel berdehem pelan, "Iya."

"Bareng gue aja, biar sekalian."

"Gak mau, nanti lo minta balas budi."

Elang tertawa, "Tawaran gue yang ini ikhlas, lahir batin."

"Gak, gue gak bakal tertipu."

"Emang tampang gue ini tampang penipu?!"

"Lo gak sadar? Kalau muka lo tuh tampang kriminal?."

Elang geleng-geleng kepala jadinya, "Muka ganteng gini lo katain Kriminal, rabun lo."

"Udah sana lo mending pergi. Gue gak mau bareng sama lo." usir Caramel.

"Yakin lo? Sekolah udah sepi gini. Kalau lo belum di jemput pasti tuh mobil lagi bermasalah. Tungguin aja lo sampe besok."

Caramel kembali menimang perkataan Elang. Langit akan menggelap dan pasti sekolah akan sangat seram. Menelpon pak supir atau memesan angkutan online pun tidak bisa karena daya hapenya telah habis.

"Mau gak nih?" Elang kembali menawarkan tumpangan.

"Oke deh gue bareng." finally Caramel menerima tawaran Elang.

"Gitu doang mikirnya pake lama."

Elang melangkah ke motornya. Menurunkan pijakan agar Caramel tak kesusahan nanti naiknya. Dan ia melepaskan jaket hitamnya untuk ia lingkaran di pinggang Caramel.

"Lo ngapain anjir?" Caramel terkejut saat Elang melingkarkan tangan di pinggangnya.

"Tutupin paha lo biar gak jadi tontonan di jalan."

Caramel mengatupkan bibirnya, "Sok perhatian amat lo." cibir Caramel.

"Gue bisa lebih perhatian dari ini asal lo mau jadi pacar gue." kata Elang, ia bahkan berbicara secara gamblang.

Caramel tak berniat menjawab, ia menerima uluran tangan Elang yang membantunya untuk naik ke atas motor.

"Udah belum?" tanya Elang.

"Udah." balas Caramel.

"Udah suka sama gue?"

Caramel memukul punggung cowok itu, "Udah naiknya! Buruan dah jalan."

Elang menyemburkan tawanya, "Hari ini belum, besok gue tanya lagi. Siapa tahu berubah pikiran."

"Gak akan. Gak usah berharap."

***

Caramel tak pernah mengira jika Elang secerewet ini. Elang terus saja mencerocos di atas motor. Semua yang mereka lalui akan menjadi topik pembicaraan cowok itu. Caramel merespon dengan malas.

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang