24. 3 PERMINTAAN

5K 587 443
                                    

"Siap-siap bakal turutin 3 permintaan dari gue..."

.
.
.

"Sampai di sini saja pembelajaran yang bisa bapak ajarkan." Guru bernama Anto itu melihat jam di pergelangan tangannya, "Masih ada beberapa jam sebelum istirahat, kalian boleh menggunakan jam itu sesuka hati kalian, asalkan jangan pergi ke kantin sebelum bel berbunyi." jelas Pak Anto.

"BAIK PAK!!" jawab serentak anak murid.

"Caramel seriusan gak mau izin ke UKS aja?" tawar Juni yang masih saja mengkhawatirkan kondisi Caramel.

"Bener Mel, lo abis aja hampir tenggelam di kolam."

Caramel menggeleng pelan, "Gue baik aja kok, tadi malem emang hampir kena flu, tapi udah gak apa." terang Caramel. Benar, ia menyadari jika minuman buatan Mama Elang memang begitu manjur.

Juni mengangguk mengerti, "Syukur deh, lo gak apa. Gue hampir gak sempet tanya keadaan lo karena ribut sama Selly."

Caramel merangkul Juni, "Harusnya gue yang khawatir sama lo Jun, gue merasa bersalah liat wajah kalian pagi ini." Caramel meringis melihat wajah ketiga temannya karena terdapat beberapa cakaran. Pasti karena ribut tadi malem.

Freya menyentuh plester yang ada hidungnya, " Sumpah ya sih Mak lampir Zara nabok hidung gue gak pake perasaan bener sampe patah gini." dengus Freya.

"Kaia juga anjir, kepala gue sampe nyeri karena di jambak kuat banget." ringis Primily, "Tapi gue puas sih, gue balik jambak sampe rambutnya rontok." tawa Primily.

"Tapi gue seneng sih karena ribut sama mereka gue sempet deket sama Kak Juna, ya ampun!!! gue speechless banget waktu lengan gue di tarik sama dia." ujar Juni menerawang kejadian beberapa jam lalu.

"Gue takut sih soalnya gue di tarik sama Kak Gama, mukanya dingin banget buset." Freya jadi geleng-geleng kepala mengingat kejadian itu.

"Kalo gue malah di semangatin sama Kak Dewa, gak ada akhlak banget anjir!" ujar Primily tak habis fikir.

Caramel jadi malah merasa tak enak hati, mereka melakukan ini karenanya. Ia harus membalas semua perbuatan Selly dan kedua temannya karena telah berani mendorong dirinya ke kolam renang sekaligus luka yang yang di alami oleh ketiga temannya.

"Girls, kalian sampe dapet luka kaya gini karena gue, gue jadi gak enak hati." ujar Caramel.

Freya merangkul pundak Caramel, "it's oke, Mel."

"Karena lo kita semua jadi lebih berani, Mel." ujar Juni yang di angguki oleh Freya dan Primily.

Caramel tersenyum, " Cuacanya cerah nih, kerjain mereka sabi kali ya?" Caramel menaikan kedua alisnya memberikan kode kepada mereka. Mereka menangkap kode itu lalu tertawa.

"Nanti dulu ya teman-teman, ayo kita mau main apa nih?" tanya Ghia.

"Males deh, duduk aja di bawah pohon kayanya enak." ujar Primily.

"Prim, gak boleh malesan lo juga harus olahraga kali biar sehat." ujar Ghia menasihati.

"Bener Prim, kita harus rajin olahraga." sahut Caramel setuju.

Primily berdecak, "Iya deh, anak murid pak Anto."

Freya tertawa lalu melirik lapangan basket yang kosong tidak ada anak murid yang mengisi.

"Basket aja, gimana?" tanya Freya.

"Boleh tuh, gue udah lama gak main bakset!!" ujar Caramel tampak antusias.

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang