"Kak Jisoo mulutnya tajem
kayak kak Jaebum, kak
Suho, sama ayah"- Seulgi Derana A.
"Bagaimana dengan hari ini, hari kemarin, dan hari kemarinnya lagi? Bagaimana perasaanmu?" Tanya Jennie sambil memegang catatannya.
Untuk kesekian kalinya Seulgi duduk di kursi ini lagi. Untuk kesekian kalinya juga dia berdiam di ruangan yang dipenuhi matahari ini. Ruangan pertama yang membuatnya takut dengan hal-hal yang membuatnya gila. Ruangan konsultasi milik dokter Jennie Amanda.
"Hari-hariku baik" Balas Seulgi singkat.
Jennie mengangguk dan tersenyum manis, "Kata Irene kau sudah mengatakannya cantik. Apa kau sudah melihat dengan jelas? Apa yang kau rasakan?" Tanya Jennie beruntun sambil menopang kan dagunya dengan sebelah tangan.
"Rasanya ringan. Setidaknya tidak seburuk dulu" Jawab Seulgi sambil memundurkan badannya. Membiarkan kakinya mengambang tanpa menyentuh lantai.
Jennie mengangguk dan ikut membenarkan posisi duduknya. "Setidaknya rumah bisa membuatmu lebih cepat pulih bukan?"
Seulgi tersenyum tipis, menatap objek pandangannya yang hanya terlihat seperti sketsa yang biasanya dia buat saat ingin menggambar wajah seseorang. Sangat persis, meskipun tidak seburuk pandangannya yang dulu.
"Aku rasa itu mungkin jawabannya. Tapi menurutku, jawaban anda kurang tepat, dokter Jennie.." Ujar Seulgi menggantung.
Alis Jennie mengkerut, "Lalu? Alasan apa lagi yang bisa membuatmu cepat pulih seperi ini?"
Seulgi terkekeh. Untuk kesekian kalinya, Jennie tertegun melihat kekehan yang terlihat sangat menggemaskan dimatanya. Dimana Seulgi yang dulu suka berteriak dan memberontak? Untuk kesekian kalinya, dia harus bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada sahabatnya, Irene Alana.
"Anda dan sahabat anda mirip dengan bunda saya. Sangat cerewet dan penasaran. Tapi itu yang saya suka, saya senang jika seseorang perhatian kepada saya. Saya merasa disayangi." Balas Seulgi sambil menyenderkan badannya kepada senderan kursi.
Jennie tersenyum tipis, dia mengerti sekarang. "Irene dan aku memang begitu. Kami memang cerewet kalau berhubungan dengan kebenaran" Balasnya acuh
Seulgi mengangguk setuju, "Terlihat dari wajah takut pacar anda waktu itu. Dapat saya simpulkan anda sangat menakutkan, dokter Jennie" Gridik Seulgi.
Jennie mendengus, "Terserah. Sekarang aku ingin menanyakan. Apa yang sekarang kau lihat di wajahku? Apa masih tertutupi oleh cat atau bagaimana?" Tanya Jennie sambil mendekatkan wajahnya kearah Seulgi.
Seulgi tersenyum kecil, "Tidak tertutupi cat! Tapi hanya berbentuk sketsa. Mau aku deskripsi kan?" Tawar Seulgi lugu.
Jennie mengangguk semangat, "Tentu!" Balasnya tak kalah semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derana | SR ✔
FanfictionDerana memiliki artinya tahan banting dan tabah. Tapi bisakah dia melewati jalan hidupnya yang kejam ini? "Aku hanya menulis, menggambar, melukis, dan membuat. Bukan mengatrapkan semua yang ku ciptakan itu terjadi dikehidupan nyata.."