Yoshi kembali ke apartemen nya bukan kembali ke rumah. Karena pekerjaan sangat amat menumpuk sekarang, ia berjalan ke arah ruang tamu dan membanting dirinya sendiri di atas sofa yang nyaman. Ia menutup mata nya beberapa saat namun ia kembali membuka mata nya kembali dan menatap langit langit apartemen nya, sangat sepi dan sungguh hal itu membuat pria itu merasakan sangat bosan.Sampai ia baru ingat kalau kamu ada rapat organisasi dan pasti tak akan lepas dari pengawasan dosen. Ia agak lupa, mencari informasi dari teman teman nya apakah mereka mengawasi kegiatan organisasi yang sibuk dengan acara kampus bulan depan. Acara kampus seperti tahun lalu dan seperti biasa yang Yoshi tau kalau kamu memang seperti yang paling sibuk di antara yang lain.
Ia meraih phonsel nya dan menelpon salah satu rekan kerja nya, sama sama berprofesi sebagai dosen.
" Assalamualaikum? Kenapa Yos? Tumben bat lu nelpon gw "
" Gw mau nanyak, rapat itu selesai sekitar jam berapa? " Teman nya itu seperti nya tengah bertanya kepada salah satu yang mungkin anggota rapat juga.
" 2 jam lagi, insyaallah ... Emang kenapa? ... Oh! Gw lupa kalau jodoh lo juga ikut rapat. Sibuk banget dia tuh "
" Ingetin buat makan, Ar. Assalamualaikum "
" Waalaikum salam "
Ia kembali meletakan phonsel nya di atas meja tengah di sana. Ia kembali menutup mata nya beberapa saat sampai ia baru ingat sesuatu, dan tak beberapa lama phonsel nya berdering. Coba tebak siapa? Yoshi dengan malas mengambil phonsel nya kemudian menolak panggilan tersebut dan membanting phonsel nya di atas meja.
Ia membuang nafas kasar kembali berniat ada tidur, namun sial nya phonsel nya kembali berdering membuat pria itu melirik sekilas melihat siapa yang mengganggu nya sekarang sangat kurang kerjaan. Ia tak akan mengangkat telpon jika tidak penting.
" Sh*t! " Ia mengumpat keras dan ia mengambil phonsel nya kemudian mematikan daya phonsel nya. Sungguh orang yang menghubungi nya tadi merusak mood nya hari ini. Yang benar saja hanya soal itu bisa membuat mood Yoshi anjlok sampai seperti sekarang, sangat membingungkan dan membagongkan.
Ekor mata nya melirik tajam ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 6 sore. Pria itu segera bangun kemudian masuk ke dalam kamar untuk bersiap menjemput kamu yang masih di kampus.
• • •
Di sisi lain, kamu baru saja keluar dari ruangan rapat. Dengan membawa setumpuk kertas yang berisikan keperluan untuk acara kampus bulan depan, sebenarnya bukan hanya kamu saja melainkan orang yang ikut rapat tadi juga di bagi kesibukan nya jadi semua nya adil.
Semua anggota sibuk dengan kesibukan yang di berikan. Berhubung kamu suka ngomik dan sangat suka menggambar, jadi kamu di pilih sebagai dekorasi nya atau beberapa hiasan pesta nya atau acara nya nanti. Tak begitu buruk memang tugas kamu apa lagi kamu juga punya asisten yang akan membantu kamu nanti.
Tanpa kamu tau lima orang di belakang kamu mengejar kamu dan salah satu nya menepuk bahu kamu pelan membuat kamu menoleh ke arah nya.
" Ada apa? "
" Kita nyari barang nya besok aja gimana? Lagian sekarang pasti udah tutup kan, besok buka toko nya biasanya sampek jam 9 malam karena bukan hari weekend " Kamu mengangguk setuju saja, yang penting pekerjaan itu akan selesai lebih cepat dan segera melonggarkan pikiran kamu.
Sampai salah satu dari mereka mulai mengangkat suara ke kamu, bertanya akan sesuatu yang tentu saja kamu tidak terlalu perduli dengan urusan itu.
" Lo balik sama siapa? Gw anter ya? " Kamu menggelengkan kepala kamu dan menatap nya yang tampak kurang senang dengan jawaban kamu.
" Sorry Ya, gw gak mau ngerepotin jadi gw pulang sendiri aja .. Lagian cuma 25 menit dari sini, naik gojek juga sampek " Arya, dia adalah salah satu rekan yang di percaya untuk membantu menyelesaikan pekerjaan kamu nanti.
" Gak apa apa kok, lagian pulang sendiri jam segini buat cewe gak bagus " Ucap Arya kembali. Kamu tampak berpikir kali ini.
Namun seseorang datang membuat beberapa teman kamu terdiam dan entah kenapa kamu merasa tangan kamu di genggam oleh seseorang, reflek terkejut kamu langsung menoleh ke arah samping agak mendongak menatap nya yang sekarang menatap datar.
" (y/n) pulang sama saya... Ayok " Ucap nya yang cukup singkat membuat beberapa teman kamu terdiam mengangguk sekilas.
" Hati hati (y/n) di jalan! " Ujar Wendy kepada kamu, kamu hanya tersenyum kiku saja dan mengikuti langkah Yoshi.
" Bapak datang kayak jalangkung, datang tak di panggil pulang gak di antar " Ucapan kamu membuat Yoshi sedikit membuat pria itu tersenyum tipis. Ia membuka kan pintu mobil untuk kamu namun kamu tak segera masuk ke dalam
" Bapak kenapa sih? Aneh banget ... Gangguan jiwa ya pak? " Karena ucapan kamu itu, kening kamu mendapatkan jitakan pelan dari Yoshi.
Pria tersebut agak membungkuk dengan satu lengan nya menahan pintu mobil, kamu agak mundur sampai kamu terduduk di kursi sebelah pengemudi. Kamu menatap Yoshi dengan tatakan agak gugup karena jarak kalian hanya kurang beberapa cm lagi.
" Kurang ngajar ya kamu sama Dosen sendiri. "
" Lah bapak kan Dosen Fakultas Industri kalau saya Akuntansi. Beda atuh pak " Yoshi membuang nafas panjang agak menunduk kemudian kembali menatap kamu.
" Sama saja (y/n) semua dosen di kampus dosen kamu, jadi harus sopan. Tidak masalah kalau itu saya tapi jangan sama Dosen lain juga. Nanti kamu di cap anak tidak tau sopan santun. Duduk, kaki nya masuk " Kamu terpaksa masuk dan duduk diam di mobil Yoshi. Sedangkan pria itu menutup pintu nya kemudian membuka pintu di sisi lain dan duduk di kursi pengemudi.
" Pasang sabuk pengaman nya (y/n) " Ucap nya dan kamu langsung memasang sabuk pengaman nya dengan kasar. Mood turun.
" Mau pulang atau makan dulu? " Tanya nya ketika ia mulai menjalankan mobil nya keluar dari area kampus.
" Langsung pulang aja pak... Capek saya " Yoshi mengangguk mengiyakan .
• • •
Kurang meresahkan? Next?
Choi Beomgyu As Arya Wijayanto
KAMU SEDANG MEMBACA
MATEMATIKA | Yoshinori × You [ END/REVISI ]
Fiksi Penggemar[ Completed ] [ ft. よしのり ] (Nana story) [ Cerita ini udah tamat dan akan di revisi agar jauh lebih baik ] Mungkin pertanyaan Matematika berbaris dan jawaban nya beranak? Benar bukan? Sulit memecahkan materi nya ketika kita tidak memikirkan semua ru...