•25. Masalah Baru•

141 25 2
                                    

Hama berjalan melewati tatapan aneh yang terlontar sepanjang lorong sekolah. Setelah insiden Keena memuntahkan isi pertunya hingga mengenai karpet berbulu yang baru saja dibeli beberapa hari yang lalu, ia jadi lebih sinis baru-baru ini. Semua murid yang menatapnya tajam tak lagi diacuhkan, melainkan ia balas dengan mata sinisnya, membuat masing-masing dari mereka salah tingkah.

"Eh, Hama...!"

Di depan sana Hama melihat wujud Hana yang berjalan dengan anggun mengarahnya. Rasanya ia muak melihat bagaimana cara Hana tersenyum merasa tak bersalah, ternyata siswi anggun itu lebih menyebalkan dibanding Gavin.

Tak lama Hama melanjutkan langkahnya. Berniat melewati Hana dengan acuh. Hingga titik dimana pergelangan tangannya di genggam, dan seketika lengannya menjadi berat sebelah akibat lengan Hana yang menggelayut disana. Dengan entengnya, cewek itu sembari menggulir beranda Instagram— seolah mereka memang teman dekat, jadi wajar bila bersikap seperti itu. Seolah Hana amnesia bahwa hari-hari di sekolahnya hancur karenanya. Harapan pertemenannya luput juga karena cewek itu.

Betul, Hama memang sempat menjadi antagonis, tapi seingatnya mana pernah ia memasang 2 muka dalam 1 kondisi dimana korban menderita karenanya, lalu ia kembali pro dengan sang korban. Sebagai mantan pembangkang, ia tahu Hana tipikal orang yang gemar mengganti topeng agar citra dirinya dipastikan meningkat. Dengan kata lain—Hana munafik. Tapi ia tak mungkin membeberkan fakta bahwa Hana kleptomania, berdua muka, pada saat itu juga. Ia lebih dulu ingin memantau sampai mana Hana berisikukuh membencinya dibalik topeng.

Tidak terasa, sampailah Hama di kursi kelasnya saat sedari tadi ia harus pasrah dengan gelayutan lengan Hana. Bahkan Hana berpindah posisi menjadi duduk di sebelahnya. Berupaya mengacuhkan keberadaan siswi tersebut, ia memilih mengambil buku paket Matematika, menaruh benda itu diatas meja, lalu mulai fokus membaca awal paragraf bab pertama. Jujur, ia tak pernah mengerti mata pelajaran Matematika,  bahkan kini ia merasa mual melihat sederet rumus yang tertera di kertas tebal berwarna putih bersih itu. Jengah membaca rumus, ia  melihat daftar isi, lalu membuka halaman 16. Benar saja, di halaman itu ia melihat uji kompetisi yang pastinya juga dipenuhi oleh angka.

1. Tentukan angka satuan dari [(6²⁶)]⁶² berdasarkan sifat bilangan 6, tanpa menghitung tuntas. Selanjutnya lakukan hak tersebut berdasarkan bilangan : 2,3,4,5,8,9!

Hama mengernyit, dalam hati memaki soal tersebut. Mati kek lo MTK! Meski begitu ia tetap mempertahankan ekspresi sok pintarnya sembari mencoret-coret rumus di belakang buku tulis Matematika agar terlihat ia pintar saja.

Tiba-tiba buku paketnya ditarik, buku tulisnya juga ditarik paksa. Sudah pasti oknum tersebut adalah Hana.

"Hana! Lo mau apa—" Hama seketika membungkam saat Hana mencoret-coret belakang buku tulisnya, menorehkan beberapa angka serta rumus disana. Hingga tak lama membanting pulpennya ke meja seraya berdecak, kemudian bersedekap dada.

Hama mengernyit. Lantas ia menarik 2 buku tersebut. Dapat dilihat Hana berhasil menyelesaikan soal tersebut di belakang buku tulisnya.

= 6
6² = 36
6³ = 216
6⁴ = 1296
Bilangan 6 dipangkatkan dengan bilangan bulat positif berapapun, menghasilkan bilangan dengan angka satuan 6.

Hama ternganga. Baru saja membaca jawaban di awal bab ia sudah kualahan mencerna. Sedikit tidak menyangka ternyata Hana pandai dalam ilmu Matematika.

"Udah 'kan? Sekarang gue liat Agama."

Hama menggeleng gusar. Sebelum meberikan buku tulis Agamanya, ia lebih dulu menyelidik raut wajah Hana. Mencoba mengidentifikasi kebohongan apa yang akan tercipta sebentar lagi.

3G SignalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang