Sesuai namanya, Gio Raja Utama, cowok berdarah Negri Gigseng diluar sana dimana halayak selalu saja salah kaprah dengan keturunannya dilihat dari paras 'China-Indonesia'- jelas selalu ingin menjadi yang pertama. Dia sangat merasa geram jika ada yang lebih darinya selama dia bernapas di permukaan Bumi, tapi sekarang dia justru berteman dengan Gama dan Gavin yang keduanya menonjol- belum lagi Hama, yang kini gempar seantero sekolah dan selalu disebut-sebut nama siswi tersebut karena membuat Hana dan beberapa temannya yang bersangkutan atas insiden kemarin diberi skorsing, alhasil nama Gio yang agung sedikit terpendam, karena warga sekolah mungkin mengira dia kaum netral, yang hobinya hanya sebatas melerai ketiga temannya, padahal Gio bukan tipikal seseorang yang cukup sabar jika memang orang-orang menganggapnya selalu memilih jalur tengah-
dia hanya sedang mengulur waktu yang tepat. Tapi, kapan? Dengan beberapa kali mencoret kotak pilihan ekstrakurikuler Gio pikir akan lebih mempan membuatnya memutuskan pilihan, ternyata justru kertas daftar ekstrakurikuler yang diberi secara merata di kelasnya oleh anggota OSIS justru membuat kertas yang semula rapih jadi terlihat tidak beraturan karena adanya coretan bolpoin yang Gio hasilkan di setiap kotak pilihan ekstrakurikuler.
Baru saja tumbuh ide dalam benaknya, formulir Gio dirampas begitu saja oleh Amira yang kebetulan bertugas disetiap jurusan IPS, sementara Aldrich berkelana ke jejeran kelas Bahasa, dan Alan bagian jurusan IPA. Siswi yang rambutnya dikuncir kuda itu melakukan tugasnya dengan mengecek satu-persatu formulir yang dia berikan, kali ini lebih kepada firasat buruk.
Gio berdecak pelan di tempatnya. "Kak, lu tuh OSIS! Main narik aja?"
"Karena gue punya firasat buruk!" Amira membalikkan selembar kertas tersebut ke belakang, mengecek apakah ada tulisan asal lain di bagian belakang, tapi ternyata tidak ada, hanya bagian depan yang Gio jadikan bahan percobaan tulisannya yang tidak seberapa, belum lagi coretan asal disetiap kotak.
"Tuhkan bener! Ini nih firasat yang gue maksud!" Enggan mengulur waktu, Amira segera memberikan selembar kertas lainnya yang dia pegang untuk berjaga jika sewaktu-waktu ada tipikal murid perusuh seperti Gio. "Isi ulang!" perintahnya sembari berjalan ke meja lain, menagih formulir dari murid-murid yang jelas berbeda dari pada Gio yang aneh, untung saja hampir secara keseluruhan kelas X IPS 3 memilih ekstrakurikuler dengan benar.
"Kakak Amira cantik yang sedikit galak, ekskul 'kan gak wajib, Kak. Saya gak minat ekskul. Lagi juga itu udah ada Pramuka, wajib. Ribet nih!" seru Gio. Dia menoleh ke belakang, tepatnya mengarah Amira, namun siswi yang mengenakan jaz khusus keanggotan OSIS disekolah itu sama sekali tidak menggubrisnya.
Meskipun sedikit kesal, Gio jadi menengok ke kanan dan ke kiri, mencoba mengintip ekstrakurikuler apa saja yang teman-teman sekelasnya pilih. Tetapi seolah mereka mempunyai dendam yang besar terhadapnya, beberapa siswa yang duduk di sebelahnya justru membalas dengan tatapan sinis.
"Yaelah, kurang ngopi nih. Ada apa gerangan sih kawan?" Gio menggeleng pelan, berakhir kembali berfokus pada formulir baru. Andai orangtuanya melihat, teman-temannya iri dengan ketampanan anak laki-lakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3G Signal
Teen FictionIni cerita Hama. Perempuan tangguh yang mendamba-dambakan sahabat setia sejak kecil. Tapi sialnya saat SMA ia justru berteman dengan Gavin, Gio, dan Gama. Memang mimpinya terkabul, namun dibalik itu Hama mendapat musibah besar. Menjadi teman peremp...