Lantunan musik 'Touch' Yang dinyanyikan oleh boy group ternama yang berasal dari Negri Gingseng terdengar nyaring di seluruh sudut ruangan bercat ungu, bahkan saking nyaringnya, lantunan musik tersebut mengisi ruang tamu dirumah minimalis yang juga dijadikan sebagai ruang keluarga.
Hama, sang pelaku yang membuat rumahnya heboh diantara rumah-rumah lain, asik menari-nari mengikuti lantunan musik di dalam kamarnya, sesekali ia bernyanyi mengikuti lirik lagu tersebut walaupun tidak terlalu sesuai dengan lirik aslinya, ia tetap percaya diri membawakan lagu tersebut, tubuhnya ikut bekerjasama dengan menaiki kasur, bagaikan seorang penyanyi asli yang seakan tengah mengadakan konser di tengah-tengah lautan manusia yang bersorak sorai menyebut namanya.
Tak lama dari itu, suara mamanya yang tak kalah menggelegar membuat ia berhenti bernyanyi, dengan segera tubuhnya ikut turun dari kasur, dan beralih menjadi duduk di pinggiran kasur dengan gaya anggun.
Tanpa persetujuan sang empunya kamar, mamanya—sosok yang paling berkuasa dan tiada terkalahkan membuka pintu kamarnya dengan gebrakan lumayan kencang hingga menggema ke seluruh sudut di kamarnya.
"Mamaaa..! Kenapa gak ketuk pintunya duluu?!!" rengek Hama. Kakinya dihentak-hentakkan ke lantai dengan bibir terpout.
"Hilih! Terserah mama! Rumah—rumahnya siapa? Yang beli pintu kamu juga siapa? Mama kan! Kamu mah bisanya cuman ngerengek gak jelas!" cibir Vena tak mau kalah.
Mendengar itu Hama mendesis kesal. Bukan pertama kalinya wanita paruh baya dengan wajah yang awet muda diumurnya yang sudah berkepala 4—yang bernotabe sebagai 'mamanya' itu mencibirnya, melainkan setiap detik, setiap menit, setiap jam, alias setiap waktu demi waktu selalu terlewati dengan celotehan-celotehan Vena. Bila di sekolah terdapat guru killer, maka ia menyebut mamanya sebagai "Mama killer".
"Iiih mama apaan sih? Udahlah..nonton TV aja..! Aku mau tidur nih!" Hama menjatuhkan tubuhnya ke permukaan kasur yang kekurangan kapas, maka dari itu tak heran bila beberapa kawat sedikit menonjol, membuat ia terkadang tak sengaja meringis diam-diam akibat tertusuk kawat tersebut. Keluarganya tahu, bahwa kasurnya sudah tak layak pakai, mamanya juga kerap kali mewanti-wanti dirinya untuk bersabar, karena pasti suatu saat orangtuanya akan membelikan kasur baru yang lebih nyaman untuknya. Tapi dibalik itu ia sama sekali tak mempermasalahkannya, lagipun baginya kasurnya adalah tempat ternyaman. Baginya, kasurnya itu seperti cinta pertamanya, yang selalu membawa kesan impresif diawal, lalu mendapat rasa sakit diakhir, tapi kenangan tetaplah kenangan, yang akan menoreh kisah hidupnya sepanjang sejarah.
"Oh, liat aja kamu, kalo masih nyetel musik kencang-kencang, mama banting HP-nya, beneran!" ancam Vena, lalu keluar dari kamar anaknya dengan pintu yang sengaja ditutup kencang.
Hama merengut kesal. "Sebenarnya mama sayang gak sih sama anak satu-satunya ini?" tanyanya seorang diri. Satu sisi ia menganggap mamanya murka adalah hal tang wajar, tapi sisi lainnya, ia sering mempertanyakan apakah mamanya itu benar-benar menyayanginya atau tidak, pasalnya mamanya itu selalu membela adik sepupunya, dari pada ia yang bernotabe sebagai anak sulungnya sendiri.
Tak ingin ambil pusing, ia kembali menyetel musik, namun kali ini dengan volume pelan.
Bruk!
Pintu kamarnya kembali terbuka, sama seperti sebelumnya, sang pelaku yang membuka pintu kamarnya dengan gebrakan kencang itu adalah mamanya. Membuat Hama bangkit, dengan bibir yang menggerutu. "Apa lagi sih maa..? Yaudah iya! Hama gak nyetel musik kenceng-kenceng lagi, ih!"
Vena bergidik geli melihat tingkah anaknya itu. "Kenapa sih kamu? Kesurupan, ya? Mama minta beliin garam doang!"
Hama terbelalak. Bagaimana ia tidak kesal? Mamanya itu membuka pintu dengan sesuka hati, bahkan menggebraknya cukup kencang, hingga ia mengira mamanya kembali murka, namun ternyata mamanya itu hanya memintanya untuk membelikan garam di warung dekat rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3G Signal
أدب المراهقينIni cerita Hama. Perempuan tangguh yang mendamba-dambakan sahabat setia sejak kecil. Tapi sialnya saat SMA ia justru berteman dengan Gavin, Gio, dan Gama. Memang mimpinya terkabul, namun dibalik itu Hama mendapat musibah besar. Menjadi teman peremp...