Tap
Tap
Bulu kuduknya berdiri begitu suara derap kaki terus terdengar seolah mengelilinginya, bersamaan dengan hawa dingin yang menerjang. Hening semakin menciutkan dirinya yang entah kini berada dimana. Terasa seperti mimpi, namun tali yang mengikat tangannya ke belakang begitu nyata. Dengan mata yang tertutup perempuan yang masih mengenakan piyama itu menggigit bibir bawahnya cemas. Dia sama sekali tidak mengingat keberadaannya sebelum duduk di kursi yang berada di tengah-tengah kegelapan total.
"Bokap korupsi."
Perempuan dengan rambut keriting berwarna coklat tersebut menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang yang berucap samar-samar itu. Tetapi hasilnya nihil, dia bahkan hanya melihat warna hitam di sekelilingnya.
"Nyokap WNI di salah satu negara termasyur, tapi ngakunya liburan. But, it's okay."
"LEPASIN GUE, ANJING!" teriak cewek itu dengan lantang, berusaha menahan tangis takut.
"Anaknya penyabu- banyak gaya di sekolah. Wah, keluarga bahagia, ya!" Seseorang yang juga berada di kegelapan, tepatnya kini berada di belakang remaja yang menjadi targetnya kali ini menaruh kedua telapak tangannya di pundak cewek tersebut, lalu perlahan-lahan menaik keatas leher, dan mencekiknya, lantas korban berusaha melepaskan cekikan tersebut sambil mencoba meraih nafas.
"Eum, arghh- ah! Le-lepasin gue!"
Seseorang yang semula mencekik leher jenjang tersebut menuruti permintaannya. Namun saat itu juga lampu seketika menyala, memperlihatkan sang korban yang tengah mengatur nafasnya dalam-dalam dengan tubuh terikat di kursi.
Sementara cewek malang yang menjadi korban seseorang memakai topeng badut tersebut terbelalak begitu orang yang menculiknya hingga ke tempat yang entah berada dimana, membuka topeng, kemudian menyunggingkan senyumnya.
Orang itu benar-benar orang yang tidak Tasya duga sebelumnya. Seseorang yang jarang berinteraksi dengannya di sekolah.
"ELO? ANJING LO, YA! LEPASIN GUE SEKARANG!" serunya, sesekali mencoba menggerakkan tangan secara brutal agar tali tambang tersebut terlepas.
"Duh, harusnya tadi gue cekik mati aja. Terus otaknya yang berat itu gue cabut keluar."
Tasya menahan emosi kuat-kuat. "Lo pikir lucu begini! Lepasin!!" perintahnya setengah gemetar.
"Segampang itu? Apa lo gak ada niatan mikir kenapa gue bawa Lo kesini..
Tasya??"
Tak lama Tasya pasrah dalam kondisinya, emosinya sudah lebih dulu berhasil terpancing, membuatnya menggeram murka. Dia merasa dunianya hancur ketika mengetahui fakta bahwa ada orang lain yang mengetahui sisi kelam dirinya.
Terlebih orang itu adalah teman sekolahnya.
"GUE EMANG GAK PERNAH NGERASA BERSALAH SAMA LO! Yang ambil uang gue itu emang lo!!"
Seorang cewek berambut panjang bergelombang yang diikat itu mengangguk-anggukan kepalanya saat Tasya- korbannya yang mudah sekali ditebak, berisikukuh akan dirinya yang tidak bersalah. Secara harfiah memang benar, namun secara pemikirannya tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah, karena hal semacam itu relatif. Maka yang membuat ia menunjukkan jati dirinya yang asli, adalah untuk membela dirinya sendiri. Lagipun ia pernah berjanji akan menjadi dirinya sendiri, bukan?
"Tapi...yang ngambil uang lo itu Hana..bukan gue...
HAHA! MAKSUD LO YANG ITU?"
Paula Atasya, seorang cewek memakai piyama bergambar Mickey Mouse, menjadi saksi perubahan ekspresi teman sekelasnya yang sangat berbeda timpal. Baru kali ini dia bertemu-bahkan menjadi korban 'orang aneh' layaknya di suatu layar lebar. Ingin berdalih bahwa orang di hadapannya kini semata-mata hanya bercanda saja, namun mengingat nafasnya dibuat hampir tidak berhembus sudah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa remaja sepantarannya itu tidak main-main. Kini nyalinya benar-benar menciut.
KAMU SEDANG MEMBACA
3G Signal
TeenfikceIni cerita Hama. Perempuan tangguh yang mendamba-dambakan sahabat setia sejak kecil. Tapi sialnya saat SMA ia justru berteman dengan Gavin, Gio, dan Gama. Memang mimpinya terkabul, namun dibalik itu Hama mendapat musibah besar. Menjadi teman peremp...