"Lari ke Warung Bu Tiyem woi! Terus ambil motor!" seru Gavin. Yang mendapat anggukan dari Gio.
Gama yang baru mendarat dengan sempurna ikut berlari mengekori Gavin dan Gio.
Gio yang menyadari lantss menengok. "Eh, Gam? Lo ikut kita juga?" tanyanya, lalu memincingkan matanya dengan senyuman meledek. "Katanya mau cari alasan..," ledeknya.
"Bacot!" pekik Gama, kemudian berlari lebih kencang mendahului kedua temannya.
"Woi es batu berjalan! Emang lo bawa motor?!" teriak Gio seraya berlari.
Gama tak menjawab, dia terus berlari, lalu berbelok kearah kanan di pertigaan. Dengan Gavin dan Gio yang mengikutinya dari belakang.
Gavin menoleh ke belakang, memastikan apakah para anggota OSIS mengekori mereka atau tidak. Dan ternyata tidak satupun. Dia bernafas lega, lalu memelankan lariannya, membuat dia berada di urutan paling belakang.
Gio yang menyadari Gavin tak lagi berada di sampingnya, lantas menoleh ke belakang, lalu berhenti sejenak. "Udah gak ngejar kan?" tanyanya.
"Fix, mata lo buta," ketus Gavin.
Anehnya Gio justru menyengir. "Sialan lo!" Dia mengedarkan pandangannya ke depan, mencari-cari wujud Gama, namun nihil, dia sama sekali tak melihat. "Buset! Tuh es batu cepet banget ngibritnya!"
Gavin mendengus lega, lalu berjalan mendahului temannya itu. Tak lama tubuhnya menghilang dari pandangan Gio saat berbelok kearah kanan. Sebelum kembali berjalan, dia menoleh untuk yang terakhir kalinya kearah belakang, lalu tak lama dari itu matanya terbelalak melihat beberapa anggota OSIS beserta Pak Satpam sekolahnya berkontak mata dengannya. Dengan sergap dia kembali berlari, kali ini dengan kecepatan tinggi hingga Gavin dapat terbalap dengannya.
"Lo kenapa lari, bego?!" tanya Gavin.
Gio tak menggubris, membuat Gavin dibuat penasaran. Cowok dengan seluruh kancing seragam terbuka, yang membuat kaos hitam oversize nya terlihat itu lantas menoleh. Matanya memincing melihat lebih jelas beberapa orang yang muncul dari balik tikungan. Karena penglihatannya rabun, dia baru melihat jelas beberapa orang tersebut.
Gio memejamkan matanya, tak habis fikir dengan temannya itu yang belum juga berlari. "LARI GOBLOK, LARIII!" teriaknya, kemudian mengacak rambutnya frustasi.
Mendengar itu Gavin sontak berlari. Untung saja jaraknya saat itu dari Warung Bu Tiyem sudah dekat. Sesampainya disana dia lantas menangkring di motor vespa berwarna hitam yang suaranya sedikit di modif, lalu melajukan motor itu bersama Gio, dan jangan lupakan Gama yang berada di paling depan dengan mengendarai motor sport merah, dan Gio yang berada di tengah dengan motor enduro warna hijau.
"Woi! Pelanin aja! Paling udah gak ngejar. Kalo masih ngejar kebangetan namanya!" sahut Gio.
Gavin yang berada di paling belakang barisan tak henti-henti menoleh ke belakang, memastikan apakah para kakak kelasnya itu masih mengikuti mereka atau tidak-dan ternyata, tidak. Dia mendengus lega, walaupun dalam hati berfikir keras untuk apa mereka kabur bila esok mereka kembali bertemu para kakak kelasnya itu. Tak ingin ambil pusing, dia lantas menepis fikirannya.
Tiin! Tiin..!
Suara klakson motor membuyarkan pandangan mereka. Gama yang berada di paling depan, dan satu-satunya motor yang memiliki kaca spion, lantas melajukan motornya lebih kencang.
Untuk kesekian kalinya Gavin menoleh ke belakang. Dia melihat anggota OSIS ikut mengejar mereka, perbedaannya kali itu kakak kelasnya berbondong-bondong mengendarai motor. Dia mengacak rambutnya frustasi, tak habis fikir kakak kelasnya masih mengejar mereka tanpa letih. "WOI, UDAHLAHH...! CAPEK NIH GUE, CAPEK WOI!" serunya memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
3G Signal
Teen FictionIni cerita Hama. Perempuan tangguh yang mendamba-dambakan sahabat setia sejak kecil. Tapi sialnya saat SMA ia justru berteman dengan Gavin, Gio, dan Gama. Memang mimpinya terkabul, namun dibalik itu Hama mendapat musibah besar. Menjadi teman peremp...