Balik lagi sama gueeee!
Gimana kabar kalian? Gimana UKK kalian?? Lancar?? (Bagi yang sudah waktunya UKK, ya). Kalaupun belum, semoga UKK kalian lancar, amiin.
Gue sih udah selesai, makanya gue baru bisa update sekarang, mian~
Sesulit-sulitnya soal UKK kalian nanti, tetap gak boleh kecewa diawal, ya! Semangat dan sportif! Pokoknya jangan bilang, "Kecewa" dulu sebelum liat hasil nilainya. Kalaupun udah, kecewanya jangan terlalu lama! Gak baik!
BTW, udah gak kerasa menginjak chapter 31. Gue pribadi, punya rencana tamat masih cukup lama, karena emang nih cerita gak cocok tamat cepet. Jadi, dari pada tamatnya maksa, pelan-pelan aja dulu, ya. Walaupun gue update jarak waktunya berselang lama, tapi gue serius, kok, sama cerita ini!
Makasih buat yang udah dukung, atau selalu dukung. Dukungan kalian bisa berupa apa aja kok, makasiiiiihhhhh!!!💚
Sekarang dari pada kelamaan, langsung baca ceritanya aja, ya.
SELAMAT MEMBACAAAA...!
⚡3G Signal⚡
Langit gulita kala itu agaknya sedikit mendung. Cowok dengan topi hitam yang terpasang menutupi rambutnya jelas tahu dari rebas rintik hujan yang seakan terjung payung dengan perlahan, padahal petang tadi indah-indah saja. Namun suasana mendung tidak terlalu dia permasalahkan, justru dia menyukai hawa sejuk yang berakhir tercipta. Seperti halnya manusia biasa, dia berekspetasi tinggi sesampainya dirumah; tidak mandi, menyuruput mi instan sembari ditemani secangkir susu krim putih yang hambar hanya terasa gurih di lidah, dan jangan lupakan bertengger di sofa dengan siaran Spongebob Squarepants yang menjadi film favoritnya.Siapa lagi jika bukan Gio Raja Utama. Cowok tengil yang baru-baru ini mempunyai teman: Hama seorang cewek yang penuh dengan teka-teki, Gavin dengan kesabaran ninimnya, dan Gama manusia yang mungkin dari antah berantah karena sifat dan sikap yang tidak mencerminkan remaja seumurannya. Mereka bertiga memang aneh— seaneh dirinya yang mungkin dimata mereka adalah murid tengil dengan urat malu nyaris putus atau mungkin sudah binasa sejak dia dilahirkan. Tapi terdapat kenyamanan tiada tara, setidaknya dia tidak harus terlalu berpura-pura bahagia, karena memiliki teman atau bahkan sahabat, cukup membuat dirinya terbesit rasa untuk mensyukuri hidup.
Sebenarnya Gio tidak pernah ingin berfikiran buruk terhadap orang lain, namun sebagai seorang ambivert, sikap waspadanya selalu mendorong dia untuk berhati-hati pada siapapun, meski sikap mendominasi orang-orang lebih terlihat menonjol dalam dirinya. Tapi akhir-akhir ini dia merasa tak perlu risau— Hama, Gavin, dan Gama bukan tipikal orang semacam itu. Dia tidak pernah seyakin ini.
Mobil BMW 6 Series keluaran terbaru tiba-tiba muncul dihadapannya, ditepi jalan yang cukup sepi, sanggup membuat beberapa orang yang berlalu-lalang meratapi mobil berwarna hitam itu dengan kagum.
Langkah Gio tertahan, ketika pria berjaz hitam bersama ketiga pengawal setianya turun dari mobil megah tersebut, berbondong-bondong menghampirinya. Dia berdecak kesal, lagi-lagi kedatangan mereka mengundang banyak perhatian. Itu alasan mengapa dirinya menguasai gelar murid SMA Pitalaya paling pulang telat, tak lain dan tak bukan, dia harus mencari tempat paling sepi untuk memperlihatkan mobil mewah yang dipilih Mamanya, konon agar dirinya lebih merasa nyaman, padahal lebih dari fasilitas mewah yang dia dapatkan, dia paham— Mamanya hanya ingin dirinya betah selagi wanita itu pergi ke negri tetangga.
Gio celingukan, dia mendesis begitu pria muda menyodorkannya payung hitam. "Pak Andreas Jonathan Virgoun— yang namanya lebih bagus dari saya— padahal anda termasuk kaum milenial tua, anda jelas-jelas merasakan tubuh anda yang juga terkena rintik hujan yang tidak seberapa ini, tapi mengapa anda begitu dungu untuk memberikan payung sok miliarder dengan warna hitam itu ke saya?" Dia tersenyum paksa, dirinya juga merasakan beberapa tatapan orang yang berganti menjadi kearahnya. Kesal, mengapa orang-orang begitu minat memperhatikan mobil mewah dari pada murid blesteran negri gingseng ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
3G Signal
Teen FictionIni cerita Hama. Perempuan tangguh yang mendamba-dambakan sahabat setia sejak kecil. Tapi sialnya saat SMA ia justru berteman dengan Gavin, Gio, dan Gama. Memang mimpinya terkabul, namun dibalik itu Hama mendapat musibah besar. Menjadi teman peremp...