Tepat setelah bel berbunyi nyaring, seorang pria dengan kacamata bulat keluar dari ruangan kelas IPS X-3. Para penghuni kelas dengan antusias berhamburan keluar, membawa uang mereka untuk dibelanjakan makanan dan minuman di kantin sekolah. Tapi beberapa siswa memilih berada di dalam kelas, berkumpul ramai-ramai di pojok kelas dengan 1 handphone sebagai tumbalnya. Berbeda dengan Gio yang duduk termenung di kursi paling belakang, tanpa berniat menimbrung dengan teman-teman sekelasnya.
"Woi, Gi. Gak gabung? Kita liat mantep-mantep, ayolah boi!" ajak salah satu temannya, membuat Gio menoleh kearah sekumpulan siswa tersebut. Dia bukan bermaksud membeda-bedakan teman sesuai kasta, tapi meskipun seorang cowok, dia merasa enggan melihat video dimana wanitalah yang selalu menjadi bahan pelecehannya. Walaupun dia sedang berhasrat, dia tak sudi melihat video itu secara bergerumbul— dia tidak sebodoh mereka.
"Udah duluan aja. Gua gampang, sans." Gio menarik senyum selepas melihat temannya kembali gabung dengan sekumpulan teman-teman sekelasnya. Dia tidak naif, dibalik itu dia tahu teman sekelasnya pasti mempunyai motif tertentu yang akan berdampak buruk pada dirinya, jadi sebelum kejadian terulang kembali seperti masa kecil, apa salahnya dia menghindar lebih dulu kali ini?
"Gimana, mau?" tanya salah satu siswa yang mengenakan behel.
Siswa yang sebelumnya mengajak Gio untuk bergabung, menyalakan handphone-nya, mengetikkan beberapa kata dilayar.
Cowok dengan sebutan akrab Lino itu menatap Gio sejenak, lalu kembali menatap layar handphone-nya, hingga memutuskan untuk kembali menghampiri Gio. "Bagi duit, Gi!" cetusnya tak terduga.Gio yang heran pun lantas mengernyit. Sungguh mengganggu ketenangannya. "Hah? Duit?" Gio tertawa canggung. "Lu kenapa dah? Lagi malak gua?"
BRAK!
Lino tiba-tiba menendang kursi kelas yang berada persis di depan meja Gio, membuat saksi mata yang melihat adegan itu terfokuskan padanya dan siswa berdarah campuran yang justru terlihat santai-santai saja, meski dahinya sedikit mengernyit.
"Lu yang kenapa, goblok!" Lino melepas dasi sekolahnya, melempar barang tersebut hingga mendarat ke lantai kelas. "Gak nyangka, sih, gue bisa sekelas sama bocah kayak lo!"
Gio menoleh ke kanan dan ke kiri, semua arah pandang kini terfokus pada dirinya. Ekspresi bingung yang masih dia pertahankan membuat dia menunjuk dirinya sendiri. "Hah, sama gua?" Dia tertawa canggung. "Iya gua juga gak nyangka."
Brak!
Lino lantas memukul meja Gio kencang, membuat para siswi yang semula berjalan dilorong kelas terpaksa berhenti demi melihat pertengkaran antara 2 siwa yang tidak diduga-duga sebelumnya alias tidak pernah dekat, atau bahkan berbincang, namun tiba-tiba membuat gempar siang itu.
Tak puas, Lino menendang meja Gio, namun lagi dan lagi balasan yang Gio lontarkan hanya tatapan heran, membuatnya muak. "Dari awal lo doang nih yang songong! Gegara tingkah lo yang sok pahlawan, angkatan kita terpaksa dihukum pas MOS! Sekarang kenapa lo harus ada di kelas ini sih, anjing?"
KAMU SEDANG MEMBACA
3G Signal
Teen FictionIni cerita Hama. Perempuan tangguh yang mendamba-dambakan sahabat setia sejak kecil. Tapi sialnya saat SMA ia justru berteman dengan Gavin, Gio, dan Gama. Memang mimpinya terkabul, namun dibalik itu Hama mendapat musibah besar. Menjadi teman peremp...