58. Semua Benar dan Adil

39 12 0
                                    

Saga menelusuri anak tangga yang menurun, hingga membawanya ke ruang bawah tanah yang dibatasi pintu kayu mahoni. Di dalam sana Rafli, kawan lamanya yang menjabat sebagai detektif bagian pengelola bukti melambaikan tangan sembari menyeruput secangkir kopi.

"Konferensi pers-mu berhasil?" tanya Rafli sembari memperhatikan meja kaca yang di dalamnya tersimpan banyak foto bukti kasus yang sedang dia cari tahu, termasuk kasus Saga, teman SMA-nya.

"Tidak usah basa-basi, langsung saja." Saga melepas jaz warna hitam yang dia kenakan, niatnya untuk dipakai di konferensi pers yang akan dilihat oleh petinggi lain. Tetapi dia justru menunda acaranya, lagi-lagi dia lari dari masalah. Dan bodohnya dia membiarkan Gama melihat tingkahnya yang semena-mena itu.

Rafli menyempatkan untuk terkekeh, setidaknya agar tidak terlihat kaku seperti Saga yang selalu bersikap pasif sejak masa sekolah. Bahkan pernah sekali dia bertemu dengan anak laki-laki Saga diumur yang masih 9 tahun, ekspresi wajahnya seperti hanya di duplikat dari wajah Saga, sangat datar dan benar-benar mirip. Entah bagaimana penampilan anaknya sekarang- mungkin bisa saja berubah, tapi dilihat dari genetik sang ayah yang dominan, menurutnya sedikit kurang masuk akal Gama berubah menjadi anak yang periang.

"Jadi jejak Gavin semalam ditemukan di Gang Melati yang menuju Kafe Rindu." Rafli menyalakan mesin proyektor yang dia punya, membuat dinding putih dengan lampu ruangan yang sengaja dimatikan menampilkan bukti video Gavin yang tengah mengekori salah satu pria di gang tersebut.

Saga semakin memfokuskan pandangannya untuk mencari kejanggalan yang dimaksud Rafli. Tetapi yang dia lihat hanya sebatas Gavin dengan pria asing tengah berbincang, sepertinya serius, namun tidak ada yang salah sampai pemuda yang dia duga Gavin kembali pergi melewati jalurnya semula.

"Dimana letak kejanggalannya? Gavin dengan pria itu sepertinya hanya berbincang mengenai topik serius, lalu agaknya sempat berdebat, kemudian kembali berdamai, dan Gavin putar balik untuk pulang. Apanya yang— tunggu,"

Rafli melipat kedua lengannya mendengar Saga menjeda ucapan.

"Ini aneh. Kenapa Gavin mengekori pria tersebut kalau hanya untuk berbincang, dan meskipun mereka sempat berdebat, tapi Gavin memilih putar balik?"

"Secara logika; kemungkinan pertama, Gavin mungkin masih merasa kesal walaupun mereka sempat terlihat berdamai, dan semata-mata untuk meredam emosinya dia memilih pulang lewat jalur semula, karena jika dia lewat jalur yang sama dengan pria tersebut, mereka pasti jalan berdampingan. Tapi kemungkinan kedua, emosi anak muda seumuran Gavin pasti masih labil, apalagi jika kasarnya 'dibentak' oleh pria asing itu pasti seharusnya dia melawan setidaknya sedikit, namun yang ada disini justru berdamai dengan tiba-tiba dan pulang begitu saja." Rafli terdiam sejenak, mengambil napas lebih. "Jadi menurutmu bagaimana? Seharusnya ini tugas anda Kepala Icyzo, tapi karena saya teman yang baik hati dan tidak—"

"Jadi teori anda, Gavin 'remaja yang labil' melampiaskan emosinya dengan membakar Kafe Rindu yang seharusnya dia berjalan kearah yang sama dengan pria asing tersebut. Maka jika begitu, Gavin ada sangkut-pautnya dengan Kafe Rindu, bisa jadi dia pekerja disana—pekerja sambilan mungkin? Dan pria yang dia ajak bicara kemungkinan bisa teman pekerjanya, atau bisa jadi atasan."

Rafli menunjuk meja kacanya tepat mengarah pada foto laki-laki berusia sekitar 20 tahunan memakai jaz hitam dengan latar berwarna biru. "Wisnu Arnadi, pria berumur dua puluh lima tahun yang merupakan pemilik Kafe Rindu. Jika memang teori saya benar bahwa Gavin bekerja di kafe itu, maka Wisnu juga merupakan atasannya."

"Tapi kenapa kita harus berbicara tentang teori, jika bisa turun langsung, Detektif Rafli?"

Reflek membuat Rafli terdiam sejenak, benar juga. Tapi dilihat dari kejanggalan yang ada, kasus yang kali ini dia tangani tidak semudah dari kasus-kasus yang sebelumnya- dan tentu tidak semudah yang Saga pikirkan. Sedikit pun mereka tidak boleh salah langkah, karena menurutnya Gavin tidak sendiri, entah siapa, jika dilihat dari rekaman CCTV yang janggal, pasti ada beberapa orang dibaliknya yang mengatur.

3G SignalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang