•02. Gio si Rajanya Berulah•

684 87 5
                                    

Hama memejamkan matanya ketika Amira bertanya kepada Gavin dengan suara lantang yang mengisi ruangan. Ia tahu Amira bersikap seperti itu agar tidak dicap buruk sebagai anggota OSIS, tapi tetap saja ia merasa kesal karena Amira mesti bertanya terlebih dahulu kepada Gavin.

"Hah? Gue jurusan IPA?" balas Gavin yang entah bagaimana dapat mengikuti MOS setelah dia dengan tidak tahu dirinya memukul Ketua OSIS.

Hama menutup telingannya dengan kedua telapak tangannya seraya berceloteh kepada Amira, walau ia tak yakin Amira akan mendengarkannya.

"Kak, ish! Berhenti dong, kak..! Udah hukum saya aja deh!" mohonnya dengan ekspresi berharap. Tapi Amira tidak menghiraukannya.

"TERUS LO JURUSAN APA?" tanya Amira.

"Lah, gue jurusan IPS. Mabok apa tuh—"

Gio yang merasa iba dengan Hama lantas bangkit dengan tangan yang memukul meja, menghasilkan suara cukup kencang, tatkala pasang mata mulai mengarah kepadanya.

"Cieee pada panik..!" celetuk Gio, yang lantas mendapat sorakan.

Hama benar-benar tak habis fikir dapat sekubu dengan orang-orang aneh yang memiliki ciri khas tersendiri. Macam Gio yang seolah urat malunya sudah putus, si dingin Gama yang hanya sesekali menyeletuk, namun dengan perkataan sengit, Firza yang jenaka, Mala yang pemalu, dan tentunya Amira yang mempunyai sifat asik, tidak seperti anggota OSIS lainnya yang terlalu serius. 

"Gi, lo mending duduk deh! Gilanya di pending dulu!" pekik Amira sengit.

Gio hanya mengelus dadanya, tak lupa memasang ekspresi seolah paling tersakiti, namun sedetik kemudian dia kembali merubah mimik wajahnya menjadi datar, yang mengisyaratkan penuh keseriusan.

"Kak, menurut gue lo buang-buang waktu. Lo udah dikasih daftar nama, kenapa harus nanya orangnya lagi? Kalau dia salah, ya tinggal hukum aja," bijaknya. Bukan bermaksud menyudutkan pembina di kubunya. Amira memang asik, tapi terkadang dia kesal dengan sikap cewek itu yang gemar mencari perhatian, dari mulai cowok populer sepertinya, Gama, dan kini Gavin. Bukan berarti dia terlalu percaya diri, sejak kecil dia sudah dilatih untuk mengetahui perasaan seseorang hanya dari tatapan matanya.

Amira dibuat terdiam, lalu mendelikkan matanya. "Gio, mending lo duduk, dan tutup mulut lo. Jangan sok-sokan dikte gue!" Nada suaranya itu terlihat serius tidak seperti sebelumnya.

"Lho, kenapa gue harus duduk? Jangan fikir gue gak bisa serius," balas Gio semakin serius.

Amira dan Gio saling melontarkan tatapan sinis. Membuat mereka berdua seakan terjebak di dalam pertarungan dingin, namun sengit.

Aldrich yang melihat hanya mendengus pasrah, seraya memijat keningnya. Pada dasarnya Amira memang tidak mau kalah. Pernah suatu hari dia pun sempat berdebat dengan Amira, hanya karena Amira tidak menyetujui isi proposal pemilihan Ketua OSIS yang menurutnya terlalu bertele-tele, disaat anggota lain sudah menyetujui hal itu. Memang kerap kali dia tergoda mengeluarkan Amira yang terlalu teguh dengan pendiriannya dari pada kerja tim, namun di satu sisi dia tak ingin mengecewakan Amira, dan dibalik itu Amira adalah murid dengan segudang ide cemerlang, jadi bila dia mengeluarkan Amira, sama saja seperti dia mengeluarkan sumber kreatif. Sedangkan Gio, dia baru menegaskan wajahnya sekarang, namun sepertinya dia pernah melihat wajah itu di sebuah acara televisi, serta keberanian yang terpancar membuat dia yakin cowok itulah yang tepat untuk menyaingi keteguhan Amira. Tak ingin kepalanya meledak, dia mengambil mic, dan mulai berkata, "BAGI KUBU DELAPAN, DIHARAP TENANG, DAN TIDAK BERULAH! JIKA KALIAN TETAP INGIN BERULAH, MAKA SILAHKAN KELUAR DARI RUANGAN INI!"

Amira sontak melontarkan tatapan sinis terhadap Aldrich, temannya, lalu memilih duduk di kursinya dengan bibir yang tak henti-hentinya menggerutu.

Hama melirik Gio yang ikut duduk di kursinya. Entah ia yang terlalu percaya diri, atau memang firasatnya benar, Gio seakan membelanya, namun ia tidak mungkin menanyakan itu kepada Gio. Selain ia tak ingin menyinggung perasaan Amira, ia merasa tidak terlalu dekat dengan Gio.

3G SignalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang