61. Kebenaran itu Tabu

43 7 0
                                    

Akhirnya punya waktu buat bikin author note. Maaf banget baru bisa update sekarang, kemarin gue sibuk ospek, hadeh! Tapi gue masih semangat nerusin ini cerita, kok!

Anw, gue bukannya mau ngelama-lamain ini cerita, cuman emang gak bisa secepat itu tamat, secara ada 4 peran utama, biar sama-sama adil gitu. Dan jujur sebenarnya ini cerita konfliknya lumayan berat, jadi gue bener-bener harus nge-riset, walaupun mungkin masih ada yang kuras pas di beberapa adegan tertentu? Atau mungkin gue kurang jelasin terperinci?

Kalau emang ternyata ada, maaf yaa bisa juga komen, kok, buat pelajaran gue. Tapi sekali lagi, ini cerita fiksi, ya, jangan terlalu dibawa serius juga, hehehe.

Tapi serius, kalau misalnya ini cerita udah tamat, gue baru revisi dari awal banget. Sekarang paling gue revisi chapter sebelumnya cuman kalau ada typo-nya aja, selebihnya emang nanti. Soalnya bingung kalau belum tamat udah revisi, yang ada justru males namatinnya. Jangan sampe sih!

Enjoy!

3G Signal

"Udah lama nih kita gak ngumpul kayak gini!" seru Gio di tengah ramainya kantin sekolah pada jam istirahat. Gavin, Gio, maupun Hama seolah tidak ada yang peduli, mereka justru asik dengan aktivitasnya sendiri. Gavin yang sedang menghitung pengeluaran, Gama yang tidak bisa berhenti melihat handphone, dan Hama yang sibuk mencerna materi sosiologi  yang akan dibahas nanti sembari terkadang menyeruput segelas es coklat.

"Ham, kata gue lo selesain dulu masalah lo sama Paula," sahut Gavin tiba-tiba, lebih tepatnya sedang mencoba mencari topik pembicaraan.

"Dibilang gue gak ada uang! Lagi juga Jonathannya juga gak nagih-nagih!"

"Yeh," Gavin menggeleng gusar, kemudian menyendok nasi goreng buatan kantin ke mulutnya. "Terserah lo lah!" Dia hendak ingin memakan bagian telur mata sapi, namun lebih dulu dilahap oleh Gio, oknum yang mentraktir makanannya.

Gio hanya tersenyum pasrah mendapat tatapan sinis dari Gavin, walaupun sebenarnya dia bingung, padahal seharusnya itu nasi goreng miliknya.

"Gama beneran bisu, ya?" celetuk Gio selesai menelan kunyahannya dengan susah payah. Tapi yang ada Gama justru hendak bangkit dari kursinya.

"Bercanda, Gam! Ngambekan aja udah gede!"

Tak lama dari itu, Gio reflek menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan begitu cahaya kamera menyorotnya. Mendadak napasnya jadi tidak beraturan, dia pun lantas menenggelamkan mukanya ke lingkaran tangan yang dia buat diatas meja. Lagi-lagi harus seperti ini.

Sementara Hama yang semula sibuk dengan kegiatannya sendiri, jadi berhenti menorehkan tinta di lembaran kertas putih miliknya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tak lupa ia sempatkan untuk menatap Gavin dan Gama dengan kening berkerut, bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Gio, meskipun ia tau sempat ada cahaya kamera yang agaknya lupa dimatikan dan menyorot kearah Gio. Itu berarti Gio anti kamera.

Gavin menganggukkan kepalanya kearah sekumpulan siswi yang berkumpul di sudut kantin. Mereka terlihat sangat histeris sembari terkadang menatap kearah mereka. Dia sebenarnya ingin memberi ganjaran, namun begitu Gama yang berada di sampingnya membiarkan salah satu lengannya lepas dari handphone menjadi menahan bagian perutnya, Gavin seketika jadi mengurungkan niat, terlebih saat Hama bangkit dari kursinya sembari memukul meja.

3G SignalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang