Diantara seluruh murid SMA Pitalaya, hanya satu siswa dari angkatan mereka baru-baru ini yang berani mengancam organisasi bagai Dewa, OSIS- tentu Gama pelakunya. Selayak orang yang paling berkuasa disana, dia dapat bertindak sesuka hati karena latar belakangnya yang diketahui oleh Kepala Sekolah, beserta Ketua OSIS dan Sekertarisnya, Amira. Tak hanya latar belakang, dia juga dihindari karena auranya yang selalu membuat murid lain menduga, Gama adalah orang yang berbahaya.
Hama sering kali berfikir, andai Gama sedikit menikmati apa yang dia punya, remaja itu pasti menganggap hidupnya paling beruntung diantara beribu-ribu insan lainnya. Tapi ia pun mengerti, bagi Gama semuanya terasa sulit; di tuntut menjadi sempurna dan dituntun agar menjadi yang teratas- memang tidaklah mudah. Terbukti cowok itu kini rela menaiki angkutan umum (yang sebelumnya tidak pernah dia injak sekalipun) demi mencari Papanya di rumah. Itupun jika Saga menyempatkan diri untuk mampir ke rumah.
Suara radio yang memutar lagu dangdut, dengan beberapa penumpang membawa barang bermacam-macam jenis, Gama yang kini duduk di dekat pintu angkutan umum tersebut lebih memilih membiarkan wajah mulusnya diterpa angin dan debu dari luar angkot, maka dia sedikit mencondongkan kepalanya kearah pintu angkot yang terbuka. Nampak dari dahinya yang berkerut, mengatakan bahwa dia memaksakan diri untuk bertahan disana. Belum lagi, suara sang supir angkot yang sedang berbincang dengan penumpang di sebalahnya yang membicarakan perihal serial Krisna, drama dari India, membuat telinga Gama sangat panas.
Berbeda lagi dengan Hama yang sudah terbiasa akan hal itu, karena Ayahnya juga menyukai tokoh utama bernama Krisna, yang konon adalah seorang Dewa bagi kepercayaan orang-orang di Negara Barata tersebut. Tapi ternyata bukan hanya Ayahnya saja yang mempunyai selera Bollywood, atau mungkin saja beberapa masyarakat di negaranya tertarik pada karya luar yang sedang hangat di negri mereka. Entahlah, Hama tidak paham perihal itu, termasuk mengapa ia justru terinpirasi dengan idolanya yang jauh di Korea Selatan sana.
"Gam, lo gak bawa motor?" tanya Hama. Nyaris tidak percaya seorang cowok dengan tampang menawan, tubuh yang sangat proporsional dengan dada bidangnya, hanya diantar-jemput oleh supir yang dibayar mahal. Memang itu menandakan bahwa Gama adalah orang berada, namun terasa aneh saja. Ia sesekali memergoki Gio atau Gavin yang membawa motor ke sekolah, namun ia tidak pernah mendapati Gama menyetir motor ke sekolah, dan menitipkannya di salah satu warung yang tak jauh dari sekolah mereka, sebagaimana para murid nakal melakukannya.
"Emang kenapa? Gak sudi gue boncengin lo."
"WOOO, YA, JELAS, DONG!"
Hama memekik pelan begitu mendengar suara heboh dari supir angkot. "Hah?? Apa?? Gak kedengeran. Coba ulang!"
Gama berdecak kesal. Dia juga menatap supir angkot dari belakang dengan sinis. Orang jenggotan itu gak niat kerja?!
"Saya ini sebenarnya adalah Tentara!! Dulu saya pernah menerbangkan pesawat tempur, sekarang saya melajukan mobil antah berantah!" ucap supir tersebut, kemudian tertawa bersama 2 orang yang duduk disampingnya.
"Emang kenapa, om, om berhenti jadi Tentara?"
"Waktu jadi Tentara om nembak-nembakin orang kayak di PB? RE? PUBG?"
"Waahhh, PB apa saya mah gak tau. Tapi yang pasti saya melakukan itu hanya saat latihan perang- peperangan pun juga sesuai aturan, dan juga untuk terjun langsung terbilang jarang, terkadang dikirim beberapa untuk pergi ke negara-negara yang belum meraih 'kemerdekaan'. Dan memang peperangan seperti itu harusnya musnah saja, perang yang sebenarnya di zaman sekarang mengandalkan otak dan juga visi misi untuk negara kita 'kan?"
"Kalau soal untuk keluar dari TNI. Kamu mau bayar saya berapa dulu nih untuk bicara??" Supir berkisar 30 tahunan itu tertawa pelan.
Hama yang mendengar perbincangan mereka, ternyata tak lagi membahas Serial India. Sebenarnya ia cukup tertegun. Kalau memang apa yang dikatakan supir angkot tersebut berdasarkan kejujuran, ia salut, tidak menyangka orang-orang yang umumnya menaiki angkot, lalu membayar uang tak seberapa pada supir yang biasa-biasa saja dengan anduk kecil di leher mereka, ternyata jauh dari sumber nafkah mereka kini, dulu tersimpan banyak mimpi dan bahagia ketika berhasil meraihnya, walaupun realita dunia memang tidak melulunya baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
3G Signal
Teen FictionIni cerita Hama. Perempuan tangguh yang mendamba-dambakan sahabat setia sejak kecil. Tapi sialnya saat SMA ia justru berteman dengan Gavin, Gio, dan Gama. Memang mimpinya terkabul, namun dibalik itu Hama mendapat musibah besar. Menjadi teman peremp...