Chapter Ten

2.1K 247 4
                                    

Rose menghempaskan tubuhnya di kasur, setelah seminggu full berad di rumah sakit akhirnya ia bisa bebas dari bau obat obatan yang membuat perutnya mual. Namun itu tak benar benar membuatnya senang, karena ia tahu jika penyakit yang bersarang di tubuhnya akan menghambat semuanya. Yah... semuanya termasuk membeberkan kebenaran

suara ketukan pintu terdengar, Rose langsung menoleh dan mendapati Wendy sedang berdiri bersandar pada tiang pintu kamarnya sembari melipat kedua tangan di depan dadanya

" Bagaimana kondisimu "

Rose memalingkan wajahnya " Jauh dari kata baik "

" Apa kau berkata jujur "

Rose menghela nafas malas " Tentu saja "

" Aku hanya takut kau berbohong "

" Tidak usah sok peduli padaku, sekarang cepat katakan apa yang kau mau "

Wendy berdecih " ingin rasanya aku mencakar wajah arongan nya itu jika saja aku tidak ingat jika kau baru saja keluar dari rumah sakit " Wendy menarik nafasnya, mencoba menetralkan amarahnya " Turunlah kebawah, makan malam akan segera di mulai, yang lain sudah menunggu mu "

" Hm... pergilah, aku akan menyusul "

Setelah kepergian Wendy, Rose menyempatkan diri untuk mengganti pakaiannya ke pakaian yang lebih santai setelah itu barulah ia pergi kebawah, tapi suara deringan headphone menghentikan langkahnya, dengan sedikit kebingungan Rose mencari letak headphone nya

" Yeoboseyo oppa " Rose mendapatkan telpon dari Jaehwan

" Maaf menyita waktu mu Rose, dan maaf karena mengganggu waktu istirahatmu, tapi ini sangat penting "

" Wae? apa yang terjadi "

" Appa mu maksud ku tuan Seungri saat ini berada di ruangan mu, dia ingin bertemu dengan mu, jika tidak appa mu itu mengancam akan menghancurkan para sepupu mu "

" Mwo??? " Rose terkejut

" YAK!! ROSE SEGERALAH TURUN LALU MINUM OBATMU " suara Irene menggelegar membuat Rose bingung harus berbuat apa

" Op---oppa, apa yang pak tua itu lakukan "

" Aku tidak tahu Rose-ah, appamu hanya mengatakan jika ini tentang saham yang kau pegang saat ini "

Rose terduduk di atas kasurnya, memijak pelipisnya, rasanya kepalanya akan pecah sekarang juga, entah apa yang ingin pak tua itu lakukan sekarang

" Yak, apa kau tuli, segeralah turun lalu minum obatmu, yang lain sudah menunggu " Rose meneguk ludahnya dengan susah payah, di depan pintu kamarnya, Irene sedang berdiri sembari menatapnya tajam

" Sebentar lagi "

" Apa yang terjadi di sana? "

" Eeeek....nanti ku telpon lagi oppa, maut ada di depan ku saat ini "

" Tapi ini sangat penting Rose-ah "

" Tapi aku tidak mungkin keluar oppa " Rose sedikit berbisik ke headphonenya

" Apa kekasih mu itu mengajakmu keluar, should not, kau harus istirahat Rose-ah " Rose tahu itu, jika ini akan keluar dari mulut Irene

" Oppa dengar sendirikan, tidak mungkin untukku untuk keluar saat ini "

" Rose " Panggil Irene lagi

" Yayaya.... aku akan turun tapi setelah aku menelpon " Jawab Rose datar memandang Irene dengan malasnya

CousinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang