Wendy meneguk habis cup ice nya, siang ini cukup melelahkan karena ia harus melakukan pembagian brosur lagi untuk memasarkan produk baru mereka. Kali ini, ia melakukannya sendiri tanpa Jinhwan karena pria itu sedang mengambil jatah cutinya.
" Wendy-ah istirahatlah!! Biarkan Haneul menggantikan mu "
Wendy menoleh ke sumber suara dan mendapati Ketua tim nya sedang memberi arahan padanya. Wendy tersenyum lalu sedikit membungkuk " Nee ketua "
Selepas kepergian ketuanya, Wendy menghela nafas lelah sembari menyeka keringatnya, actually ia bisa saja bekerja di perusahaan daddy nya dan langsung mendapatkan jabatan tinggi, ataupun ia tidak usah bekerja karena sudah pasti kehidupannya pun sudah terjamin tetapi Wendy bukan tipe orang yang ingin enaknya saja, ia harus berjuang dari bawah dulu jika ingin mengikuti jejak daddy nya.
Tapi ngomong ngomong tentang berjuang, Wendy langsung teringat pada Rose, kira kira seberapa kuat dan seberapa banyak Rose sudah berjuang dalam hidupnya, Wendy yang bekerja seharian saja sudah lelah apalagi Rose yang terus berpura pura kuat di balik dirinya yang lemah. Bukan kah itu sangat melelahkan? kenapa Rose melakukannya.
Dan kira kira seberapa banyak rahasia yang telah gadis itu sembunyikan, haaah---- memikirkan Rose, membuat kepalanya berdenyut.
Setelah mengambil jatah makan siangnya, Wendy memutuskan untuk makan di taman tempat biasa ia dengan Jinhwan menikmati makan siang bersama. Sesampainya di taman, Wendy terkejut dengan kehadiran Jinhwan yang sedang berbaring di kursi taman, tanpa pikir panjang lagi Wendy langsung menghampiri pria itu.
" Anyeong " Sapa Wendy, ia berdiri di hadapan Jinhwan, menghalangi sinar matahari yang menyoroti mata pria itu.
Merasa ada yang menyapanya, Jinhwan membuka matanya dan mendapati pemandangan Wendy sedang tersenyum padanya
" Eh... " Jinhwan dengan cepat bangun dan memperbaiki posisinya menjadi duduk.
Wendy duduk di kursi setelah mendapatkan ruang.
" Kau dari mana? tidak bekerja tapi menggunakan jas " Tanya Wendy, ia memulai percakapan.
" Dari pemakaman adikku, hari ini adalah hari kematiannya "
Wendy mengangguk, ia paham karena beberapa hari yang lalu Jinhwan sempat menceritakan tentang adiknya. " Turut berduka cita atas apa yang terjadi pada adikmu semoga tuhan memberkatinya " Jinhwan tersenyum kecil lalu mengangguk.
" Ku dengar, beberapa pria asing datang ke rumah mu dan menyekap beberapa saudari mu, apa kau baik baik saja? "
" Haaaah---- sepertinya berita itu sudah tersebar yah!! aku baik baik saja karena aku bersembunyi di dalam kamar dan sebagian dari sepupuku mereka di rawat di rumah sakit "
" Turut berduka cita juga atas apa yang menimpa mu kemarin "
Jinhwan dan Wendy saling tatap lalu tersenyum satu sama lain. Dan wendy melupakan kotak makan siangnya yang sedari tadi ia pangku.
" Terima kasih, sudah menanyakan kabar ku "
" Ck!! santai saja dengan ku "
Keduanya di selimuti oleh diam, Jinhwan mendongak melihati pepohonan rindang yang melindunginya dari sinar matahari, kedua matanya menyipit. Sedangkan Wendy ia menunduk menatap kotak makan siangnya.
" Kenapa kau tidak makan "
" Eh... " Wendy spontan menoleh kearah Jinhwan " Baru saja aku ingin makan "
Jinhwan terkekeh kecil " Makanlah!! kau pasti lelah "
" Nee " Wendy membuka kotak makannya dan menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya. Wendy menoleh dan mendapati Jinhwan menatapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cousins
Fanfiction"Tidak ada keluarga yang sempurna. Terkadang kami berdebat, berkelahi, bahkan satu waktu berhenti berbicara satu sama lain. Namun pada akhirnya, keluarga tetaplah keluarga, dimana cinta akan selalu ada."