"Tidak ada keluarga yang sempurna. Terkadang kami berdebat, berkelahi, bahkan satu waktu berhenti berbicara satu sama lain. Namun pada akhirnya, keluarga tetaplah keluarga, dimana cinta akan selalu ada."
Rose menyerjap beberapa kali, menyusuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya dan menetralkan rasa sakit yang menyerang kepalanya, dadanya naik turun merasakan oksigen yang ia hirup semakin tipis, tapi untunglah ada alat bantu pernapasan yang di pasangkan di hidungnya.
" Rosie-ah kau sadar hmm, bagaimana perasaanmu "
Rose tidak menghiraukan pertanyaan tersebut, ia justru sibuk mengamati sekitarnya, dan semakin merasa pusing karena mencium bau obat obatan ~~ Sial! kenapa dirinya ada dirumah sakit ~~
Rose berusaha untuk mendudukkan dirinya, melihat itu Jaehwan langsung membantu Rose, walaupun ia tidak yakin untuk melakukan itu, kesadaran Rose belum benar benar membaik.
" Ini sudah pukul berapa oppa? " Tanya Rose, sembari memegangi kepalanya.
Jaehwan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya kirinya " Sudah pukul setengah tujuh, wae? kenapa kau menanyakan pukul sekarang "
Rose menggeleng
" Oppa bisa panggilkan dokter Jimin di ruangannya, aku khawatir jika oppa menekan tombol itu, dokter lain yang akan datang "
Jaehwan menetap curiga pada wajah Rose setelah gadis itu memintanya untuk memanggil dokter Jimin di ruangannya, sepertinya gadis itu sedang merencanakan sesuatu, tapi apa, kenapa ia tidak bisa menebaknya, ah!!! ini karena wajah itu terlihat kesakitan dan tenang, bagaimana bisa ia merencanakan sesuatu.
Seakan tahu apa yang dipikirkan Jaehwan, Rose langsung berkata " Aku tidak akan merencanakan sesuatu, oppa tenang saja!! rasa sakit ini sudah membuatku ingin mati "
Satu helaan nafas terdengar dari Jaehwan " Arrasoe "
Jaehwan berbalik, ia ingin keluar dari kamar inap menuju ruangan dokter Jimin, namun baru dua langkah ia melangkah, Rose memanggilnya dan membuat langkahnya terhenti.
" Sekalian belikan aku bubur ayam di kantin rumah sakit!!, aku sangat lapar tapi jam makan malam masih lama dan lagi makanan rumah sakit tidak mengunggah selera "
" Nee " Jaehwan kembali melangkahkan kakinya hingga benar benar hilang dibalik pintu.
Rose memejamkan matanya, menarik nafas dalam kemudian mengeluarkannya secara perlahan, ia cukup meyakinkan dirinya untuk..... Rose langsung mencabut selang infus yang terpasang di tangan kirinya.
" Ark!! " Meringis menahan sakit saat merasakan selang infus itu di cabut paksa.
" Ah!!! ini lebih sakit ketimbang dokter yang mencabutnya "
Setelah itu, Rose mengambil jas milik Jaehwan yang terletak berantakan di atas sofa, memakainya dan melangkah keluar dari kamar inapnya. " walaupun terlihat aneh, jas dipadukan dengan pakaian rumah sakit, tapi setidaknya aku tidak kedinginan di luar sana "
Rose menghela nafas lagi, jalannya sempoyongan karena kepalanya masih terasa sedikit pusing, tapi ia tidak pedulikan hal itu, karena sekarang ini, keluarganya lah paling utama!!
Delapan nyawa lebih pentingkan ketimbang satu nyawa yang sudah hampir mati.
Saat Rose menginjakkan kakinya di loby utama rumah sakit, hujan tiba tiba turun dengan lebat di luar sana, dan itu membuat Rose mengeram frustasi. Kenapa selalu saja ada hambatan.
Dan tampa pikir panjang lagi, Rose segera berlari keluar dan menerobos guyuran hujan yang lebat, tapi sebelum itu ia sempat mengumpati dirinya " Dasar lemah, kau membuat dirimu menyesal karena pingsan sebelum meminta bantuan tuan Suho "
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.