Selama seminggu ini, Rose melalui harinya dengan selalu bekerja di dalam apartemen Jaehwan, itu sengaja ia lakukan agar pikirannya bisa teralihkan. Dan tentang apa yang terjadi malam itu, rasa canggungnya dengan Jaehwan masih terasa sampai sekarang.
Rose tak ingin bersedih lagi, ia sudah bertekad dalam hatinya, maka dari itu ia memilih bekerja saja sebagai jalan untuk mengalihkan pikirannya, selain itu ia juga bisa lebih fokus untuk terus meningkatkan nilai saham hingga setara dengan saham pusat di Melbourne.
Dengan begitu, ia bisa segera lepas dari iblis seperti Seungri dan hanya tinggal mengumpulkan bukti seluruh kejahatan pak tua itu untuk membuat laporan di kantor polisi.
Bekerja di meja pantry memang pilihan yang tepat untuk bekerja di pagi hari sembari menikmati sarapan, itu yang Rose lakukan sekarang. Sedangkan Jaehwan, sedang berada di luar, entah kemana pria itu pergi, Rose tidak akan peduli.
Toh, dirinya dan Jaehwan hanya sebatas bos dan sekertaris yang sudah seperti adik dan kakak bukan sebagai kekasihnya. Astaga Rose, kau harus move on.
Pintu apartemen terbuka dari luar, Rose pikir itu pasti Jaehwan dan benar saja itu Jaehwan. Rose melirik ke arah pintu, siapa yang datang bersama Jaehwan.
" Rose-ya kau di mana? Jimin dan tamu mu datang berkunjung " Jaehwan sedikit berteriak agar Rose mendengarnya sembari melepas kaos kaki yang ia gunakan dan menyimpan sepatunya di rak.
Rose mengerutkan kening, tamu? siapa yang datang?. Karena penasaran, akhirnya Rose memutuskan untuk melihatnya sendiri.
" Omo!!! Eonni " Rose terkejut sekaligus senang.
Dokter Kinan datang mengunjunginya.
Kinan tersenyum sembari melambai pada Rose " Anyeong!! " Sapa Kinan dengan begitu berbinar. lalu merentangkan kedua tangannya ingin memeluk Rose. Keduanya berpelukan untuk melepas rindu, bagi Kinan, Rose adalah sosok adik perempuan yang sempurna baginya.
Jimin dan Jaehwan saling pandang, mereka berdua adalah teman sewaktu kecil yang sama sama di bantu oleh Yoona, Rose tahu itu.
" Kau ingin aku peluk juga Jaehwan-ah " Jimin menaik turunkan alisnya, menggoda Jaehwan.
Jaehwan memandang jijik senyuman Jimin, lalu dengan kasar menjitak kepala dokter spesialis organ dalam itu membuat Jimin merintih kesakitan.
" Hentikan senyum bodoh mu itu!! menjijikan " Desis Jaehwan.
Jimin memandang kesal Jaehwan " Memangnya kenapa hah, aku tampan saat tersenyum "
" Lebih tepatnya kau mirip Chaki saat tersenyum " Ujar Jaehwan lalu pergi menuju dapur untuk membuat minuman.
Jimin mendengus lalu menyusul Jaehwan.
Kedua perempuan ini tak menghiraukan Jimin dan Jaehwan, bahkan baru melepas pelukannya sekarang.
" Eonni aku merindukanmu "
Walaupun sudah menginjak usia tiga puluh empat tahun, namun kecantikan dan paras rupawan Kinan masih terlihat.
" Nado bogoshipo, delapan tahun tak bertemu aku jadi kehilangan sosok adik perempuanku "
Rose tersenyum senang " Aigoo.... bahasa korea eonni semakin terdengar bagus "
Kinan hanya tersenyum lalu mengacak rambut Rose gemes.
" Apa kau akan membiarkan aku di sini berdiri terus Rose, tanpa meminta untuk masuk "
Rose lagi lagi tersenyum lebar " Kajja eonni, Jaehwan oppa akan membuat jamuan yang enak untuk eonni "
" Itu perlu jika tidak aku akan pergi lagi. "

KAMU SEDANG MEMBACA
Cousins
Fanfiction"Tidak ada keluarga yang sempurna. Terkadang kami berdebat, berkelahi, bahkan satu waktu berhenti berbicara satu sama lain. Namun pada akhirnya, keluarga tetaplah keluarga, dimana cinta akan selalu ada."