Chapter Thirty Two

1.5K 214 7
                                    

Suasana menjadi sedikit lebih mencekam ketimbang suasana yang tadi, lebih menyedihkan dan lebih mengejutkan.

Kelima orang ini berada ditempat yang sama, yaitu apartemen Jaehwan. Soekjin orang baru bagi Rose, tapi entah mengapa gadis itu mengizinkannya untuk mengetahui rahasia terbesar dalam hidupnya bahkan membolehkannya untuk membantunya saat Soekjin mengatakan ingin membantunya juga.

Jisoo terkejut setengah mati saat mengetahui apa yang di alami Rose pada saat proses penyembuhannya, ia tidak tahu itu karena dulu ia langsung pulang ke Canada.

Rose menyaksikan bibinya dibunuh oleh pamannya sendiri.

Ada banyak darah.

Pisau yang melayang di udara dan tertancap ditubuh bibinya.

Teriakan kesakitan.

Dan suara tangisan yang begitu kencang.

Jisoo tak membayangkan jika dirinya akan berada di posisi Rose dulu. Rose benar benar menderita karena hal itu, belum lagi diusianya yang masih tergolong anak anak yang aktif untuk belajar dan pada saat yang bersamaan Rose justru menjadi objek bullyan para kelurga karena polisi yang menemukan bukti pembunuhan semua mengarah pada Rose.

Anak seusianya belajar dengan tenang di sekolah tapi Rose justru terperangkap dalam rumah yang sepi penuh dengan kesakitan dan isak tangis, belum lagi dirinya harus menjalani bimbingan konseling.

Apa Jisoo masih akan bertahan hidup jika berada di posisi Rose. Sepertinya tidak.

Jisoo meneteskan air mata menatap Rose yang terisak menceritakan semua, lalu beralih pada dokter kinan, psikiater yang membantu Rose yang juga menceritakan bagaimana sulitnya untuk menyembuhkan Rose. Jaehwan sendiri juga menceritakan bagaimana ia di asuh oleh Yoona hingga berakhir mempercayakan Rose padanya.

" Rose-ya, kenapa kau menyembunyikannya hmm, ke apa kau tidak mengatakan apapun pada polisi. " Jisoo mencoba bertanya dengan nada pelan dan lembut pada Rose.

Rose menghapus jejak air matanya dan mencoba terlihat baik baik saja namun tidak bisa, karena ia tahu dirinya tidak pernah baik baik saja.

" Itu sulit eonni dan aku rasa itu percuma!! mereka tidak akan percaya dengan apa yang ku ucapkan. Para polisi bahkan tidak ingin mendengarkan apa yang ingin aku katakan. "

" Setidaknya beritahu kami Rose "

Rose tertawa hambar " Saat itu, bahkan kalian menjauhi ku eonni, kalian tidak ingin melihatku dan apa eonni tahu apa yang di katakan Seulgi eonni padaku 'Enyahlah pembunuh, aku tidak ingin melihat pembunuh eomma ku ada di hadapanku' "

Itu benar, Jisoo saat itu menjauhi Rose karena takut akan di bunuh oleh Rose dan ia juga mendengar sendiri Seulgi mengatakan hal sedemikan. Sekarang Jisoo menyesal karena pernah melakukannya.

" Mianhea " Jisoo menunduk menyesal.

" Eonni tidak salah jadi tidak usah meminta maaf "

Jisoo menghela nafas berat. Menjadi Rose benar benar berat, belum lagi kasih sayang palsu dan tekanan berat yang didapatkannya.

" Hmm maaf mencela sebelumnya, jika boleh tahu apa yang ingin kau lakukan sekarang? " Soekjin membuka suaranya setelah sedari tadi hanya mendengarkan.

" Membuktikan kejahatan si laknat Seungri dan di saat yang bersamaan meningkatkan nilai saham agar dapat lepas darinya " Jaehwan yang menjawab pertanyaan Soekjin.

" Dengan cara apa? " Tanya Soekjin lagi.

" Tidak tahu, aku juga paham dengan apa yang harus kulakukan, semuanya membingungkan jadi aku berusaha meningkatkan nilai saham terlebih dahulu sebelum akhirnya membantu Rose membuktikan kebenaran yang ada " Jawab Jaehwan sembari memijat pelipisnya.

CousinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang