Chapter Twenty Eight

1.5K 210 16
                                    

Sejak tadi Rose menjadi objek pandang para sepupunya dan kedua saudaranya, yang dipandang hanya menunduk sembari memainkan jari jarinya. Jika para sepupu dan kedua saudara Rose hanya memandang Rose berbeda dengan Jaehwan yang menatap ngeri pandangan irene dan Seulgi ysng tertuju pada Rose.

Jaehwan di minta datang oleh Irene karena ingin di introgasi juga seperti Rose nanti.

"Nona nona bagaimana jika kita memesan pizza dan chicken untuk makan malam nanti"

"Tidak! " Irene langsung berkata san menatap jaehwan tajam.

Jaehwan menelan savalinya dengan susah payah.

Rose menghela nafasnya berat, melihat tatapan Irene dan Seulgi pasti kedua eonni-nya itu sangat marah padanya karena merasa dibohongi.

" Eonni aku bisa menjelaskan semua ini " Wajah Rose mem atelas.

Seulgi menghela nafasnya lalu memutar pandangannya mengamati sekitar. Semua orang berkumpul di ruang tengah saat ini dan duduk di sofa dan Rose menjadi objeknya saat ini, bahkan Jaehwan yang duduk di sebelah itu menatapnya dengan rada ketakutan.

" Guys! actually apa yang terjadi? kenapa kita harus berkumpul di sini? " Tanya Jennie.

" Tanyakan pada Rose " Seulgi menunjuk adiknya itu dengan dagu.

" Rose, apa yang terjadi huh, kenapa kita harus berkumpul di sini. Apa kau melakukan kesalahan hingga kedua nyai itu marah pada mu? " Joy sedikit berbisik pada Rose, karena posisinya saat ini, Joy lah yang paling dekat dengan Rose selain Jaehwan.

Rose menanggapinya dengan gelengan kepala.

" Gagal ginjal yang sudah mencapai tahap stadium dua, Rose mengidap penyakit itu. Tapi bukannya memberitahu kita, Rose justru memilih menutupinya " Muak dengan diamnya Rose, Seulgi langsung pada intinya dan membuat semua orang terkejut kecuali Jaehwan yang sedang memandangi Rose yang mencoba terlihat baik baik saja.

Kau kuat Rose-ya,

" What is this Rosie, kau sakit. Apa itu benar "

Jennie yang paling pertama menghampiri Rose yang akan menangis sebentar lagi, berjongkok di hadapan gadis blonde itu dan mengusap tangan Rose seakan menyalurkan kekuatan.

Rose menggeleng, dirinya tidak ingin mengakui itu.

" Aku bisa membuktikan itu! aku bisa membawa dokter Jimin ke sini sebagai saksi "

Jennie menghela nafasnya, ia kurang percaya dengan apa yang di katakan Seulgi dan walaupun itu benar, tapi kenapa gadis itu menyembunyikannya.

" Apa itu benar Oppa? " Jennie menatap Jaehwan menanti jawaban. Jennie berharap jika Jaehwan mengatakan tidak atau sekedar menggeleng namun jauh dari ekspektasinya Jaehwan justru mengangguk.

Prankkk!!!

Semua langsung tertuju pada sumber suara dan suara itu berasal dari vas bunga yang pecah, pelakunya adalah Lisa. Lisa melempar headphone yang sedari tadi ia genggam ke arah vas hingga hancur menjadi menjadi serpihan kaca.

" Lis " Rose ingin menghampiri Lisa namun Jennie menahannya.

" Don't.move.from.your.place " Lisa menunjuk Rose dan matanya menyiratkan akan Rose tetap duduk.

" Lisa what wrong with you huh " Wendy menahan bahu Lisa agar tidak nekat melakukan apapun lagi.

" nothing is wrong with me, but Rose is the wrong one "

Rose menatap Lisa tak percaya, ada sekilas amarah yang membara di mata kembarannya itu " What happened to you "

" The one who has to ask is me, what's wrong with me that you never think I exist "

CousinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang