Vila Rendra hanya terdiri dari tujuh ruangan. Namun, setiap ruangannya begitu luas. Dari depan ke belakang, ada ruang tamu, kamar tidur utama, ruang keluarga, kamar tidur kedua, gudang, dapur, dan terakhir kamar mandi.
Kamar tidur utama sungguh luas. Bentuknya persegi. Di bagian utaranya adalah jendela yang berderet, mengarah pada hutan pinus di samping vila dan juga jalan setapak yang sempit. Di bagian timurnya ada dua ranjang, yang masing-masing digunakan oleh Akas dan Rendra. Sedangkan Riris memilih satu ranjang yang letaknya di bagian barat.
Di samping masing-masing ranjang ada sebuah lemari yang ukurannya sedang. Tidak terlalu besar, namun masih muat untuk diisi barang mereka yang tidak seberapa banyaknya. Khusus di samping ranjang Akas yang dekat dengan jendela, ada sebuah nakas. Sayangnya, ketika Akas mencoba untuk membuka laci nakas itu, pintunya tidak bisa dibuka. Entah karena harus dibuka memakai kunci atau memang engselnya sudah macet.
Akas mengalihkan pandangannya dari nakas itu. Kini ia melamunkan berbagai hal di pikirannya. Suasana vila tersebut begitu aneh. Akas benar-benar tidak suka. Sepertinya libur kuliah semester ini akan begitu kacau. Tapi, tidak mungkin juga ia akan menolak ajakan Rendra untuk menginap di vila miliknya ini. Tentu saja Akas akan merasa sangat tak enak hati.
Tapi, ya sudahlah. Terlanjur baginya untuk kembali. Lagipula Akas hanya perlu menghabiskan waktu di desa ini sebentar saja. Perasaan aneh itu mungkin hanya firasat buruknya. Pasti tidak akan terjadi apa-apa.
...
Pagi ini Akas bangun paling awal. Itupun karena tidurnya tidak nyenyak. Semalam, berulang kali ia mendengar suara seperti pintu yang digedor-gedor. Itu sungguh mengusiknya daripada suara jangrik yang tidak berhenti mengoceh. Ia begitu terganggu karenanya.
Suara-suara itu juga semakin memperparah insomnia milik Akas yang memang sudah tidak bisa tidur karena terlalu memikirkan kejadian aneh sore tadi. Alhasil, sisa setengah malamnya tidak bisa ia habiskan dengan tertidur nyenyak. Ia hanya memandang kosong atap gelap yang ada di atasnya. Sesekali ia juga memandang jendela berkelambu putih yang tersibak-sibak oleh angin malam. Mencurigakan.
Akas berjalan menuju kamar mandi. Letaknya ada di belakang, tepat di samping dapur. Melewati kamar Karin yang entah sejak kapan tidak ditempati. Kemarin mereka juga tidak masuk ke sana untuk membersihkannya, Rendra melarangnya.
Akas melangkahkan kakinya malas. Udara pagi masih terlalu dingin. Sambil menenteng handuknya, ia bersiul pelan menyenandungkan lagu ketika tiba-tiba saja suara gedoran menghentikan langkah dan siulannya secara sepihak.
Tok ... tok ... tok....
Suara gedoran tersebut membuat Akas terkejut. Asalnya dari kamar Karin. Namun, bukankah kamar itu tidak dihuni? Lalu mengapa ada suara?
Tok ... tok ... tok....
Suara itu kembali terdengar. Bahkan semakin kuat. Karena penasaran, Akas berjalan mendekat ke arahnya, kemudian menempelkan telinganya pada daun pintu, mencoba memeriksa baik-baik apakah benar ada orang di dalamnya atau tidak.
BRAK!!!
Tiba-tiba terdengar sesuatu yang begitu keras tepat menghantam pintu, membuat Akas seketika terlonjak kaget. Ia pun jatuh bergelimpangan di lantai. Apa itu tadi?
Akas bangkit berdiri. Sekali lagi, ia kembali menempelkan telinganya pada pintu kamar tersebut, memastikan apakah ia salah dengar.
"Wilujeng tindak."
Suara apa itu? Terdengar sekali, lalu menghilang, dan hening. Suara aneh tadi tidak terdengar lagi. Kemudian terdengar pintu itu mulai terbuka dari dalam, membuat Akas segera menjauhkan diri dari pintu tersebut. Akas pun dengan tergesa lari ke tujuan awalnya, ke kamar mandi, agar keberadaannya tidak diketahui oleh 'sosok' yang mencoba keluar barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELANA
Horror[COMPLETED] Gadis itu berkalung permata, dengan sebuah kunci kecil berhiaskan berlian hijau menggantung sebagai bandulnya. Kalung itu membuka gerbang ke dunia lain. "Selamat datang." Diwangka Akasa. Dirinya tidak menyadari, jika kedatangannya ke seb...