Hari ini Karin mengantar Akas dan Riris sampai ke bandara. Mereka berdua akan kembali ke Jakarta. Dibawanya koper mereka masing-masing juga koper milik Gerri. Terlihat mereka bertiga masih bercengkerama di kursi tunggu.
"Karin, lo yakin nggak mau ikut kami?" tanya Riris kepada Karin. Karin pun menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Gue khawatir sama lo. Sekarang lo tinggal sendirian di sini," lanjut Riris lagi.
"Aku akan baik-baik aja," jawab Karin. Riris pun terpaksa mengiyakannya.
"Ehm, Karin." Akas berdehem pelan. "Sorry ya, buat waktu itu. Gue sering kasar sama lo," ucapnya sambil memalingkan wajah.
Karin kembali mengangguk. Ia terkekeh pelan.
"Kas!" Riris menyenggol lengan Akas kuat, membuat Akas mendecih sebal. Riris terkekeh melihatnya. "Lo nggak ada sesuatu yang mau diucapin sebelum pisah sama Karin?"
"Udah tadi."
"Minta maaf doang?"
"Ya."
"Astaga. Lo bilang apa lagi gitu. Gue tunggu di pesawat." Tanpa berlama-lama Riris segera meninggalkan mereka berdua sambil menyeret koper miliknya. Sedangkan koper Gerri biar Akas yang membawa.
"Dah, Karin." Riris sempat melambaikan tangannya kepada Karin sebelum ia benar-benar pergi.
"Gue harus ngomong apa?" monolog Akas begitu tinggal dirinya berdua dengan Karin.
"Hati-hati, ya," ucap Karin kemudian sambil tersenyum.
"Ya. Pasti." Akas berbalik badan lalu memutuskan untuk beranjak pergi sembari menyeret dua buah koper di kanan kirinya. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, ia berbalik lagi dan melihat Karin yang masih berdiri di sana.
"Karin, kalung milik Dayu," ucap Akas sambil mengeluarkan kalung milik Dayu yang bandulnya ia masukkan ke dalam bajunya.
"Tolong kamu simpan."
"Apa boleh?"
Karin tersenyum dan mengangguk.
"O-oke."
Akas melamun lama. Ia tidak kunjung berbalik lagi dan meninggalkan Karin.
"G-gue…" Akas mengigit bibirnya kuat, bingung bagaimana berkata-kata. Sementara Karin masih menunggu Akas menyelesaikan kalimatnya. "G-gue senang kenal sama lo," lanjutnya lalu langsung beranjak pergi. Karin tersenyum mendengarnya.
"Aku juga." Karin melambaikan tangannya yang hanya dijawab anggukan oleh Akas.
Akas mempercepat langkahnya. Dalam hati ia mengumpat karena malu mengatakan hal sekonyol itu pada akhirnya. Tapi, samar-samar ia tersenyum. Semua cerita singkat itu kini sudah berakhir di sini. Sekarang ia akan kembali. Pergi meninggalkan tempat dimana cerita dimulai.
"Selamat tinggal. Tapi, tidak selamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
KELANA
Horror[COMPLETED] Gadis itu berkalung permata, dengan sebuah kunci kecil berhiaskan berlian hijau menggantung sebagai bandulnya. Kalung itu membuka gerbang ke dunia lain. "Selamat datang." Diwangka Akasa. Dirinya tidak menyadari, jika kedatangannya ke seb...