HAPPY READING
—————————
✨
"Ra!"
Merasa dipanggil, Zara menoleh. Wajahnya langsung berubah. "E–ric. Lo pindah ke sini?"
"Gak usah pura-pura gak tau, Ra."
Eric berjalan mendekati Zara. "Kenapa lo menghindar dari gue?"
Zara menggigit bibir bawahnya gugup. "Kenapa diem, lo gak seneng gue pindah ke sini?"
Zara menggeleng cepat. "Gue seneng kok."
"Tapi raut wajah lo enggak."
Zara lantas menarik bibirnya lebar. "Gini maksud lo?" Eric terkekeh pelan kemudian mengacak pelan rambut Zara.
Zara menepis tangan Eric dari kepalanya. "Muka gue emang gini kali" jelasnya.
"Tapi kalo senyum kayak tadi kan lebih cantik."
Zara langsung memukul lengan Eric. "Jadi selama ini gue jelek, gitu?! Dah lah, gue mau pulang!"
"Pulang sama gue Ra."
"Ogah!" Ketusnya kemudian berjalan meninggalkan Eric.
Eric menyusul Zara sampai di samping gadis itu kemudian merangkul bahunya. "Cewek cantik gak boleh banyak marah, di sumpahin makin cantik mampus."
Zara mengulum senyumnya. Eric memang selalu bisa membuatnya terbang, namun sayang cowok itu hanya menganggapnya sahabat.
Sampai kapan gue harus nahan perasaan ini Ric? Gue jatuh cinta sama lo.
***
Begitu pintu berhasil terbuka, pemandangan yang Vani lihat adalah bundanya yang menatapnya tak seperti biasanya. Vani menautkan alisnya bingung. "Tumben Bunda pulang cepat, ada apa?"
Tak biasanya juga Vani menjumpai Lestari–bundanya saat dirinya pulang sekolah, wanita itu sibuk mengurus butiknya hingga larut kemudian berangkat kembali saat dirinya akan ke sekolah, terus seperti itu. Begitu juga dengan papanya. Mereka sampai tak ada waktu untuk bersama-sama.
Lestari berjalan ke sofa ruang tamu, kemudian mendudukkan bokongnya di sana. "Kemari" titahnya pada Vani untuk duduk di dekatnya.
Vani menurut. Perasaannya tak enak begitu dirinya duduk. "Bunda capek sama kamu."
Vani menatap Lestari yang terlihat sedang menahan amarah. "Bunda capek denger keluhan dari sekolah tentang sikap kamu Vani. Kamu itu cewek, jaga perilaku kamu di sekolah! Tolong, bunda mohon. Perbaiki sikap kamu. Kalo bukan demi bunda, demi diri kamu sendiri!"
Vani tersenyum getir, jadi ini alasan bundanya pulang cepat. "Sejak kapan bunda peduli sama Vani?"
"VANI!" Bentaknya. Vani membuang wajahnya, matanya berkaca-kaca.
"Kamu udah bukan anak kecil lagi yang tiap salah harus selalu diingetin! Harusnya kamu tau mana yang benar dan mana yang salah. Kalo kamu nurut, bunda gak akan marahin kamu kaya gini!"
"Maaf." Vani menahan air matanya yang sudah menggenang.
"Maaf aja gak bisa bikin kamu berubah. Bunda mau kamu berubah Vani. Bunda gak mau denger lagi keluhan dari sekolah tentang kamu."
"Kalo kamu sayang sama bunda, coba kamu ubah perilaku buruk kamu itu." Lestari bangkit dari duduknya.
Air mata Vani seketika tumpah. Matanya menatap bundanya yang ke luar dari rumah. Cewek itu kemudian menumpahkan segala rasa sakit hatinya lewat air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
C A K R A [SELESAI]✓
Teen Fiction• REVISI • [ MEMBACA CERITA INI HARUS PUNYA STOK SABAR BERLEBIH ] Garis Cakra Dananjaya. Berawal ketika ia dan keempat sahabatnya dikeluarkan dari sekolah. Kemudian berpindah di sekolah baru berkat koneksi dari orang tuanya. Tanpa ia sangka, ia jatu...