HAPPY READING
——————————✨
Diperjalanan menuju rumah Vani, Cakra sudah merencanakan semuanya matang-matang. Cowok itu kini sudah sampai di depan gerbang rumah Vani. Ia langsung menghubunginya.
Gugup? Jangan ditanya. Cakra mencoba menstabilkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan agar rileks.
Selang setelah itu, pintu gerbang mulai terbuka. Menampilkan seorang gadis dengan dress hitam selututnya yang senada dengan kemeja hitam milik Cakra saat ini.
Cakra semakin tak keruan melihat Vani yang berkali-kali lipat lebih cantik dari sebelum-sebelumnya.
Cakra berdehem pelan. "Lo cantik banget La."
Pipi Vani memanas seketika. Sial, mengapa ia tersipu? Tidak, Vani tidak boleh termakan gombalan cowok gila di depannya ini.
"Sebelumnya, gue minta maaf dulu sama lo, La." Vani menaikkan alisnya bingung.
"Maaf udah lancang suka dan sayang sama lo yang selalu nolak gue sebelum- sebelumnya. Kali ini gue lebih serius dari pernyataan-pernyataan sebelumnya. Bukan berarti pernyataan kemarin gak serius, itu juga sangat serius."
"La .. lo mau jadi pacar gue?"
What?! Dia nembak depan rumah gue? Gak romantis banget!
"Gue tau apa yang lo pikirin saat ini La. Lo pasti bingung kenapa gue nyatain ini di depan rumah lo kan? Gue sengaja. Karna gue punya alasan tersendiri."
"Alasan gue pilih depan rumah lo, karena ketika lo melewati gerbang ini, daerah ini, lo selalu inget sama gue. Dan ya, jujur, gue gak beliin lo bunga sama sekali. Atau benda-benda yang lainnya. Gue cuma bawa satu tangkai bunga ini aja."
"Bunga ini juga gak beli, gue petik dari situ." Cakra menunjuk tempat yang ia gunakan untuk memetik bunga tersebut.
Cakra memberikan bunga itu pada Vani. "Bukan karena gue gak modal. Tapi karna gue punya suatu alasan lagi. Gue mau, ketika lo lihat bunga-bunga di situ, lo inget sama gue. Tujuan gue cuma satu La, supaya lo selalu inget sama gue."
Astaga! Apakah Vani sia-sia berdandan malam ini? Rupanya ekspetasi Vani terlalu tinggi. Pikirnya, cowok itu mungkin akan menyiapkan tempat yang sangat istimewa dan romantis untuknya. Ternyata ia salah besar.
Cakra meraih kedua tangan milik Vani. "Gue emang bukan cowok yang sempurna buat lo. Gue juga bukan ketua basket, futsal, voli, renang, ketua osis, atau pun lainnya yang selalu diidam-idamkan para cewek di sekolah. Gue cuma rakyat jelata."
Ni cowok sengaja merendah apa gimana sih?
"Gue juga bukan kayak cowok di novel-novel yang bisa seenak jidat maksa cewek manapun yang dia suka buat jadi pacarnya. Apalagi cowok puitis yang bisa bikin merona cewek karena kata-kata romantisnya. Tapi gue cuma cowok, yang kebetulan di kasih rupa yang sempurna dari Tuhan buat kelebihan gue."
Cakra menarik kuat napasnya. "So? Will you be mine?"
Vani meneguk ludahnya kasar. Jantungnya berdegup kencang. Sial! Vani tidak boleh terbawa perasaan.
Ayo Van! Lo pasti bisa!! Lo cuma pura-pura oke?
"La?"
"Iya. Gue mau"
Badan Cakra lemas seketika. Vani menerimanya? Tidak mimpi kan dirinya? "Bo–boleh gue peluk lo?"
Vani mengangguk pelan. Cowok itu langsung mendekapnya erat. Vani mati-matian menahan degupan jantungnya agar tak di dengar Cakra. Cewek itu membalas pelukan Cakra dengan kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
C A K R A [SELESAI]✓
Novela Juvenil• REVISI • [ MEMBACA CERITA INI HARUS PUNYA STOK SABAR BERLEBIH ] Garis Cakra Dananjaya. Berawal ketika ia dan keempat sahabatnya dikeluarkan dari sekolah. Kemudian berpindah di sekolah baru berkat koneksi dari orang tuanya. Tanpa ia sangka, ia jatu...