Bab 9 : Marah

3.1K 181 82
                                    

HAPPY READING
——————————

"Kamu bisanya cuma bikin Papa malu! Coba liat adik kamu, apa kamu gak malu?! Udah besar itu harusnya bisa jadi contoh buat adiknya. Bukan malah bikin masalah!"

Vani memijit pelipisnya yang terasa pening karena omelan papanya di telpon. "Vani baru ke luar kelas Pa."

"Kamu ini ya! Cepat pulang!! Punya anak cewek susah banget diatur!"

Pip. Vani mematikan panggilannya sepihak. Ia muak selalu dibanding bandingkan dengan adiknya. Bukan hanya itu, papanya juga terus memaksanya untuk menjadi penerus di perusahaannya.

Meski begitu, Vani tak merasa marah ataupun memiliki rasa dendam pada adiknya. Karena mau bagaimana pun, Rega tidak salah di sini. Adiknya itu hanya patuh pada kedua orang tuanya, tidak seperti dirinya.

"Ngeselin banget hidup gue!" Kesalnya dengan berjalan menuju mobilnya.

Niat Vani membuka pintu mobilnya terhenti ketika matanya tak sengaja melihat kertas yang tertempel di kaca depan mobilnya.

"Ck! Apaan lagi sih ini! Gak tau orang lagi bete apa!" Makinya seraya mencabut kertas yang tertempel di kaca mobilnya dengan kasar.

'SORRY BAN MOBIL LO GUE KEMPESIN'

Begitu isi dari kertas tersebut. Vani naik pitam, buru-buru ia menunduk untuk mengecek ban mobil bagian depan.

Karena terlalu buru-buru mengambil tindakan, Vani sampai tak sadar jika di balik kertas tersebut terdapat tulisan 'TAPI BOHONG'.

Vani menghela napas lega ketika dua ban depannya masih baik-baik saja. Cewek itu beralih untuk mengecek ban belakangnya.

Vani berjongkok memeriksanya, hasilnya sama, ban nya baik-baik saja. Vani merasa ada seseorang yang mengerjainya. Saat tengah berpikir tentang siapa pelakunya, sepasang sepatu menapak di depannya yang masih berjongkok.

Vani mendongak, ia langsung berdiri ketika tahu siapa orang yang berdiri di depannya. "Pasti lo kan, yang udah ngerjain gue?"

"Ngerjain apa sih, gue baru dateng"

"Gak usah nge-les lo! Maling mana ada ngaku"

"Emang, termasuk lo."

Vani berkacak pinggang. "Kok jadi gue?!"

"Iya, lo kan maling. Maling hati gue"

"Apaan sih anjir! Gak lucu!" Ketus Vani seraya menghentakkan kakinya ke lantai terus pergi.

"Ya emang gak lucu. Gue kan gak lagi ngelawak" balasnya kemudian berjalan mengikuti Vani di belakangnya.

Cakra menahan lengan Vani yang hendak membuka pintu mobilnya. "Ck! Apaan sih!" Ketusnya dengan menyentak tangan Cakra kasar.

Vani memperhatikan wajah Cakra yang tengah menaik turunkan alisnya. "Jangan bilang lo mau nebeng" selidiknya.

Cakra lantas tertawa mendengarnya membuat Vani mendengus kesal. Deheman seseorang menginterupsi keduanya. Keempat teman Cakra tiba-tiba muncul dari belakang mereka.

"Dus modas modusnya cuma digeleng-geleng." Fino menghampiri mereka seraya bernyanyi.

"Wow! Nak enak-enak cuma digeleng-geleng" sambung Bayu.

"Lagu apaan sih, anjir!" bingung Sadewa.

"Tiktok woi! Masa lo gak tau. Kudet banget" heran Bayu.

"Gue gak main tiktok anying. Gue adanya aplikasi kuning." balas Sadewa.

C A K R A [SELESAI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang