3) Sengaja

72.4K 8.5K 88
                                    

"Apa yang kalian lalukan, pelayan?" Aku mengentikan langkah ku dan membalikkan badanku sepenuhnya menghadap para pelayanku. Sepertinya sih, aku juga tidak tau.

"Kami mengikuti anda, Nona," Jawab pelayan paling depan, tepat di depanku. Ia sedikit menunduk, apakah aku menyeramkan? Ya baguslah kalau kau takut.

"Cih, aku tidak mau ada pelayan mengikuti ku. Pergi sana, keluargaku lebih membutuhkan kalian dibandingkan aku," Usirku kepada para pelayanku. Kasihan, tapi aku sedang ingin menyendiri.

Mereka menatap satu sama lain, oh Tuhan mengapa orang-orang disini sangatlah lemot.

"Kalian ku suruh pergi, bukan menatap satu sama lain," Aku sedikit menggeram. Terlampau kesal dengan para pelayan yang masih saja diam dalam posisi yang sama.

"B-baik, Nona. Kami permisi," Akhirnya, mereka pergi. Sampai jumpa para hama~.

♩ ♩ ♩ ♩

Brukk

Whoopsie, aku menabrak bahu seseorang. Maafkan aku tapi aku sengaja, hihi.

"Kau tidak punya mata?" Tanya orang yang ku tabrak tadi.

"Kau buta? Jelas-jelas aku memiliki mata," Balasku lalu bersedekap dada, memandangnya rendah. Mungkin, sangking kerasnya aku menabraknya, alhasil lututnya kini menyentuh keramik

Orang itu berdiri, memutar tubuhnya menghadapku. Dan adacadabra, dia seorang lelaki, cukup tampan tapi bukan tipeku, huhu.

"Gadis bencana? Wow, kau berani ya sekarang," Tuturnya tak percaya melihat diriku.

"Lelaki buta? Wow, kau tampan ya," Balasku gamblang. Sedikit ku lihat ia salah tingkah mendengar penuturan kataku, cih.

"Aku tidak buta, walaupun aku buta setidaknya aku bukanlah pembawa bencana," Katanya sombong dan memandangku dengan tatapan merendahkan.

"Sayang sekali, kau buta jadi tidak dapat melihat betapa cantiknya gadis bencana ini," Terserahlah, aku ingin melihat bagaimana tempat ini. Aku meninggalkan lelaki buta itu tanpa menghiraukan tatapan tak percaya para pelayan yang mendengar percakapan kami, siapa suruh menguping.

"Apa itu benar gadis bencana?" Lelaki itu tak percaya dengan apa yang ia dengar dan lihat sekarang.

"Benar, Tuan," Jawab ksatria pribadinya.

Tak ambil pusing, lelaki itu melangkahkan kakinya lagi, walaupun masih sedikit memikirkan kejadian barusan, namun segera ia menepis pikirannya. Tidak penting memikirkan gadis bencana itu. Gumamnya yang hanya didengar olehnya.

 Gumamnya yang hanya didengar olehnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Villainess [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang