"Sudah ku katakan padamu, Ketua Dewan. Bolos itu menyenangkan dibanding menyuruh-nyuruh murid," Ejekku melihat Ketua Dewan terlihat sangat gembira sekarang. Ya, aku dan dia sedang bolos.
Aku sangatlah hebat, sudah pasti. Bayangkan saja, Ketua Dewan yang terkenal sangat menaati peraturan, suka menyuruh-nyuruh murid ini dan itu bagai babu, bicara hanya seperlunya, kaku seperti pakaian yang belum disetrika, gengsi melebihi gengsi nya Kakak brainly berjalan, sekarang bolos bersamaku. Berikan aku piagam orang terhebat di dunia cepat!
Berhubung pakaian belum disetrika, aku ingin sekali pintar dalam hal rumah. Bayangkan, aku tak dapat menggunakan setrika. Jangankan setrika, untuk menyalakan tv saja aku masih dag dig dug serr.
"Kau bilang aku menyuruh-nyuruh murid?" Tanya Ketua Dewan dengan nada kesal.
"Kalau kau tidak merasa menjabat sebagai Ketua Dewan ya tidak perlu merasa," Kataku santai yang direspon dengan tidak santai oleh Ketua Dewan.
"Kau sangat pintar memancing emosi lawan bicaramu, ya," Kata Ketua Dewan sembari menatap sekeliling.
Kami bolos bukan bolos yang tidak elite. Kami bolos ke sebuah air terjun yang indahnya melebihi keteknya Papa gondrong. Ya walaupun ketek Papa gondrong indah tiada tara. Namun, air terjun ini lebih indah lagi.
"Bagus-bagus. Ketua Dewan tanpa gengsi memuji seorang gadis bencana. Sungguh, aku perlu memohon ampun pada Tuhan sekarang," Kataku lalu menyatukan tangan seakan-akan berdoa.
"Kenapa memangnya?" Tanya Ketua Dewan dengan mengernyit dalam.
"Seorang majikan para babu bangsawan kini memujiku. Hebat sekali, sepertinya ini adalah malapetaka," Jawabku diselingi dengan senyuman manis.
Tangan Ketua Dewan terangkat, lalu mendorongku masuk ke air terjun. Aku yang pada dasarnya tidak dapat berenang dan emosi karenanya, lantas memberinya jari tengah.
Ku lihat samar-samar ia tersenyum puas. Namun setelah itu ia melepas pakaian atasnya lalu masuk ke dalam air terjun bersamaku. Hahaha berenang bersama lelaki tampan untuk kedua kalinya ><.
"Uhuk uhuk. K-kau hampir m-membuatku ma..ti," Kataku sambil mengatur nafasku. Sesak ye setun!
"Setidaknya hampir. Belum sekarat, kan?" Tanya Ketua Dewan dengan nada membuatku kesal. Aku yang kesal lantas memukul wajah tampannya.
"Menyebalkan, sangat menyebalkan," Aku berkecak pinggang lalu melototi Ketua Dewan.
Ku lihat Ketua Dewan memalingkan wajahnya. Terdapat pula semburan merah pada pipinya. Aku mengernyit bingung. Lantas, aku menatap pada tubuhku. Dan oh astaga, tubuh bohayku terekspos.
"Hey mesum, kau tergoda dengan tubuhku, yaa?" Godaku lalu menusuk-nusuk pipi Ketua Dewan.
"Cerewet sekali kau ini," Kata Ketua Dewan kesal. Ia mengambil atasannya tadi lalu memakaikannya pada tubuhku. Ya, bajunya oversize.
"Astaga, aku tenggelam pada bajumu!" Kataku heboh melihat tanganku yang menghilang akibat memaki baju Ketua Dewan.
"Tenggelam itu di lautan, bodoh," Hujat Ketua Dewan sembari menoyor jidat mulusku.
"Hey! Jidatku tidak bersalah ya!" Kataku kesal lalu mengusap jidat mulusku yang terasa sakit, huhu.
"Ternyata oh ternyata. Ketua Dewan adalah sosok yang handal dalam membully, ya," Kataku pada diriku sendiri. Bepikir lagi lalu menganggukkan kepala.
"Sebenarnya aku hebat. Aku dapat membully gadis bencana terang-terangan saat ini," Kata Ketua Dewan sambil menyibak rambutnya ke belakang. Damagenya minta dinikahin.
"Oh tentu tidak! Aku hanya lengah tadi," Belaku tidak setuju. Siapa yang bisa membully ku ha!? Siapa!?
"Percaya diri sekali kau ini. Bahkan aku tau semua rencana busukmu untuk menjatuhkan Nona Soraya," Kata Ketua Dewan sambil keluar dari airt terjun. Aku mengekorinya dari belakang, seperti anak ayam.
"Benar, aku pelakunya. Salah?" Aku mengaku bahwa aku orang jahat. Oh jelas, harus banggalah!
"Salah, salah sekali," Jawab Ketua Dewan diakhiri dengan decakan.
"Tau, tapi aku senang. Soraya jadi mendapatkan pahala karena sudah membuatku senang," Kataku lalu duduk di pinggir air terjun. Diikuti oleh Ketua Dewan yang duduk di sampingku.
"Aku dapat menuntutmu," Kata Ketua Dewan sambil menatapku tajam.
"Silahkan. Seberapapun kau menuntutku, akan ada para pahlawan yang siap membelaku," Sombongku diakhir dengan gaya swaggy.
"Jijik. Ekspresi macam apa itu," Hujat Ketua Dewan lalu memalingkan wajahnya dariku.
"Kau tau? Terkadang aku sedikit kasihan kepada suamiku kelak," Kataku sambil menatap air terjun dengan tatapan iba.
"Kenapa?" Tanya Ketua Dewan yang terlihat serius.
"Aku terlalu sempurna. Apakah suamiku kelak tidak akan insecure padaku? Maksudku -mphh," Satu tangan membekap mulutku yang seksi. Tolong! Ini penculikan!
"Diam. Semua orang tak peduli dengan ucapanmu, oke? Diam saja lebih baik. Bahkan kalau bisa, silahkan kau menjadi bisu saja," Ketua Dewan sangatlah kejam. Aku menaruh dendam padanya. Tunggu saja kau majikan semua orang!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess [Completed]
FantasíaVeddira Elmeira Franklin, kerap dipanggil Veddira yang artinya hadiah dari Tuhan. Hadiah? Haha, tentu saja bukan, lebih tepatnya 'bencana' dari Tuhan. Anak dari keluarga terpandang Franklin, si bungsu kesayangan? Bukan, dialah sumber masalah dari se...