24) Bidadari dan iblis

19.3K 3K 61
                                    

"Hey~ Kakakku tersayang," Aku memasuki kelas Kakak lelaki buta. Teman-teman sekelas Zevrey menatapku sekilas, lalu tak menghiraukan ku.

"Apa?" Tanya Kakak lelaki buta.

Aku menggelengkan kepala. Tanganku bergerak lalu memutar di lengan Zevrey. Memiringkan kepala lalu menyandarkannya di bahu Zevrey.

"Gadis bencana...," Panggil Kakak lelaki buta dengan nada kesal.

"Heung? Ada apa Kakakku?" Tanyaku dengan berpura-pura bingung.

"Ck. Hentikan," Kata Kakak lelaki buta lalu memalingkan wajahnya dariku.

"Lho? Kenapa?" Tanyaku. Tanganku bergerak ke wajah Kakak lelaki buta, memaksanya menghadapku, tapi tidak berhasil.

"Cerewet sekali kau ini," Gerutu Kakak lelaki buta.

"Terserah. Ayo ke kantin! Aku lapaar," Ajakku dengan sedikit merengek kepada Kakak lelaki buta.

"Ya ya," Kata nya pasrah. Aku dengan bersemangat langsung menarik tangannya keluar dari kelasnya. Teman-teman sekelasnya sedikit heran dengan tingkahku, tapi menghiraukan nya.

Brukk

Seseorang yang sedang membawa tumpukan buku menabrakku. Nyaris saja bokongku menyentuh keramik. Untungnya, Kakak lelaki buta memelukku, jadi aku selamat.

Aku membalikkan badanku. Melihat pelaku yang sudah menabrakku.

"Maafkan aku, Nona Veddira," Ternyata si rambut emas.

"Kakak... Dadaku sakit..," Lirihku dan mengeluarkan air mata buaya.

Kakak lelaki buta melirikku lalu menatap ke arah Soraya. Ya, si rambut emas yang ku maksud adalah Soraya, si pemeran utama wanita.

Kakak lelaki buta melepaskan pelukannya dariku. Ia berpindah ke depan Soraya lalu membantunya menumpukkan buku yang sekarang berceceran di lantai. Aku dalam hati mengumpat melihatnya yang malah membantu Soraya.

"Terima ka —awh!" Ucap Soraya berterimakasih tapi malah terputus.

Kakak lelaki buta melemparkan buku yang tadi ia pungut ke arah wajah, dada, dan kaki Soraya. Aku sedikit terkejut, tapi sedetik kemudian aku meneruskan aktingku.

"Ada apa ini?" Tanya Kakak brainly berjalan yang menatap penasaran ke arah Kakak lelaki buta dan aku.

"Kakak...," Panggilku lirih lalu menabrakkan wajahku pada dada Kakak brainly berjalan. Sedetik kemudian, terdengar suara isakan tangis dan bahu yang gemetar. Bagaimana? Baguskan aktingku?

"Lainkali, jangan berlagak bisa membawa tumpukan buku ini. Kau lihat akibatnya, kan? Adikku malah terkena tumpukan buku tebal ini karena mu," Kata Kakak lelaki buta dengan tangan yang diam-diam mengepal.

Soraya menatap tak percaya ke arah Kakak lelaki buta. Buliran bening mulai muncul di bola matanya. Bibirnya yang tadi ingin mengucapkan terima kasih kini bungkam, dengan sedikit gemetar.

"Wish. Nona Soraya, kau ceroboh sekali," Tiba-tiba saja, lelaki merah menyahut dari belakang Soraya. Soraya mendengar sahutannya otomatis menengok ke arah belakang.

Tak hanya lelaki merah, lelaki peran dan Pangeran Orion juga ada disana. Tidak berdekatan, tapi posisi mereka tidak jauh juga.

"Memang sudah benar kalau kau hanya perlu menari saja di aula, Nona Soraya," Lelaki perak juga ikut menyahut.

"Berdiri, kau gelandangan atau bangsawan? Malah menundukkan kepala, cih," Hujat Pangeran Orion saat melihat Soraya menundukkan kepalanya.

Orang-orang disana menatap kejadian tadi tak percaya. Sedangkan aku, mataku kini memerah, hidungku juga begitu. Dengan masih sedikit sesegukan, kedua Kakak tampanku membawaku pergi ke Ruang Kesehatan.

Samar-samar ku dengar para murid yang menyaksikan kejadian tadi berkata,

"Mereka bidadari dan iblis. Ntah Nona Soraya yang menjadi iblis, atau Nona Veddira. Kita tidak dapat menebaknya,"

Whoopsie. Namamu kini mulai tercemar, Nona Soraya.

 Namamu kini mulai tercemar, Nona Soraya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Villainess [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang