"Papa!" Panggilku saat memasuki istana dan langsung menghamburkan pelukan ke Papa gondrong.
"Apa?" Tanya Papa yang masih sibuk dengan berkasnya namun tetap membalas pelukanku.
"Coba tebak, anak bungsumu yang paaling manis ini mendapatkan apa?" Tanyaku dan menyuruh Papa menebak apa yang aku dapatkan hari ini.
"Kau pergi bolos bersama Ketua Dewan tanpa mengajak kedua Kakakmu," Sahut Kakak brainly berjalan. Kakak lelaki buta menatapku sinis dan ku balas sinis juga.
"Kenapa bolos bersama lelaki lagi?" Tanya Papa padaku. Aku menjawabnya dengan,
"Dia tampan! Aku hanya mau berhubungan dengan lelaki tampan, Papa," Jawabanku tersebut dihadiahi dengan jeweran dari kedua Kakakku, serta cubitan di hidungku dari Papa.
"Bahkan ia pulang dari membolos dalam keadaan basah, Pa," Adu Kakak lelaki buta ke Papa. Lantas saja, Papa langsung mencubit-cubit pipiku.
"Huaaa Papa sakiit," Rengekku. Bukannya melepaskan cubitannya, Papa malah memperparah cubitannya.
"Huhu, pipiku menjadi tomat sekarang," Kataku yang kesakitan. Bahkan pipiku sudah bisa di bilang sebagai tomat versi hidup! Astaga.. Papa gondrong sangatlah kejam pada anaknya sendiri.
"Kau tidak tahan dingin. Kasihan Ketua Dewan kalau kau sampai mati dan ia dituduh sebagai pelakunya," Kata Papa yang ku tangkap gengsi di dalamnya.
"Tidak. Papa hanya mengasihani ku, kan? Mana ada Papa gondrong kasihan pada orang lain," Kataku sambil mengerucutkan bibir.
"Seperti bebek," Ejek kedua Kakakku.
"Daripada kalian, seperti—,"
"Orang tampan," Ya tidak salah, sih.
"Huuh! Terserah kalian. Aku mendapatkan undangan dari sekolah lain, Papa!" Kataku memberi tau apa yang ku dapatkan hari ini, aku sangaat gembira!
"Dari sekolah mana?" Aku segera memberi Papa undangan yang diberikan dari Kepala Sekolah padaku. Papa mengambilnya lalu membaca isi surat tersebut. Saat selesai membacanya, Papa menatapku datar.
"Boleh ya? Boleh yaaa?," Kataku memohon.
"Keenam bodyguard ku juga ikut, kok!" Kataku agar diperbolehkan menghancurkan —ekhem, mengunjungi sekolah yang mengundangku.
"Siapa?" Tanya Papa.
"Kedua Kakak tampan tapi menyebalkan, Pangeran kodok yang katanya tampan tapi memang benar, lelaki perak yang irit bicara seperti Papa, lelaki merah yang ucapannya dapat membuat wajahku merah juga, terakhir, manusia setengah serigala yang menyebutku sebagai Mate nya," Kataku panjang kali lebar kali tinggi, seperti rumus matematika.
"Aku ikut," Kata Papa.
"Tidak, Papa sibuk menjadi Duke. Lagipula, Papa nantinya akan membersihkan kekacauan yang ku buat di sekolah yang mengundangku," Kataku sambil tersenyum manis.
"Gadis bencana...," Geram ketiga lelaki tersebut bersamaan.
"Iya-iya. Nanti aku akan mencari lelaki tampan saja," Kataku menurut.
"Pelayan, panggilkan tabib kerajaan," Suruh Papa pada pelayan pribadinya.
"Baik, Tuan," Kata pelayan lalu meninggalkan kami.
"Papa, mengapa kau memanggil tabib? Kau sakit, ya?" Tanyaku sambil mengecek suhu badan Papa.
"Aku ingin meminta ramuan pembuta mata dari lelaki tampan, agar kau tidak menatap lelaki lain lagi," Oke, selamat menikmati kemarahanku, Duke Felix.
♩ ♩ ♩ ♩
"Wow, ini yang dinamakan sekolah?" Kataku gamblang saat melihat menara sekolah yang terlihat seperti...
Tempat penyiksaan manusia.
"Bahkan gerbang sekolahnya berwarna hitam. T-tunggu, itu burung gagak? HEY BURUNG GAGAK!" Aku berteriak memanggil-manggil burung gagak. Luar biasa, burung tersebut sangat melambangkan diriku!
"Kita bisa mendapatkan ribuan burung gagak jika kau mau, Veddira," Kata Kakak brainly berjalan melihat kehebohanku bertemu dengan burung gagak.
Hap
"Horey horey horeey. Aku mendapatkan burung gagak pertamaku," Kataku lalu memamerkan burung gagak hasil tangkapanku pada keenam lelaki di hadapanku.
"Selamat datang di Nuraga Middle High School, Nona dan Tuan muda sekalian," Sambutan lembut dari seseorang di belakangku. Saat aku membalikkan badan dan oh astaga, itu Kepala Sekolah disini.
"Nuraga? Artinya simpati atau berbagi rasa, kan?" Tebakku yang membuat Kepala Sekolah Nuraga tersenyum dan mengangguk.
"Penampilan sekolah ini tidak berkata demikian," Cicitku sambil menatap visualisasi sekolah di depanku.
"Sepertinya kalian lelah sudah menempu perjalanan yang panjang. Mari, saya antar kalian ke tempar peristirahatan terakhir kalian," Ajak Kepala Sekolah yang membuatku menerka apakah ia adalah malaikat maut yang menjelma menjadi Kepala Sekolah.
Tap tap tap
Aku dan keenam bodyguard ku berjalan memasuki perkarangan Nuraga Middle High School. Murid-murid disana lantas menatap kami dengan banyak tanda tanya dan penasaran. Beberapa lelaki yang menggodaku dengan senang hati ku balas dengan gombalan.
"Astaga, kau sangatlah cantik, Nona," Puji salah satu murid lelaki sambil menyibak rambutnya.
"Terima kasih. Apakah kecantikan ku sudah cocok untuk menjadi istrimu kelak, lelaki manis?" Gombalku yang dihadiahi dengan tawa salah tingkah dari murid lelaki tersebut.
"Lihatlah tingkah laku Adikmu, otak berjalan," Bisik Kakak lelaki buta yang tidak ku dengar.
"Dia Adikmu juga," Balas Kakak brainly berjalan berbisik.
"Mengapa murid lelaki disini memiliki mata keranjang," Geram Pangeran Orion.
"Mate ku bisa saja masuk ke dalam perangkap manusia kalau begini, cih," Decih Vadlan.
"Nona manisku, kau benar-benar membuat ku gila," Kata Daryan sambil memijit pangkal hidungnya.
"Kekasihku malah digoda. Maaf-maaf saja, kekasihku memang sangatlah menawan. Tolong jangan menggodanya aish," Geram lelaki merah.
"KALIAN MENGAPA DIAM DISANA?" Teriakku saat sadar keenam lelaki itu masih saja diam di tempat.
"Iya sayang, tunggu kami," Jawab mereka dan dengan cepat menyusulku dan Kepala Sekolah Nuraga Middle High School.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess [Completed]
FantasyVeddira Elmeira Franklin, kerap dipanggil Veddira yang artinya hadiah dari Tuhan. Hadiah? Haha, tentu saja bukan, lebih tepatnya 'bencana' dari Tuhan. Anak dari keluarga terpandang Franklin, si bungsu kesayangan? Bukan, dialah sumber masalah dari se...